PENDIDIKAN DI NEGARA-NEGARA EROPA ( PERANCIS, INGGRIS DAN JERMAN )


WAHYU SINTO/SP

v  PENDIDIKAN DI PERANCIS
Pendidikan di Perancis berada di bawah tanggung jawab Departemen Pendidikan Nasional. System pendidikan sentralistis, yaitu sekolah di kelola oleh Pemerintah Pusat. Sejak zaman Pemerintahan presiden De Gaulle (1958) diadakan tingkatan Pengelolaan pendidikan atau administrasi pendidikan, yaitu :
·         Tingkat pertama adalah tingkat legislative dan penasehat pusat.

·         Tingkat kedua adalah tingkat administrasi dan pelaksana pusat.
·         Tingkat kedua adalah tingkat administrasi dan pelaksana setempat.
Kurikulum pendidikan tingkat rendah terdiri dari bahasa Perancis, membaca, menulis, berhitung, sejarah, ilmu bumi (khusus Perancis dan Negara-negara jajahan), akhlak, kewarganegaraan, dasar-dasar ilmu pasti dan alam, menggambar, pekerjaan tangan, bernyanyi dan gerak badan. Murid-murid yang hendak melanjutkan sekolah mnengah, harus lulus ujian masuk kelas enam, terutama bagi mereka yang mempunyai nilai ujian cukup. Kalau nilainya baik, maka mereka dapat masuk dan diterima secara otomatis di tahun pertama (classes de sixieme). Yang menarik untuk dipelajari adalah tingkat kelas dimulai dari angka yang tertinggi kemudian menurun. Jadi sekolah dasar enam tahun, dan kelas diatur sebagai berikut:
·         Kelas enam = kelas satu di Indonesia.
·         Kelas lima = kelas dua di Indonesia.
·         Kelas empat = kelas tiga di Indonesia.
·         Kelas tiga = kelas empat di Indonesia.
·         Kelas dua = kelas lima di Indonesia.
·         Kelas satu = kelas enam di Indonesia.
Jadi, kalau tamat SD, berarti betul kelas satu, bukan kelas enam. Mengenai pendidikan di Perancis, terdapat kekhususan tersendiri, yaitu semua peserta didik yang mampu menamatkan pendidikannya di pendidikan rendah dengan rapot baik, maka ia dapat melanjutkan sekolah Cycle d'observation, terutama peserta didik yang berusia 11-12 tahun. Lama belajar di Cycle d'observation dua tahun, yaitu kelas V dan VI. Selama kuartal pertama semua peserta didik di berikan mata pelajaran yang sama. Mereka yang lulus seleksi pada kuartal pertama dapat masuk ke jurusan klasik (Section Classique) dan dapat pelajaran bahasa latin.
Bila mereka dapat menamatkan Cycle d'Observation dengan baik, mereka dapat melanjutkan ke jurusan tang dikehendaki oleh orang tuanya. Jurusan-jurusan yang ada adalah :
·         Jurusan Pendidikan Penutup (L'enseignement Terminal) dengan lama belajar tiga tahun. Pendidikan ini diberikan khusus bagi peserta didik yang kemampuan inteleknya rendah dan tidak ada sambungannya. Mata pelajaran dititkberatkan kepada ketrampilan
·         Jurusan Pendidikan Umum Pendek (L'enseignement Genteral Court). Lama pendidikan tiga tahun. Kurikulumnya menitikberatkan kepada ilmu pasti, dua bahasa asing dan diakhiri dengan ujian. Bagi yang lulus memperoleh ijazah Pendidikan Umum (Brevet d'Enseignement General). Mereka dapat diterima bekerja di pekerjaan yang tidak bersifat teknis misalnya di kantor pemerintahan
·         Jurusan jenis ketiga adalah Pendidikan kejuruan Pendek (L'enseignement Proffessionnele Court) dengan lama belajar empat tahun. Pendidikan ini diperuntukkan bagi peserta didik yang berbakat teknis, yaitu mereka yang tidak berbakat ke pendidikan yang bersifat umum seperti jurusan kedua diatas. Mereka dalam pendidikannya lebih banyak praktik di samping teori. Di Indonesia, pendidikan kejuruan ini seperti: SMEP, SMEA, STM.
·         Jurusan jenis keempat adalah Pendidikan Kejuruan Panjang (L'enseignement Proffessionnele Long). Pendidikan dikhususkan bagi yang berkemampuan intelek atau IQ tinggi. Pada jurusan ini ada dua keahlian Lyceum Kejuruan (Lycees Technique) dan keahlian teknik atau Technique Berevete. Lama pendidikan pada jurusan keahlian pertama empat tahun.
·         Jurusan Pendidikan Umum Panjang (L'enseignement General Long). Jurusan mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Lama pendidikan tujuh tahun.

v  PENDIDKAN DI INGGRIS
tahun ajaran berlangsung dari akhir September sampai akhir Juli dengan 2 bulan libur selama musim panas Pendidikan wajib di Inggris meliputi sekolah dasar dan sekolah menengah. Sekolah dasar di mulai dari usia 5 sampai 11 tahun dalam kurun waktu 6 tahun. Tahun pertama dan kedua disebut infants dan tahun ketiga sampai ke enam disebut Junior [2]. Pada level sekolah dasar ini tidak di adakan ujian bagi siswa mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam, kecuali ujian kemampuan yang dilaksanakan ketika anak berusia tujuh tahun. Penekanan ada pada belajar secara praktikal dibandingkan menghafal. Siswa belajar mata pelajaran inti seperti Bahasa Inggris, matematika dan sains, juga pelajaran dasar seperti sejarah, geografi, musik, seni dan olahraga.
Sekolah menengah dimulai dari umur 11 sampai 16 tahun dalam kurun waktu normal 5 tahun. Di setiap jenjang siswa memperdalam pelajaran mereka pada mata pelajaran inti dan ditambah setidaknya satu pelajaran bahasa asing. Pada tahun ke-4 barulah mereka mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian-ujian yang disebut General Certificate of Secondary Education atau GCSE. Setelah menyelesaikan ujian GCSE, siswa sekolah menengah dapat meninggalkan sekolah untuk bekerja, mengikuti program training di sekolah kejuruan atau teknik, atau melanjutkan 2 tahun lagi untuk menyiapkan diri bagi ujian masuk universitas, yang dikenal dengan "A-Levels." A Levels adalah lanjutan dari sekolah menengah atas jika mereka ingin masuk ke bangku universitas. Ditempuh selama 2 tahun. Dalam jenjang ini siswa akan belajar 3 sampai 4 subjek untuk ujian A Levels
Ditingkat sarjana, siswa di Inggris dapat memilih jurusan art dan sciences. Program ini biasanya berlangsung selama tiga tahun dimana selama itu siswa dapat menyelesaikan pelajaran dan tutorial di bidang masing-masing. Siswa yang akan lulus biasanya harus mengikuti ujian akhir. Jenjang ini dilaksanakan 1 sampai 2 tahun. Gelar yang mereka peroleh adalah master arts (MA) atau master science (MSc) dan Master in Business Administration (MBA) setelah mereka menyelesaikan studinya. Seperti di Indonesia, di jenjang ini siswa harus menyelesaikan semua studinya, membuat tesis dan mengikuti ujian akhir. Siswa pasca sarjana juga dapat meneruskan program doktoral atau PhD.
Perbandingan Sistem Pendidikan di Inggris dengan Negara Lain
v  Biaya pendidikan di Indonesia sudah gratis tapi bayar sampai saat ini sedangkan di Inggris biaya sekolah sepenuhnya dibiayai oleh pemerintahan
v  Kalau di Indonesia siswa SD baru diperkenalkan dengan komputer itupun belum semuanya, di Negeri Putri Diana ini anak SD sudah diharuskan belajar jejaring sosial seperti twitter dan ensiklopedia online wikipedia.
v  Biaya pendidikan di Inggris lebih terjangkau bahkan sampai jenjang pascasarjana di banding negara eropa lainnya seperti jerman dan prancis
v  Di negara Eropa khususnya negara sepak bola 'kata changcuthers' bukan Italia atau Argentina tetapi London (Inggris), sistem pendidikan menganut pola press shcematic (maksudnya tidak terlalu banyak yang dipelajari tetapi terfokus dan lebih terspesialisasi, sehingga kepakaran ilmunya sangat dalam). Sedangkan di Indonesia salah satunya menganut pola breadth schematic sehingga tidak mengakar karena otak otak siswa sudah overloading, kebanyakan pelajaran K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1986
v  Pendidikan Di Negara Jerman
·         Sistem Pendidikan Di Jerman
Sistem Pendidikan Jerman terdiri atas sektor-sektor Primer, Sekunder dan Tersier.  Pada masing-masing sektor terdapat tipe-tipe sekolah. Hubungan antara kelompok umur degan jenjang pendidikan menunjukkan waktu yang tepat bagi peserta didik untuk memasuki jenjang yang relevan. Variasi luasan blok pada masing-masing tipe sekolah tidak menggambarkan banyaknya populasi peserta didik pada tipe sekolah tersebut. Anak-anak wajib masuk sekolah secara full time mulai umur enam tahun, periode ini berlangsung sampai anak berumur sembilan tahun (di beberapa negara bagian sampai sepuluh tahun).  Setelah menyelesaikan periode ini, anak muda tidak harus masuk sekolah secara full time, tetapi bisa juga masuk sekolah part time (sekolah kejuruan) selama tiga tahun. Secara sederhananya, anak-anak di Jerman harus sekolah mulai umur 6 hingga 18 tahun.  Setelah empat tahun di sekolah dasar (Grundschule), anak dapat memasuki jenjang pendidikan sekunder yang terdiri atas Hauptschule, Realschule, Gymnasium, dan Gesamtschule. Dari sini kemudian siswa melanjutkan ke Berufsschule, Berufsfachschule, atau Gymnasium tergantung pada kemampuan akademisnya.
·         Sistem Ganda
Di dunia internasional, sistem ganda yang berlaku dalam pendidikan kerja di Jerman merupakan hal istimewa. Sistem Ganda  sebagai suatu bentuk yang dominan pada Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Jerman telah dikenal luas di dunia.  Sistem ini sudah secara tradional sejak 700 tahun yang lalu dan berakar pada permulaan abad pertengahan.  Seiring perjalalan waktu,  sistem ini telah berkembang secara mantap dan membawa perubahan pada masyarakat, ekonomi, dan teknologi tanpa kehilangan identitas sebagai suatu bentuk pelatihan yang paling sesuai dengan ekonomi dan pasar kerja. Sekitar separuh dari jumlah lulusan sekolah menjalani pendidikan kejuruan dalam salah satu di antara ke-350 pekerjaan didikan yang diakui negara dalam sistem ganda tersebut. Proses memasuki dunia kerja ini berbeda dengan pendidikan kejuruan yang hanya berlangsung di sekolah, seperti yang masih berlaku di banyak negara: Bagian praktek dipelajari selama tiga sampai empat hari seminggu di perusahaan; disusul oleh pelajaran teori di sekolah kejuruan selama satu atau dua hari per minggu.
Pendidikan magang seperti itu berlangsung selama dua sampai tiga setengah tahun. Pendidikan intraperusahaan dilengkapi lagi dengan kursus ekstern dan kesempatan kualifikasi tambahan yang disediakan di luar. Pendidikan kerja dibiayai oleh perusahaan yang membayar imbalan kepada magangnya, dan oleh negara yang membiayai sekolah kejuruan. Ada sekitar 500.000 perusahaan, instansi layanan publik dan penyandang profesi bebas yang berkecimpung dalam pendidikan kerja. Lebih dari 80 persen di antara tempat pendidikan kerja disediakan oleh perusahaan kecil dan menengah. Berkat pendidikan kerja sistem ganda itu, jumlah orang muda yang tidak memiliki pekerjaan atau tempat pendidikan kerja di Jerman relatif kecil. Untuk kelompok umur 15 sampai 19 tahun, jumlah itu hanya sebesar 4,2 persen. Kombinasi antara teori dan praktek menjamin kualifikasi tinggi dari tukang dan pekerja terampil. Di samping itu terbuka dua jalur pendidikan kerja lanjutan sebagai sarana peningkatan karier. Jalan yang tradisional memuncak dalam penerimaan ijazah Meister (ahli yang berhak memimpin perusahaan). Kini terbuka pula jalan baru menuju kualifikasi yang dapat ditempuh dengan mengikuti kursus pendidikan lanjutan di luar jam kerja. Bagi peserta terbuka kesempatan untuk meraih ijazah Master pada perguruan tinggi.
Pendidikan vokasi (dual training) di Jerman didesain untuk memberikan ilmu secara teori maupun praktik bagi siswanya. Ketika belajar di sekolah vokasi, 75% waktu siswa digunakan untuk bekerja di industri, sedangkan sisanya mereka belajar teori di sekolah. Nantinya setelah siswa mengikuti pendidikan vokasi di sekolah dan bekerja pada sebuah industri, mereka akan mendapatkan sertifikat dari asosiasi industri (chamber) yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan. Kurikulum yang dirancang pada pendidikan vokasi di Jerman adalah berorientasi pada penggabungan antara instruction dan construction, sehingga pendekatan utama dalam membentuk tahapan pembelajaran yang mengacu pada fase pembelajaran di sekolah ataupun praktik di industri dan berorientasi pada hasil proses pembelajaran yang diinginkan.  Selain itu, perlu mempertimbangkan orientasi kompetensi pada berbagai level sejalan dengan pendesainan proses pembelajaran. Dalam melaksanakan pengembangan pendidikan kejuruan mereka mempunyai lima kunci sukses, "The succes of German vocational education and training is based on five characteristics wich also represent added value for development of VET system in others countries" yaitu :
·         Pembelajaran Teori
Republik Federasi Jerman (BRD) terdiri atas 16 negera bagian (Länder). Masing-masing negara bagian memiliki otonomi dalam bidang budaya, termasuk di dalamnya berwenang dalam bidang pendidikan. Pembelajaran teori yang diperlukan suatu bidang pekerjaan dilaksanakan di sekolah.  Sekolah bekerja dengan kurikulum/silabus yang hanya berlaku di suatu negara bagian tertentu. Silabi tersebut berdasar pada masing-masing bidang kejuruan yang dikembangkan dibawah tangung jawab sebuah lembaga permanen yang beranggotakan Menteri Kebudayaan dari 16 negara bagian yang disebut Kultus Ministerium Konferenz (KMK). Jaminan ini mencakup juga validitas hasil pendidikan di Jerman. Dengan kata lain, masing-masing negera bagian diperbolehkan untuk mengintegrasikan silabi sesuai dengan kondisi spesifik untuk situasi aktual di negara bagian tersebut.  Pembelajaran teori di sekolah menckup juga pembelajaran praktik yang diperlukan untuk memahami suatu teori tertentu.  Monitoring pelaksanaan pembelajaran teori di lakukan oleh masing-masing negara bagian.
·         Pelatihan Praktik
Seluruh kegiatan pelatihan praktik dilaksanakan di perusahaan sesuai dengan bidang kerja yang harus dipelajari.  Pelatihan juga meliputi teori-teori yang dibutuhakn untuk memahami suatu kegiatan praktik dan untuk bekerja secara profesional.  Misalnya Matematika, Fisika, Kimia atau Biologi tidak diajarkan sebagai satu mata pelajaran khusus, tetapi include dalam pelatihan praktik kejuruan. Perusahaan bertanggungjawab untuk seluruh proses kegiatan pelatihan.  Tanggung jawab tersebut di secara keseluruhan dijankan bersama dengan Kementerian Ekonomi Federal (BRD) yang meng-organisir kerangka pengembangan pelatihan dan peraturan-peraturan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelatihan kejuruan dalam suatu kerangka kerja.  Kontrol terhadap jalannya pelatihan didelegasikan dari pemerintah kepada suatu lembaga yang disebut Industrie- und Handelskammer (IHK) dan Handelskammer (HK), semacam Kamar Dagang dan Industi (KADIN) di Indonesia. IHK atau HK beranggotakan perusahaan dan para professional pada bidang pekerjaan tertentu. Tabel berikut ini menggambarkan pembagian tugas dan kewenangan antara sekolah dan perusahaan dalam pendidikan sistem ganda di Jerman.
·         Pembagian Waktu
Pendidikan dan pelatihan kejuruan umumnya berlangsung anatar 3 sampai 3,5 tahun. Sekolah dan perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kerja bersama untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kejuruan yang berkualitas.  Mereka membagi waktu pendidikan dan pelatihan sedemikian rupa sehingga peserta diklat (Auszubildender-in/ Lehrlinger-in) memperolah 3-4 hari praktik di perusahaan dan 1-2 hari belajar di sekolah atau 3-4 minggu di perusahaan dan 1-2 minggu di sekolah. Pada pertengan pelaksanaan diklat, biasanya pada akhir tahun kedua, peserta diklat harus menempuh ujian pertengahan (Zwischenprüfung). Ujian ini tidak menyebabkan pembatasan ataupun keuntungan.  Ujian ini hanya dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada sekolah, perusahaan dan peserta diklat itu sendiri tentang level kemampuan yang telah dicapainya.  Setelah menempuh ujian akhir (Abschlußprüfung) dan dinyatakan lulus, peserta diklat mendapat surat keterangan sebagai tenaga terampil pada bidang tertentu.
·         Konsentrasi pada Mata Pelajaran Utama Teori
Walaupun silabi kurikulum dapat berbeda pada masing-masing negera bagian, sebagian besar negara-negara bagian mengacu pada keputusan pendidikan yang sama, yaitu menempatkan teknologi atau subyek kejuruan sebagai disiplin utama ke dalam fokus pembelajaran teori. Semua mata pelajaran dirancang untuk mendukung pambelajaran kejuruan utama. Isi dan tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari bidang kejuruan yang sesuai harus dipilih untuk pengembangan/perluasan semaksimal mungkin.  Seluruh tujuan diklat berorientasi pada aktivitas dan kehususan bidang kejuruan, baik dalam hal isi maupun pelaksanaannya. Dalam Republik Federal Jerman pasca perang, sistem sekolah tiga jalur dan universitas dengan sistem ekonomi adalah bentuk yang digunakan. Oleh karena Undang-undang Federal, yang bertanggung jawab mengenai pendidikan, semenjak itu pula pembicaraan di tingkat "Lander" berlangsung terus tentang tujuan reformasi pendidikan. Pemerintah negara bagian (State) yang Sosial Demokrat cenderung untuk menempatkan pendidikan sebagai hak azasi dengan penekanan pada, usaha pendidikan itu atas inisiatif sendiri, persamaan, dan tindakan pengimbalan, sementara pihak Kristen Demokrat Konservatif menginginkan tujuan dan kegiatan pendidikan itu bersifat kolektif untuk kepentingan masyarakat, seperti penyiapkan lulusan yang berkualitas.
·         Kurikulum
Menteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis instrumen yaitu, pertama, tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan "grade" dan jenis sekolah, kedua, pedoman kurikulum, ketiga, pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks. Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah (sering dinyatakan pada Mukadimah suatu Keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya dengan pedoman kurikulum. Ini diputuskan oleh kementrian negara bagian dan mencakup silabus, rekomendasi metode mengajar, dan kadang-kadang juga model rencana pelajaran. Mengenai buku teks , tidak ada yang dapat dipakai di sekolah-sekolah Jerman tanpa mendapat persetujuan dari mentri negara bagian. Keputusan untuk metode mengajar tertentu sepenuhnya diserahkan kepada guru. Dengan semakin menurunnya rasio murid-guru(dari 30:1 tahun 1960 menjadi 15:1 dalam tahun 1980), makin jelas kecenderungannya bahwa metode mengajar "techer-centered" makin di tinggalkan beralih pada bekerja dengan kelompok kecil murid dalam kerangka pendekatan "student-centered". Semenjak akhir tahun 1980-an, konsep "pengajaran terbuka" atau "open instruction" yang menekankan pada "murid belajar atas dorongan sendiri" semakin berkembang dan semakin popular pada sekolah-sekolah pendidikan dasar dan juga pada sebagian sekolah menegah pertama.

DAFTAR PUSTAKA
-          Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History, New Delhi: Kitab Bravan, 1981
-          S. M. Imaduddin, Sejarah pendidikan inggris: 711-1492 A.D, Leiden: E. J. Brill, 1981
-          David Wessenstein, Politics and Society in Gemany: 1002-1086, New Jersey: , 1985
-          Jurji Zaidan,sejarah pendidikan prancis I,paris: Dara l-Hilal, tt
-          Musyrifah Sunanto,Sejarah pendidikan dunia, Jakarta Timur, Penada Media, 2003
-          W. Montgomery Watt, Kejayaan pendidikan dunia: Kajian kritis dari tokoh orientalis. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990
-          Harun Nasution, pendidikan di eropa , Jakarta: UI Press, 1985

No comments:

Post a Comment