PERKEMBANGAN PENDIDIKAN YUNANI MASA KLASIK


WAHYU SINTO/SP

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2002:11). Rumusan tentang pendidikan, lebih jauh termuat dalam UU. No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan Indonesia bertujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, arah dari proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbicara masalah pendidikan meliputi cakupan yang cukup luas, bahkan dalam
mendefinisikan pengertian pendidikan juga bervariasi. Ada yang mengartikan pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di lingkungan masyarakat dimana ia berada. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosial, di mana seseorang dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (contoh paling nyata sekolah) sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan secara optimal.
Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang yang berbeda. Yang pertama, melihat dari sudut pandang psikologis, dan yang kedua dari sudut pandang sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang pendidikan. Namun demikian, yang jelas bahwa pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat survive dalam menjalani hidupnya.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN YUNANI
Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada kenyataannya dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan dari zaman ke zaman mempunyai garis persamaan. Garis persamaan atau benang merah pendidikan itu ialah:
·         Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
·         Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifar universal.
·          Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-masing bangsa.
Yunani terkenal dengan mulainya kebudayaan Barat. Dalam waktu beribu-ribu tahun bangsa Yunani ini berdagang. Militernya mempunyai hubungan dekat dengan Timur. Disamping itu mempunyai hubungan dengan daerah Mediterania dengan Eropa. Dengan adanya sifat-sifat ini maka dalam bentuk yang Istimewa yunani merupakan tempat pertemuan kebudayaan Timur dan Barat.akibat percampuran itulah, merupakan asal dari kebanyakan cita kebudayaan dan adat bangsa Barat. Tetapi kesatuan daripada Yunani itu puncaknya ketika kekaisaran Roma berkuasa. Bangsa Yunani mempunyai Negara-negara yang terpencar-pencar, dikarenakan oleh beberapa sebab mereka tidak dapat bersatu.negara-negara ini dapat bersatu ketika ada azaz-azaz penaklukan bangsa Macedonia 300 tahun SM dan Roma 146 SM. Sikap bangsa Roma terhadap Yunani mengandung 2 kemenangan, yaitu;
v  Kemenangan Militer bagi Bangsa Roma
v  Kemenangan secara spiritual bagi bangsa Yunani
Dikatakan spiritual karena kebesaran Roma adalah pinjaman dari kebudayaan Yunani. Bangsa Yunani spiritual kuat (kesenian, pengetahuan, kesusasteraan) tetapi lemah didalam organisasi. Sedangkan Roma mempunyai kemenangan politik yang bersifat ultilitaritis . oleh karena itu organisasi kenegaraan Roma menjadi kuat sehingga dapat menerima kebudayaan baru yang dibawa oleh golongan Kristen. Cita-cita kesatuan dan keagungan itu terus hidup sampai reformasi, dan baru dapat hancur oleh Napoleon I. (Drs. Leo Agung S.,M.Pd,2012:90) Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria, sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Kedua negara tersebut merupakan Polis atau negara kota. Sparta dengan ahli negaranya Lycurgus, sedang Athena dengan ahli negaranya Solon. Pada kedua negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah berani.
A. Pendidikan Awal di Yunani
Sebetulnya sukar diketahui, lebih-lebih apabila sifat pendidikannya dalam hubungan fisik dan Spritual, tetapi meskipun demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa pendidikan mula-mula dapat dibagi dua;
v  Masa sebelum Homeros
v  Masa Homeros
Masa sebelum Homeros ini bersifat sederhana. Yang mempunyai peranan penting disini ialah initiasi untuk memasuki dewasa. Segala pendidikan diarahkan kepada moralitet. Peraturan-peraturan moral ini terutama diajarkan oleh ayah.
Homeros menulis dua espos ialah Hilies dan Odessa. Yang penting sebagai sumber pendidikan ialah Hilies. Didalam buku ini diceritakan pendidikan pemuda Achilles oleh tutornya, Phoenix. Yang dipelajari oleh Achilles ialah Retorik dan perbuatan-perbuatan mengenai keberanian, dan kedua ialah mengenai kesenian dan pengobatan, disini diterangkan sistem berguru. Terutama pendidikannya ditujukan kepribadian yang baik, karena adanya buku ini maka yunani dikenal oleh dunia lain.
B. Bangsa Campuran
Bangsa Yunani adalah campuran dari berbagai bangsa :
v  Bangsa Aegea –Creta
Bangsa ini adalah bangsa yang paling tua, menurut taksiran telah ada sejak 20.000 tahun SM mempunyai kebudayaan sendiri yang terdapat di pulau Kreta, Aegea dan Yunani sendiri.
v  Bangsa Arya
Bangsa ini datang dari berbagai golongan imigrasi dan menempatkan diri di kalangan penduduk asli. Bangsa Arya kemudian menamakan bangsa mereka bangsa Helen oleh karena mereka berasal dari nenek moyang  yang sama.
v  Bangsa Doria
Datangnya pada abad 12 SM oleh karena kedatangan bangsa ini bangsa yang lain lalu tercerai-berai terdesak mencari tempat perlindungan seperti di Athena, ke pulau-pulau lonia lalu menamakan dirinya bangsa lonia. Dengan datangnya bangsa Doria ini berakhirlah abad kepahlawanan yaitu ketika bangsa Yahudi dikuasai oleh seorang penulis terkenal (Homeros) dan timbullah abad kegelapan 1300 sampai 800 SM. Sesudah itu timbul abad keemasan. Karena desakan dari bangsa-bangsa Dorian maka kota-kota Yunani terbagi menjadi dua:
v  Yang bersifat Doria yaitu Sparta
v  Yang bersifat non-Doria yaitu Athena.
Dengan datangnya bangsa Arya maka timbulah pengetahuan dan Filsafat.disamping itu suasana politik berubah sehingga daerah-daerah yang terpecah itu dapat dikumpulkan dibawah pemerintahan yang otokratis dan timbul pankalenisme. Secara spiritual bangsa Yunani dapat dilihat dari sudut agamanya. Dewa-dewa mereka yaitu Apolo, Poseidon, Aros, Hermes, dan sebagainya. Ini sebenarnya sama dengan typis Timur: Brahma, Wisnu, dan sebagainya. Dewa-dewa ini dipandang mewakili kekuatan yang besar dan memberikan pengaruh kepada penghidupan manusia. Jadi memberikan dorongan terhadap penghidupan. Maka bangsa Yunani mungkin terlalu mementingkan kehidupannya secara keduniawian.
1. Sparta
Sparta adalah negara Aristokrasi-militeristis. Dasarnya Undang-undang Lycurgus (± 900 SM). Ciri pendidikan: pendidikan diselenggarakan oleh negara dan hanya untuk warga negara merdeka. Pendidikan di Sparta didasarkan atas dua asas:
v  anak adalah milik negara;
v  tujuan pendidikan adalah membentuk serdadu-serdadu pembela negara serta warga negara.
Tujuan pendidikan Sparta adalah membentuk warga negara yang siap membela negara (membentuk tentara yang gagah berani). Ciri-ciri pendidikannya adalah :
v  Pendidikan diperuntukkan hanya bagi warga negara yang merdeka (bukan budak)
v  Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
v  Anak-anak yang telah mencapai umur 7 tahun diasramakan.
pendidikan: anak-anak dibiasakan menahan lapar, tidur di atas bantal rumput, dan pada musim dingin hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara, seperti keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk pada disiplin selalu mendapat perhatian. Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian dianggap tidak terlalu penting dan diabaikan. Musik dan nyanyian hanya dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan (A. Ahmadi, 1987:162). Penduduk Sparta mempunyai dua Tradisi;
v  Periode yang tradisional, pendidikan masa ini sama dengan pendidikan Primitif pada sejarah
v  Periode masa sesudah timbulnya undang-undang Licurgus (abad ke-8 SM0
Undang- undang Licurgus menghendaki bangsa Sparta memenuhi tugas untuk memepertahankan Sparta. Meskipun undang-undang ini sebelum abad ke-8 tetapi baru bersifat militer sungsuh-sungguh pada abad ke-7 SM, karena:
·         Terjadi degenerasi, karena degenerasi ini Sparta menjadi daerah yang sempit, tetapi penduduknya terus bertambah. Maka dalam masyarakat timbul tanggal melarat, aristokrasi jatuh
·         Letak geografis Spara sendiri mengahruskan adanya suatu Negara yang bertentara kuat, ditambah lagi dengan kekuatan penduduk asli.
Penduduk Sparta berjumlah 400.000 orang terdiri dari :
·         Kira-kira 225.000 golongan Helan atau golongan budak
·         13.000 disebut dengan golongan Perioriko
·         45.000 orang golongan warga Negara biasa. (Drs. Leo Agung S.,M.Pd,2012:83)
Jadi problem umum dihadapi Sparta adalah mempertahankan diri dari musuh diluar dan didalam. Disisni budak-budak ditindasi oleh orang-orang yang berkuasa. Masyarakat bersifat militeristis. Golongan individualis ditindas untuk mempertahankan Negara. Anak laki-laki lebih mendapatkan prioritas. Orang tua tidak mempunyai kekuasaan terhadap anak. Tidak ada yang dinamakan rumah tangga dalam masyarakat Sparta. Orang tua hanya berhak atas anak sampai anak umur 7 tahun, sesudah umur ini Negara yng menguasai. Anak dititikberatkan pada jasmani dan militer. Anak yang lemah dibunuh. Mereka dilatih untuk menghadapi musuh Sparta. Membaca dan menulis tidak mempunyai arti bagi Negara. Untuk latihan militer antara anak laki-laki dan perempuan boleh dikatakan sama. Hanya pada perempuan kurang keras.
Secara resmi anak dibawah Negara dari umur 7-18 tahun. Sesudah umur 18 tahun mereka mendapat latihan disiplin yang sangat berat, dan dibawa keluar daerah diawasi secara rahasia. Pada umur 20 tahun percobaan selesai, anak dipilih menjadi anggota perkumpulan. 10 tahun kemudian menjadi anggota penuh. Mereka harus mengikuti terus latihan berperang. Undang-undang mereka ditempatkan di dalam kamp latihan dibawah pimpinan opsir.sesudah umur 30 tahun ia boleh menikah tetapi mesti tetap menjadi tentara dan tinggall di tangsi. Pada umur 30 tahun ia telah menjadi warga Negara yang penuh. Pakaian yang mereka kenakan hanya seperlunya saja. Mereka ttak bersepatu dan tak bertutuo kepala. Makannya pun dibatasi dan tidak diperbolehkan sering mandi. Tiap tahunnya didalam rumah suci/kuil "Arthemis Orthia beberapa pemuda dipukul sampai mengeluarkan darah. Dengan demikian badan diperkebal, keberanian dan kemauan dibentuk . anak wanita pun mendapatkan perhatian meskipun hanya tinggal dirumah tetapi semuanya mengikuti undang-undang. Anak wanita harus mengikiuti kegiatan permainan seperti berlari, bergumul, melempar lembing, melempar cakram supaya mereka kuat dan cakap serta sehat, dan mereka juga diajarakan menari dan menyanyi. Mereka mendapatkan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya sedangkan suaminya terikat oleh peraturan-peraturan asrama danmenderita dalam peperangan.
Jadi kesimpulannya bangsa Sparta tidak mengalami kemajuan di dalam lapangan estetika dan intelek, meskipun dalam kehidupan mempunyai "seremoni". Sebabb titik beratnya pada kemiliteran. Sedangkan kedudukan wanita bebas baik didalam maupun diluar rumah.
2. Athena
Sejarah Athena dapat kita ketahui di dalam periode perkembangan:
·         Periode Prasejarah
·         Periode Kuno(kira-kira  1000 sampai berakhir pada 600 SM)
·         Periode Transisi 600 SM sampai kemenangan Macedonia 385 M
·         Periode Cosmopolit 385 sampai 539 M (zaman Kaisar Justinianus)
A. Aspek Intelektual
Sampai 60 SM bangsa Athena berkebudayaan primitif. Tetapi watak bangsa ini menghargai Dewa-dewa sehingga dikenal dewa-dewa yang menguasai lapangan kesusastraan, kesenian, ilmu pengetahuan. Dewa-dewa ini disebut Muse. Kemajuan bangsa Athena dalam intelek mulai abad ke-7 SM yaitu bangsa lonia mulai menyelidiki alam fisika. Usaha-usaha inilah yang kita anggap sebagai permulaan ilmu pengetahuan di eropa. Jadi filsafat bangsa Yunani mulai dengan pengetahuan alam dan mencapai puncaknya sesudah objeknya mengenai persoalan-persoalan manusia dan lapangan sosial dan berakhir sebagai sistem theosofi yang berbentuk: Neoplatonisme dan Teologi Kristen. Perkembangan intelek ini mencapai puncaknya sampai Athena ditaklukan Macedonia. Tanda-tanda perubahan sosial orang-orang athena menjadi orang-orang yang berfikir, berbuat dan berbicara. Kemerdekaan merupakan kekuatan baru untuk mengingat orang dari pada negaranya. Jadi berfikir bebas pada bangsa Athena menjadi pedoman yang berakibat orang dapat menciptakan masyarakat dan dunia secara ideal. Jadi guna keperluan ini ahli-ahli pikir berusaha sebaik-baiknya dan berpendapat bahwa pendidikan adalah akibat daripada ini, yaitu mengikuti proses daripada perubahan-perubahan.
B. Pendidikan di Dalam Periode Kuno
Lain dengan Sparta, maka rumah merupakan tempat pendidikan utama. Di Sparta rumah bukan tempat pendidikan. Sampai umur 7 tahun anak masih di bawah pemeliharaan orang tuanya. Sampai permulaan umur 8 tahun dipisahkan dan diasuh oleh seorang paedagogos, yaitu seorang budak. Paedagogos tersebut meneruskan bimbingan anak tersebut di dalam rumah, di sekolah, di lapangan olah raga sehingga anak berumur 18 tahun. Paedagogos memberikan nasihat mengenai adat istiadat. Misalnya rendah hati, sopan santun, sifat selalu mengoreksi diri sendiri, dan lain sebagainya.  Di dalam periode ini Athena mempunyai 2 macam sekolah untuk anak laki-laki.
·         Palaestra, yaitu sekolah untuk latihan badan
·         Didascaleum, yaitu sekolah untuk musik atau kesusastraan.
Sekolahan ini dibedabedakan sesuai dengan kemampuan anak. Pemisahnya terletak pada yang kaya dan yang miskin. Untuk yang kaya bisanya anak bersekolah 16-17 tahun. Yang miskin lebih sedikit dari pada itu. Program sekolahnya masih bersifat accational ( rencananya selalu berubah-ubah). Pada yang kaya selau diadakan pelajaran privat di rumah. Sesudah meninggalkan sekolah yang miskin terjun dalam perdagangan. Yang kaya meneruskan latihan-latihan dalam berbagai metode, sebagai pengisi waktu. Sesudah umur 18-19 tahun mereka harus menunjukan cinta kepada tanah air dan mendaftarkan diri sebagai warga negara. Pada zaman dahulu itu terdapat bentuk sekolah militeruntuk anak yang berumur 18 tahun. Sekolah ini timbul pada 400 SM yang bernama sekolah Ephibic. Anak muda berumur 21-22 tahun dikirimkan untuk menjaga tepal batas dan meneruskan latihan-latihan militer. Bila ini telah selesai dianggap periode 1 sudah selesai. Disamping itu ada pendidikan informal yaitu berhubungan dengan ikut serta nya anak di dalam keluarga, lapangan sosial, ekonomi, dan politik. Oleh anak harus menyesuaikan diri di dalam penghidupan masyarakat, maka hal tersebut merupakan lapangan tersendiri. Lebih-lebih di dalam zaman transisi yaitu demokrasi berkembang dengan sebaik-baiknya. Di samping itu anak diwajibkan mengikuti upacara-upacara nasional. Pendidikan wanita mempunyai pengecualian karena lapangannya selalu dihubungkan dengan rumah tangga serta tindakan-tindakan selalu dibatasi.
C. Praktek Pendidikannya
Objek pendidikan adalah perkembangan individu mengenai badan, akal, dan moralnya. Perkembangan ini ditunjukan kesejahteraan individu dan negara. Orang Athena sangat menghormati individu berserta nilai-nilainnya. Yang dituju sebenarnnya ialah manusia yang sesungguhnya. Tetapi sayang di sekolah tidak ada pelajaran tentang keahlian. Yang dipentingkan latihan badan. Lapangan pada udara terbuka yang digunakan latihan jasmani dan latihan-latihan ini diberikan atas tingkatan-tingkatan umur. Pelajaran musik dan kesusasteraan anak dilatih secara vokal dan instrumental, maksudnnya memberikan pengaruh baik di dalam moral, kultural, dan sifat-sifat yang paedagogis seperti pembentukan pribadi. Kesusastraan di sekolah ada gurunya yang istimewa yang membaca dan menulis syair. Usaha-usaha ini mempunyai maksud kultural moral dan intelek.
Athena adalah negara demokrasi. Dasar yang dipakai adalah: Undang-undang Solon (± 594 SM). Berbeda dengan Sparta, tujuan pendidikan Athena adalah: membentuk warganegara dengan jalan pembentukan jasmani dan rohani yang harmonis (selaras). Ciri-ciri pendidikan di Athena adalah:
·         Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga dan sekolah;
·         Sekolah diperuntukkan bagi seluruh warga negara (bebas).
Materi atau bahan pelajaran terbagi atas dua bagian: gymnastis dan muzis. Gymnastis untuk pembentukan jasmani, sedangkan muzis untuk pembentukan rohani. Pendidikan jasmani diberikan di Palestra, tempat bergulat, lempar cakram, melompat, lempar lembing (pentathlon atau pancalomba). Pembentukan muzis meliputi: membaca, menulis, berhitung, nyanyian, dan musik. Dalam perkembangannya dalam pembentukan muzis akan dipelajari artes liberales atau "seni bebas", yang terdiri dari:
v  trivium (tiga ajaran), yaitu: grammatica; rhetorica (pidato); dan dialektika yaitu ilmu mengenai cara berpikir secara logis dan bertukar pikiran secara ilmiah;
·         Pendidikan Agama: tidak ada
·         Pendidikan intelek: hampir-hampir tidak ada
·         pendidikan estetika: musik, bernyanyi
·         Pendidikan etika: kemauan; menahan hati patuh
·         Pendidikan sosial: pembentukan warganegara
v  quadrivium (empat ajaran), yang terdiri dari: arithmetica (berhitung); astronomia (ilmu bintang); geometria (ilmu bumi alam dan falak); musica.
Dalam membaca, diberikan dengan metode mengeja (sintetis murni); dan menulis dilakukan pada batu tulis yang dibuat dari lilin (Djumhur: 1976).  Pendidikan warganegara sangat diutamakan di Yunani, terutama di Sparta. Segala kepentingan negara diletakkan di atas kepentingan individu (perseorangan). Dalam perkembangannya muncul keinginan untuk mendapat kebebasan pribadi, terutama dari kaum sofist.
Kaum sofist adalah kelompok orang yang tidak mengakui kebenaran mutlak dan berlaku umum. Mereka berpendapat, bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu (anthroposentris, anthropos: manusia; sentris: pusat). Sesuatu dianggap benar kalau itu menimbulkan keuntungan atau kemenangan. Kebenaran bersifat relatif (tergantung kapan dan siapa yang melihat). Akibat dari ajaran sofisme tersebut adalah, turunnya nilai-nilai kebudayaan, merosotnya nilai-nilai kejiwaan, pembentukan harmonis antara jiwa dan raga dikesampingkan dan sebagainya. Orang mencari pengetahuan dengan tujuan untuk mencapai kebendaan semata (intelektual-materialistis). Kepentingan negara harus tunduk kepada kepentingan perseorangan. Pendidikan kecerdasan lebih penting daripada pendidikan agama dan kesusilaan.
D. Ahli-Ahli Pendidikan Yunani
v  Pythagoras (580-500 SM)
Tujuan pendidikan: membentuk manusia susila dan beragama. Beberapa cita-cita yang menjadi dasar pendidikannya:
1.      hanya jiwa yang berharga, bukan badan;
2.      jiwa berasal dari dewa-dewa dan hidup terus jika badan telah mati;
3.      sejak kecil manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat, pendidikan harus membawa manusia ke arah kesempurnaan;
4.      kesempurnaan adalah kebajikan, yaitu keselarasan antara jiwa dan raga, harmoni dalam hubungan antara manusia, harmoni pula dalam negara.
Untuk melaksanakan cita-cita tersebut, ia mendirikan sebuah lembaga dengan nama "Lembaga Pythagoras". Anggotanya hidup bersama-sama dan patuh pada aturan-aturan tertentu. Lembaga tersebut terdiri dari 3 bagian:
1.      bagian 1: terdiri dari calon-calon anggota dalam masa percobaan 3 tahun. Selama itu ia harus dapat mengatasi penderitaan-penderitaan dan harus membuktikan kesanggupan dalam menempuh jalan hidup yang saleh;
2.      bagian 2: merupakan lanjutan dari bagian 1, tetapi masih diasingkan dari anggota-anggota penuh, dan mendapat ajaran dari Pythagoras sendiri;
3.      bagian 3: terdiri dari anggota-anggota yang dianggap sudah cukup memenuhi syarat, mendapat hak dan kepercayaan yang penuh, mereka mendapat ajaran dari Pythagoras sendiri.
v  Socrates (469-399 SM)
Merupakan tokoh yang melawan ajaran sofisme. Ia berpendapat bahwa yang menjadi ukuran segala-galanya bukan manusia melainkan ke-Tuhanan (theosentris, theo: Tuhan). Berlawanan dengan Pythagoras, Socrates percaya bahwa manusia mempunyai pembawaan untuk berbuat baik. Socrates berpendapat bahwa ilmu adalah sumber dari kebajikan, oleh karena itu ia dianggap perintis kaum Philantropin: cinta pada sesama manusia. Dalam pelaksanaan pengajarannya, dia melakukan dialog, percakapan, dan tanya jawab dengan masyarakat di jalan-jalan, di taman, dan pasar. Socrates selalu mengajarkan bahwa manusia itu berpengetahuan hanya dalam sangkaannya saja, padahal yang sebenarnya mereka tidak tahu apa-apa, dan mereka akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa mereka hanya mengetahui satu hal, yaitu bahwa mereka tidak tahu apa-apa. Dengan begitu maka pada diri manusia itu tumbuh keinginan untuk mengetahui yang sebenarnya. Dengan jalan induksi, mereka dibawa kepada ilmu yang sebenarnya (menarik kesimpulan sendiri). Beberapa jasa Socrates:
1.      pelopor dari ilmu kesusilaan. Ia berpendapat bahwa filsafat merupakan alat untuk mencapai kebajikan;
2.      pelopor dari ilmu mengenai pengertian-pengertian. Ia berusaha selalu mencari hakikat dari benda-benda, yakni pengertian-pengertian;
3.      Pythagoras dan Socrates adalah peletak dasar paedagogik moral.
Pada akhir hidupnya, Socrates dijatuhi hukuman minum racun oleh hakim, apabila ia tidak bersedia menarik kembali ajarannya. Socrates dianggap telah merusak akhlak pemuda, dan difitnah oleh kaum sofis telah mengajarkan dewa-dewa baru dan membelakangi dewa-dewa resmi.
v  Plato (427-347 SM)
Plato adalah murid Socrates. Ia adalah seorang bangsawan. Saat Socrates dijatuhi hukuman minum racun Plato melarikan diri dan mendapat perlindungan dari keluarganya. Sistem pendidikan yang lengkap dan merupakan bagian dari ajaran ketatanegaraan pertama disusun oleh Plato, ia adalah seorang pengarang pertama di Yunani. Tujuan pendidikan menurut Plato adalah: membentuk warga negara secara teoritis dan praktis. Setiap manusia bertugas untuk mengabdikan kepentingannya kepada kepentingan negara. Oleh sebab itu pendidikan harus diselenggarakan oleh negara dan untuk negara. Dengan prinsip tersebut Plato disebut sebagai pencipta Pendidikan Sosial. Ia berpendapat bahwa kesulitan-kesulitan politis dapat diatasi apabila ada keadilan. Keadilan akan terwujud bila setiap orang melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Dengan demikian tujuan pendidikan itu selanjutnya adalah untuk membentuk negara susila yang berdasarkan keadilan.
Dalam pendidikan moral, Plato berpendapat bahwa anak-anak telah dapat melakukan suatu perbuatan meskipun mereka belum sanggup menyadari atau memahaminya. Sehingga pendidikan harus dimulai sejak kecil, yaitu dengan pembiasaan dan kemudian pengajarannya. Pengaruh plato sangat besar, misalnya dalam pemerintahan gereja abad pertengahan. Meskipun dipengaruhi oleh bangsa Yahudi, namun pemerintahan gereja sangat platonis.
v  Aristoteles (384-322 SM)
Ia adalah murid dari Plato dan telah berguru selama 20 tahun. Bukunya yang terkenal mengenai cita-cita pendidikan adalah: Politica dan Anima. Seperti halnya dengan Plato, maka Aristoteles pun menghendaki pendidikan negara. Cita-cita pendidikannya: kebajikan itu diperoleh dengan jalan aman, melalui pengalaman, pembiasaan-pembiasaan, akal budi, dan pengertian. Pendidik harus mempelajari dan memimpin pembawaan dan kecenderungan anak-anak. Dengan latihan dan pembiasaan mereka diajar melakukan perbuatan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Menurutnya sumber pengetahuan adalah pengalaman, pengamatan, yang menghasilkan bahan untuk berpikir. Dalam satu hal ia sefaham dengan J. Locke, bahwa jiwa seseorang pada waktu dilahirkan tidak berisi apa-apa (tabula rasa). Pendidikan formal menurutnya berakhir pada usia 21 tahun, dan periode ini terbagi menjadi 4 bagian:
1.      pendidikan sampai dengan usia 5 tahun;
2.      pendidikan sampai dengan usia 7 tahun;
3.      pendidikan sampai dengan usia pubertas;
4.      pendidikan sampai dengan usia 21 tahun.
Dalam prinsipnya, sebelum usia 5 tahun, hendaknya pendidikan bersifat sewajarnya, disesuaikan dengan keadaan anak. Membaca, menulis, ilmu hitung, gymnastic, dan musik dianggap sebagai mata pelajaran untuk latihan kejiwaan. Gymnastic dan musik adalah yang paling penting, sebab mempunyai akibat pembersihan jiwa, dan nafsu-nafsu yang tidak baik dan mengembangkan perbuatan baik sesuai dengan tuntunan moral. Menurut Aristoteles, karena pendidikan adalah soal universal, maka pendidikan dilakukan oleh negara.
Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria, sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Kedua negara tersebut merupakan Polis atau negara kota. Sparta dengan ahli negaranya Lycurgus, sedang Athena dengan ahli negaranya Solon. Pada kedua negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah berani (Djumhur, 1976:24). Berbeda dengan bangsa Yunani yang mempunyai watak berrpikir. Bangsa Roma ini lebih tertuju pada perbuatan dalam lapangan kesusastraan tidak menciptakan apa-apa hanya meniru. Mereka mempunyai pesona cukup terhadap penerimaan ilmu alam dari bangsa Yunani. Bangsa Roma mempunyai kelebihan dari bangsa lain seperti ilmu hukum, pemerintahan dan teknik. Jadi bangsa Roma tahu bagaimana cara memerintah, bangsa Yunani tahu bagaimana cara memikirkan dunia.

DAFTAR PUSTAKA
-          Djumhur. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu
-          Agung,Leo.2012.Sejarah Pendidikan.Yogyakarta,Ombak
-          Asril,M.Pd.Sejarah Pendidikan Dunia & Indonesia

No comments:

Post a Comment