SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI ROMAWI


SUHARYATI L / SP

Bangsa Roma ini lebih tertuju pada perbuatan dalam lapangan kesusastraan tidak menciptakan apa-apa hanya meniru. Mereka mempunyai pesona cukup terhadap penerimaan ilmu alam dari bangsa Yunani. Bangsa Roma mempunyai kelebihan dari bangsa lain seperti ilmu hukum, pemerintahan dan teknik. Jadi bangsa Roma tahu bagaimana cara memerintah, bangsa Yunani tahu bagaimana cara memikirkan dunia. Pendidikan Romawi tampak lebih sederhana dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan negara jika dibandingkan dengan pendidikan Yunani. Roma yang pada awalnya adalah negara petani, mengalami dua masa yang masing-masing berbeda baik tujuan maupun alat-alat pendidikannya, yaitu jaman Romawi lama dan jaman Romawi baru (Hellenisme).

v  Jaman Romawi Lama
Pendidikan pada jaman ini bertujuan membentuk warganegara yang setia dan berani, siap berkorban membela kepentingan tanah airnya. Diutamakan pembentukan warganegara yang cakap sebagai tentara. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga, dan merupakan pendidikan bangsawan bukan pendidikan rakyat. Materi pelajarannya meliputi membaca, menulis, dan berhitung. Pendidikan jasmani dan kesusilaan menjadi prioritas. Pendidikan bersifat informal, moral dan jabatab. Sejak anak-anak dilahirkan, anak dibawah kekuasaan orang tua mereka. Baru setelah masuknya alfabet ke Roma anak baru mulai belajar. Mungkin pada waktu itu belum ada sekolah yang formal. Tetapi orang Roma menganggap masyarakat itu merupakan sekolah. Sampai umur 7 tahun anak diberi latihan moral oleh ibunya. Sesudah anak berumur 7 tahun anak menncari pengalaman sesuaii dengan pekerjaan ayahnya. Pada  waktu yang sama (7 tahun ke atas) anak wanita dibimbing oleh ibunya mengenai seluk beluk kerumahtanggaan, sosial dan religi. Suasana kegamaan yang terdapat di rumah  memeberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap pembentukan watak mereka. Sebab di Roma lapangan ekonomi, sosia dan politik terjalin dengan agama. Hasil pendidikan dinilai baik, karena:
·         kebiasaan aturan dalam rumah tangga yang keras, ayah mempunyai kekuasaan mutlak dan anak-anak patuh pada perintahnya.
·         kedudukan ibu hampir sama dengan kedudukan ayah, ia menjadi pemelihara rumah tangga.
·         agama mempunyai pengaruh besar, orang Romawi percaya dikelilingi oleh dewa-dewanya.
·         anak-anak mempelajari Undang-Undang negaranya, menganggapnya sakti dan tidak melanggar.

v  Jaman Romawi Baru (Helenisme)
Hellenisme adalah aliran kebudayaan yang diciptakan oleh ahli-ahli filsafat Yunani (Hellas). Sejak saat itu bangsa Romawi mulai menyadari arti penting ilmu pengetahuan. Dengan demikian maka tujuan pendidikan mengalami perubahan: untuk pembentukan manusia yang harmonis. Pendidikan ratio dan kemanusiaan (humanitas) menjadi prioritas. Organisasi sekolah yang dibentuk meliputi:
·         sekolah rendah: pelajarannya membaca, menulis, dan berhitung. Musik dan menyanyi tidak mendapat perhatian;
·         sekolah menengah: pelajarannya ilmu pasti, ilmu filsafat, dan kesusasteraan klasik;
·         sekolah tinggi: diberikan keahlian pidato, hkum, dan undang-undang.
Pendidikan menjadi kehilangan sifat praktisnya dan rakyat Roma mulai berpedoman kepada filsafat. Pada perkembangan selanjutnya Romawi terbawa oleh arus aliran filsafat yang berdampak cukup besar bagi pendidikan Roma, yaitu Epicurisme (dipelopori Epicurus 341-270 SM), dan aliran Stoa (dipelopori Zeno 336-264 SM). Aliran Epicurisme berpendapat hahwa kebahagian akan terwujud manakala manusia menyatu dengan alam. Aliran Stoa berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai kebajikan. Kebajikan itu akan terwujud apabila manusia dapat menyesuaikan diri dengan alamnya, karena manusia adalah bagian dari alam. Sedangkan alam itu sendiri dikuasai oleh budi Ilahi. Karena manusia merupakan bagian dari alam, maka di dalamnya terkandung sebagian dari budi ilahi itu. Jadi tidak ada perbedaan antara alam dengan Tuhan, dan alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam, yang disebut juga panteisme (pan: seluruh, semua; theos: Tuhan). Sehingga hidup sesuai dengan alam berarti hidup sebagai manusia berakan dan berbudi. Dengan munculnya dua faham tersebut cita-cita atu tujuan Romawi berubah dari rnembentuk manusia sehat kuat untuk membela tanah air (kebajikan kepahlawanan) menjadi membentuk manusia yang bijaksana dan berakal budi (kebajikan kemanusian/humanitas)
v  Pendidikan di dalam masa Transisi
Pendidikan informal banyak sistemnya yang dilanjutkan misalnya pertukangan, kesenian yag mekanis, pelajaran berdagang dan latihan perang-perangan. Pelajaran memegang buku telah ada pada waktu itu. Mereka tida belajar disekolah tetapi di dalam praktek. Pendidikan secara formal baru timbul pada 300 SM. Pada umumnya sekolah dan pendidikannya meniru model Yunani. Anak-anak kemudian diserahkan kepada guru-gurunya untuk mempersiapkan anak didalam cara hidup yang praktis supaya berguna dan dapat memegang pimpinan di dalam politik. Yang terpenting ialah memepersiapkan anak-anak agar menjadi orator yang sempurna.  Menurut orang roma seorang orator adalah yang berpendidikan sempurna yang memiliki semua pengetahuan kecakapan. Semuua pendidikan untuk anak laki-laki baik yang rendah, menengah atau yang tinggi semua ditujukan kearah orator tersebut. Ahli teori Roma yang bernama Cicero dan Quntilianus terkenal juga dalam pandangannya mengenai didktik.
Tokoh-tokoh pendidikan:
·         Seneca (meninggal 65 SM)
Seneca merupakan tokoh pendidik lain di jaman Romawi baru. ia adalah seorang kaisar Nero, juga seorang ahli filsafat dan moralis yang terkenal. Beberapa petunjuk tentang pengajaran yang diberikan adalah:
1.      kita mengajar tidak untuk sekolah, tetapi untuk kehidupan;
2.      panjang jalan melalui perintah, singkat jalan melalui teladan;
3.      dengan mengerjakan, kita menjadi paham.

·         Quintilanus
Adalah seorang profesor ilmu pidato yang terkenal. Ia adalah seorang Spanyol yang tinggal di Roma. Ia menjadi terkenal karena menulis buku "Instituo Oratorio" (pendidikan menjadi ahli pidato). Dia berpendapat bahwa jika suatu saat seorang anak memperlihatkan kesalahan-kesalahannya, maka hal itu adalah akibat dari pendidikan yang salah. Dalam hal ini ia sependapat dengan JJ. Rousseau, bahwa semua manusia itu baik sejak lahir. Pendapatnya tentang pendidikan:
1.      pendidikan harus diberikan secepatnya, sejak dari keluarga. Harus dicari pengasuh yang berbudi baik dan berilmu dan dapat menjadi contoh. Sebab kesan pertama yang diterima oleh anak berpengaruh besar sekali bagi perkembangan selanjutnya;
2.       kelak anak itu harus bersekolah, karena: di sana ia akan merasa lebih bebas, dapat belajar banyak dari teman-temannya, dan ada suasana bersaing yang sehat.
3.      Guru harus dapat mempelajari sifat-sifat dan pembawaan masing-masing anak, agar dapat mengembangkannya dengan baik;
4.      Mengajar hendaknya tidak terlalu cepat, anak ibarat botol yang kecil lehernya, jika diisi terlalu banyak akan terbuang sia-sia;
5.      Pelajaran hendaknya diselingi dengan permainan, supaya guru dapat memperoleh pandangan yang lebih baik tentang budi pekerti anak-anak;
6.       Gaya bahasa yang digunakan harus menarik perhatian anak-anak, lebih baik agak berani dan banyak fantasi;
7.      Teknik mengajar harus lunak, tidak terlalu keras, tidak banyak mencela, tapi jangan pernah pula terlalu banyak memuji. Tidak boleh memberi hukuman fisik, sebab dengan memukul, jiwa anak akan rusak karena merasa malu;
8.      Pada pelajaran membaca, anak-anak diberi huruf dari gading, dan mereka disuruh membuat bermacam kata dari huruf itu;
9.      Pada pelajaran menulis, sebuah meja dipahat huruf timbul dan mereka disuruh mengikuti huruf-huruf itu.
10.  Pada pelajaran mengarang anak-anak harus mengarang seperti sedang bercakap-cakap. Bahan dan bahasa dari pengalaman pribadi anak;
11.  Quintillanus menganggap daya ingat itu sangat penting, oleh sebab itu harus dilatih dengan baik. Setiap hari anak harus menghafal di luart kepala hal-hal yang menarik, sesudah itu hal-hal yang kurang menarik, mula-mula mekanis, sesudah itu logis.
Dalam organisasi sekolah, sesudah sekolah permulaan yang memberikan pelajaran-pelajaran pokok, anak kemudian mengunjungi sekolah menengah, di mana diajarkan bahasa Yunani, baru kemudian bahasa Latin. Setelah itu pelajaran dilanjutkan ke Sekolah Tinggi. Mata pelajaran yang diberikan adalah:
·         trivium: gramatika (bahasa), filosofi, dan retorika;
·         quadrivium: musik, geometri, arithmetika, dan astronomi. Ketujuh mata pelajaran tersebut dinamai "Artes Liberalis yang tujuh"
Teori pengajaran Quantilianus telah memberikan lukisan tentang seluruh praktek pengajaran di Roma pada jaman kaisar. Banyak teknik dan paham modern yang diselenggarakan oleh Quantilianus, seperti papan meja, menuruti huruf timbul dengan jari, mengarang seperti menulis tentang hal-hal yang dialami sendiri dan sebagainya.
v  Organisasi dan Mata Pelajaran di Sekolah
1.      Ludus yaitu sekolah rendah yang timbul kira-kira 300 SM. Disini diberi pelajaran seperti: Membaca, menulis, matematika dan hukum. Yang masuk sekolah ini ialah anak-anak dari umur 7 tahun sampai 12 tahun. Sekolah ini berlangsung kira-kira 200 tahun.
2.      Sekolah Gramatika
Sesudah 300 SM sekolah ini didirikan oleh guru-guru Yunani. Adapun maksudnya ialah untuk mempelajari kesusastraan Yunani. Ketika kesusasteraan Yunani mulai berkembang didirikan pulase kolah semacam oleh bangsa Yunani. Jadi kalau kita bandingkan dengan bangsa Roma, bangsa Yunani ini inferior terhadap politik dan moral, tapi superior dalam lapangan Filsafat dan kesusasteraan. Oleh karena itu bangsa Roma menghargai kesusasteraan Yunan lebih tinggi dari pada kesusasteraan latin. Mendekati aba pertengahan, Quantilanus berkata bahwa pendidikan banggsa Roma harus dimulai dengan pelajaran bangsa Yunani. Memang di Roma sendiri kecenderungan untuk memepelajari bahasa asing lebih daripada bahasa Ibu. Bahasa yunani menjadi perantara dalam arti kebudayaan luas. Sekolah Gramatika ini lamanya 4 tahun yang memasuki anak unmur 12 tahun. Sekolah ini sifatnya Liberal, oleh karena itu memberikan latihan kesusasteraan yang luas.
3. Sekolah Retorika
Karena ketakutan unuk selalu tinggal secara konservatif, maka pada abad ke-2 M timbullah di Roma sekolah-sekolah Retorika. Anak yang masuk sekolah ini kira-kira 17 tahun dan mempelajari teknik sebagai orator. Tipe sekolah ini semacam Yunani dan mendasarkan pandangan atas Retorika dari Aristoteles, Cicero, dan Quintilianus. Yang menjadi pelajaran utama ialah: teori orator dan deklamasi. Sekolah-sekolah itu umumnya swasta dan tidak ada hubungannya dengan pemerintah.
v  Pengawasan Negara Terhadap Pendidikan
Oleh karena pengaruh teori Plato dan Aristoteles yang menasehatkan pengawasn pendidikan oleh Negara, maka kaisar Roma melaksanakan teori ini didalam praktek. Misalnya saja, guru ditunjuk oleh Negara, pemerintah membayar guru itu, guru diberi hak istimewa dan dianggap suci. Hak istimewa ini kemudian menjadikan problema sampai abad pertengahan sampai timbulnya Universitas. Diberika pula subsidi pada sekolah swasta. Pada 429 M diumumkan sekolah sama dengan badan Negara; barang siapa mendirikan dan memberikan pelajaran tanpa izin Negara dianggap melanggar hukum. Jadi sejak itu sekolah mejaddi suatu sistem yang diawasi oleh Negara.
Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria, sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Kedua negara tersebut merupakan Polis atau negara kota. Sparta dengan ahli negaranya Lycurgus, sedang Athena dengan ahli negaranya Solon. Pada kedua negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah berani. Berbeda dengan bangsa Yunani yang mempunyai watak berrpikir. Bangsa Roma ini lebih tertuju pada perbuatan dalam lapangan kesusastraan tidak menciptakan apa-apa hanya meniru. Mereka mempunyai pesona cukup terhadap penerimaan ilmu alam dari bangsa Yunani. Bangsa Roma mempunyai kelebihan dari bangsa lain seperti ilmu hukum, pemerintahan dan teknik. Jadi bangsa Roma tahu bagaimana cara memerintah, bangsa Yunani tahu bagaimana cara memikirkan dunia.

DAFTAR PUSTAKA
-          Djumhur. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu
-          Agung,Leo.2012.Sejarah Pendidikan.Yogyakarta,Ombak
-          Asril, M.Pd.Sejarah Pendidikan Dunia & Indonesia

No comments:

Post a Comment