TENUNAN SIAK MASYARAKAT MELAYU DISIAK SRI INDRAPURA

LAILATUL BADRIAH/PBM/FB

1.      SEJARAH TENUNAN SIAK
Kesenian siak yang sangat terkenal ialah kesenian menenun kain yang disebut tenunan kain tenunan siak.
Dari kapas menjadi benang
Pilin menjadi kain
Bidal tua melayu diatas merupakan tugu pengingan dan symbol kreatifitas masyarakat mengubah kapas menjadi tenunan yang eksotik yang menjadi simbol keagungan, yaitu tenun siak. Semasa dahulu pekerjaan menenun hanya dikenal dilingkungan istana saja sebagai pekerjaan sambilan. Namun sesuai dengan perkembangan zaman, pekerjaan menenun merembes keluar tembok istana (Adila Suwarno, 2005 : 125).

Tokoh wanita melayu riau yang sangat berperan dalam mengembangkan kerajinan kain tenun songket melayu siak di riau adalah tengku maha ratu. Tengku maharatu adalah permaisuri sultan syarif kasim II yang kedua, seteah permaisuri pertama, tengku agung meninggal dunia. Dia melanjutkan perjuangan kakaknya dalam meningkatkan kedudukan kaum perempuan disiak dan sekitarnya, yaitu dengan mengajarkan cara bertenun yang kemudian dikenal dengan nam tenun siak. Tenun siak yang merupakan hasil karya kaum perempuan telah menjadi pakaian adat melayu riau yang dipergunakan dalam pakaian adat pernikahan dan upacara lainnya. Berkat perjuangan permaisuri pertama yang dilanjutkan oleh permaisuri kedua, perempuan yang tamat dari sekolah madrasahtun nisak dapat menjadi mubaligatdan member dakwah terutama kepada kaum perempuan.
Tenun siak adalah tenunan yang dibuat atau ditenun menggunakan benang katun atau benang sutera yang diberi motif benang emas dengan berbagai motif seperti pucuk rebung, siku keluang, tampuk manggis dan lain-lain. Dengan dimekarnya siak menajdi kabupaten, perhatian pemerintah terhadap perkembangan tenunan siak semakin besar, dan tenunan siak sebagai bawang bawaan atau cindera mata khas dari siak semakin dinikmati para kolektor, masyarakat pemakai, dan para pelancong yang datang kesiak.
Orang pertam yang memperkenalkan tenun ini ialah seorang pengrajin yang didatangkan dari kerajaan trengganu Malaysia pada masa kerajaan siak diperintah oleh sultan sayid ali seorang wanita bernama wan siti binti wan karim dibawa kesiak sri indra pura, beliau adalah seorang yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau mengajarkan bagaimana bertenun kain songket. Karena pada saat itu hubungan kenegrian kesultanan siak dengan negeri-negeri melayu disemananjung sangatlah erat, terutama juga dalam hal seni dan budaya melayu yang satu. Jadi menenun kain tenunan siak telah lama digeluti oleh masyarakat semenjak tahun 1747. Anak-anak gadis diajar menenun setiap kapan acara dirmahnya sudah selesai dikerjakan. Dia mulai bertenun utnuk keperluan sendiri maupun untuk menambah kehidupan keluarga. Kalau di Malaysia dikenal tenun trengganu maka disiak dikenal tenunan siak. Dari pusat kerajaan siaklah tenunan ini dibina dan dikembangkan kemudian merata diseluruh kerajaan siak (Suwardi dkk. 2006 : 515).
2.      PERKEMBANGAN TENUN SIAK
Dalam perkebangannya ternyata tenunan siak tidak hanya berkembang dilingkungan istana siak, tetapi juga menembus tembok-tembok keratin dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat siak. Secara apik betapa tenunan ini telah menyatu dengan masyarakat siak (Yusmar Yusuf, 2007: 112).
" Dikampung-kampung apabila melewati rumah orang-orang yang sedang bertenun, akan terdengar melantak sisir dan torak…trak…trak..sreet..trak..trak..sreet, begitulah bunyi torak yang terdengar berirama yang diselingi dengan suara anak dara yang tertawa renyah".
Tenunan ini sangat disenangi oleh kalangan istana. Sehingga pengrajian tenun siak mengembangkan motif tradisional dan ciptaan baru sehingga dikenal dan disukai kembali setelah agak terlupakan. Hingga kini, penenun siak dianggap lebih teguh mengembangkan corak asli melayu.
Tenun yang diajarkan oleh Wan Siti adalah tenun tumpu yang kemudian berganti dengan menggunakan alat yang disebut "kik". Kik adalah alat tenun sederhana yang terbuat dari bahan kayu berukuran 1x2 meter. Karena ukuran alat yang kecil, untuk membuat satu kain sarung seorang penenun harus menyambung dua kain menjadi satu. Kain yang dihasilkan dari proses penyambungan dua kain dinamakan dengan nama kain berkambuh. Seiring berjalannya waktu, kain yang digunakan oleh para bangsawan Kerajaan Siak dikenal dengan nama kain tenun siak dan sekarang menjadi kain "kebangsaan" orang melayu Riau.
Dibutuhkan waktu empat sampai lima hari untuk membuat kain tenun siak. Kain tenun siak bisa didapatkan di Kabupaten Siak dan dapat juga di Pekanbaru. Tenun ini dibuat di rumah-rumah yang sejak zaman dahulu memang berfungsi sebagai tempat untuk belajar dan membuat tenun. Salah satu rumah dipekanbaru yang masih tetap menjaga tradisi menenun adalah rumah tenun hasnah munodo. Rumah ini berjarak 500 m dari jembatan siak tiga.

3.      BAHAN-BAHAN DAN PERALATAN
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat tenun siak antara lain :
1.      Kapas merupakan bahan dasar untuk membuat tenun siak. Pada zaman dahulu, para perngrajin tenun melakukan sendiri pemintalan kapas menjadi benang. Saat ini, para pengrajin tidak perlu lagi meminta kapas menjadi benang karena benang untuk membuat tenunan telah banyak dijual ditok-toko.
2.      Bahan pewarna diperlukan untuk mewarnai benang yang hendak digunakan untuk membuat kain tenun sambas. Pewarnaan benang berdasarkan warna kain tenun songket yang hendak dibuat. Bahan pewarna menggunakan bahan alami.
3.      Benang emas, bahan ini tidak dapat dipisahkan dalam pembuatan tenun siak yaitu untuk membuat motif tenunan (Pusdatin Puwanri, 2007 : 108-109).
Secara garis besar, peralatan yang digunakan untuk membuat tenun siak ada 2 yaitu kik atau alat tenun bukan mesin (ATBM). Untuk peralatan kik diperlukan tambahan sebagai berikut :
·         Karap, yaitu alat pemisah benang atas dengan benang bawah.
·         Sisir, yaitu alat pemisah susunan benang lonsen atau longsi.
·         Belebas, yaitu alat bantu penyusun motif.
·         Peleting, yaitu bambu kecil tempat benang lintang.
·         Torak, yaitu alat tempat peleting.
·         Lidi pemungut, yaitu alat bantu membentuk motif.
·         Pijak-pijak, yaitu alat pijak untuk menggerakkan benang keatas kebawah mengapit benang.
·         Bangku-bangku, yaitu tempat duduk penenun.(Dekranasda Riau, 2008 : 90).

4.      PEMBUATAN TENUN SIAK
Dibutuhkan waktu 4-5 hari untuk membuat 2 meter kain tenun siak. Namun, hal ini tergantung dari motif yang diinginkan. Semakin rumit motif yang diinginkan maka akan semakin lama waktu pengerjaan. Secara umum motif dari tenun siak terbagi atas motif flora, fauna, alam sekitar dan kombinasi dari ketiga motif ini.
Bagi orang yang baru mengoleksi kain, kain tenun siak dianggap kain yang mahal sebetunya, jika kita menelaah mahalnya kain tenun ini Karen dua faktor. Faktor pertama yaitu rumitnya motif yang dikerjakan dan kedua adanya bahan baku yang harus diinpor. Benang emas yang digunakan untuk motif tenun ini dibeli disingapura. Sehingga wajar jika harga jual dari tenun siak memiliki harga dari Rp. 800.000 sampai dengan Rp. 2.500.000. benang emas yang diinpor dari singapura, selain rumitnya motif mahalnya bahan baku menjadi salah satu alas an kenapa tenun siak menjadi mahal.

5.      MOTIF DAN CORAK TENUNAN
Tenun siak memiki motif dan corak yang banyak. Motif dan corak tenun siak merupakan hasil dari setilirisasi flora, fauna, dan alam sekitar. Proses stilirisasi terhadap apa yang dilihat dilingkungan sekitar menunjukkan betapa para pengrajin tenun siak tidak saja memiliki pemahaman mendalam terhadap alam sekitarnya tetapi juga imajinasi yang tinggi untuk melukiskan apa yang dialaminya dalam selembar tenunan dalam "Kazana Kerajinan Riau". Ada beberapa motif dan corak tenun siak :
·         Hasil dari stilirisasi flora : ampuk manggis, bunga tratai, bunga kenanga, bunga kundur, akar berjalin, pucuk dara, bunga melur, bunga tnajung bunga hutan, kaluk paku, daun pandan, tampuk pedade, bunga cina, daun sirih.
·         Hasil dari stilirisasi fauna : semut beriring, siku keluang, ayam-ayaman, itik sekawan, balam dua, naga-nagaan, ikan-ikanan, ulat.
·         Hasil dari stilirisasi alam sekitar : potong wajid, bingtang-bintang, jalur-jalur, pelangi-pelangi, awan larat, perahu, sikat-sikat bulan sabit (Dekranasda Riau, 2008 : 17-180).

Dalam pemanfaatannya beragam motif diatas digunakan secara kombinasi, yatiu dengan menggabungkan beberapa motif. Dari hasil kombinasi tersebut dihasilkan beragam motif baru yang unik dan menarik seperti tampuk manggis berpetak wajid, tampuk manggis kelopak empat, tampuk manggis bersilang, siku keluang bunga tabor, siku keluang beragi, kaluk paku bersela kuntum (Ardila Suwarno, 2005 : 115).

6.      FALSAFAH MOTIF TENUN SIAK
Tenunan yang lazim disebut songket itu dalam sejarah yang panjang telah melahirkan beragam jenis motif, yang mengandung makna dan falsafah tertentu. Motif-motif yang lazimnya diangkat dari tumbuh-tumbuhan atau hewan (sebagian kecil) dikekalkan menjadi variasi-variasi yang sarat dengan symbol-simbol yang mencerminkan nilai-nilai asas kepercayaan dan budaya melayu. Selanjutnya ada pula sebagian adat istiadat tempatan mengatur penempatan dan pemakaian motif-motif dimaksud serta siapa saja bentuk memakainya. Nilainya mengacu kepada sifat-sifat asal dari setiap benda atau makhluk yang dijadikan motif yang dipadukan deengan nilai-nilai luhur agama islam.
Dengan mengacu nilai-nilai luhur yang terkandung disetiap motif itulah adat resam tempatan mengatur pemakaian dan penempatannya, dan menjadi kebanggaan sehingga diwariskan secara turun-temurun. Orang tua-tua menjelaskan bahwa kearifan orang melayu menyimak islam sekitarnya memberikan mereka peluang besar dalam memilih atau menciptakan motif. Hewan terkecil seperti semut, yang selalu bekerja sama mampu membuat sarang yang besar, mampu mengangkat barang-barang yang jauh lebih besar dari badannya, dan bila bertemu selalu berangkulan, member ilham terhadap penciptaan motif untuk mengabadikan perihal semut itu dalam motif tersebut sehingga lahirlah motif yang dinamakan motif semut beriring. Begitu pula halnya dengan itik yang selalu berjalan beriringan dengan rukunnya melahirkan motif itik pulang petang atau itik sekawan. Hewan yang selalu memakan yang manis dan bersih 9sari bunga), kemudian menyumbangkannnya dengan makhluk lain dan bentuk madu dans elalu hidup berkawan-kawan dengan damainya melahirkan pula motif lebah bergantung atau lebah bergayut. Bunga-bungaan yang indah, wangi dan segar melahirkan motif-motif bunga yang mengandung nilai dan falsafah keluhuran dan kehalusan budi, keakraban dan kedamaian seperti bunga setaman, bunga berseluk daun dan lain-lain. Burung balam, yang selalu hidup rukun dengan pasangannya melahirkan motif balm dua setengger sebagai cermin kerukunan hidup suami istridan persahabatan. Ular naga yang dimitoskan menjadi hewan perkasa penguasa samudra, melahirkan motif naga berjuang srindit mencerminkan sifat kearifan dan kebijaksanaan. Motif pucuk rebung dikaitkan dengan kesuburan dan kesabaran. Motif awan larat dikaitkan dengan kelemah lembutan budi, kekreatifitasan dan sebagainya.
Dahulu setiap mengrajin diharuskan untuk memahami makna dan falsafah yang terkandug di dalam setiap motif. Keharusan itu dimaksudkan agar mereka pribadi mampu menyerap dan menghayati nilai-nilai yang dimaksud, mampu menyebarluaskan, dan mampu pula menempatkan motif itu sesuai menurut alur dan patutnya. Karena budaya melayu sangat berkaitan dengan ajaran islam, inti sari ajaran itu terpatri pula dengan corak seperti bentuk segi empat dikaitknan dengan sahabat nabi Muhammad SAW yang berempat, bentuk segi lima dikaitkan dengan rukun islam, bentuk segi enam dikaitkan dengan rukun iman, bentuk wajik dikaitkan dengan sifat Allah yang maha pemurah, bentuk bulat dikaitkan dengan sifat Allahyang maha mengetahui dan penguasa alam semesta, dan sekitarnya. Menurut orang tua melayu Riau makna dan falsafah didalam setiap motif, selain dapat meningkatkan minat-minat orang untuk menggunakan motif tersebut, juga dapat menyebarluaskan nilai-nilai ajaran agama islam yang mereka anut, itulah sebabnya dahulu pengrajin diajarkan membuat atau meniru corak.

KESIMPULAN
Tenun siak merupakan kesenian yang berasal dan berkembang di Siak. Tenun siak adalah manifestasi nilai-nilai yang diyakini, hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat Siak. Tenunan ini juga menjadi media untuk mewariskan nilai-nilai tersebut, sehingga dapat menjadi landasan generasi sesudahnya untuk hidup dan membangun kebudayaan yang lebih baik tanpa tercabut dari akar lokalitasnya.
Tenun siak sudah mempunyai hak paten sejak pada zaman kerajaan berdiri pada abad 17 masehi, dia mempunyai motif-motif yang baku yang tidak dapat diciplak semaunya. Dalam perkembangan tenunan siak di Provinsi Riau sudah menampakkan keberhasilan dari masyarakat yang menggelutinya. Tetapi bagaimanapun modern pembuatannya, namun namanya tetap tenun siak, walaupun dibuat dikampong, di desa maupun di kota.

DAFTAR PUSTAKA
Adila Suwarno. 2005. "melayuonline". Http://www.melayuonline.com. Diakses pada tanggal 5 Mei 2015.
Dekranasda Riau. 2008. Khazanah Kerajaan Melayu Riau. Yogyakarta: Dekranasda Riau bekerjasama dengan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.
Suwardi dkk. 2006. Pemetaan Adat Masyarakat Melayu Riau Kabupaten/Kota Se-Provinsi Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.
Wahyuni. 2012. "Sejarah Tenun Siak". Http://www.sejarah-Tenun-Siak.com. Diakses pada tanggal 5 Mei 2015.




No comments:

Post a Comment