SEJARAH KEDATANGAN ISLAM DAN PENDIDIKANNYA DI CINA


Merri Natalia S/SP

Menurut cacatan resmi (annalas) dari dinasti Tang,(618-905 M),menyatakan bahwa kali pertama datangnya delegasi Islam  ke Cina pada tahun ke-2 dari pemerintahan Kaisat Yong Hui, yakni sekitar 30 H yang dikirim Khalifah Utsman bin Affan.. Syiar agama Islam banyak disebarkan oleh para pedagang muslim Saad ibn Lubaid Alhabsyi, merupakan sahabat paman Nabi Muhammad SAW dari Madinah merupakan peretas awal masuknya agama Islam ke negeri ini semasa Dinasti Tang.Ia diberi mandate oleh Khalifah ke – 3, Utsman bin Affan untuk mengajak kaisar Cina Yung Wei masuk Islam. Untuk menunjukkan penghormatannya, kaisar mendirikan sebuah Mesjid pertama di Cina, yakni Mesjid Canton.Ia hijrah ke kota
pelabuhan, Guangzhou dalam sebuah misi perdagangan bersama tiga orang sahabatnya dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan Etiopia.  Mereka tak sulit beradaptasi dengan lingkungan budaya Cina. Meskipun tidak mendominasi, nilai peradaban Islam memperoleh tempat yang dihargai. Ajaran Islam justru diterima Dinasti Tang karena sesuai dengan ajaran Confusius. Orang cina menyebut agama Islam sebagai yisilan jiao atau agama murni. Kota Mekah disebut sebagai tempat kelahiran Budha Ma-hia-wu atau Rasulullah Muhammad SAW. Pada masa Dinasti Tang, hubungan Islam dengan Cina berkembang pesat, sehingga munculnya perkampungan muslim pertama di Cina, yang bernama Cheng Aan. Setelah itu, ribuan muslim dari Arab, Persia, dan Asia Tengah datang menyerbu Cina yang pada waktu itu sedang berada di puncak peradaban,dan berlangsung perkawinan campuran (asimilasi) secara luas.Serta kepribadian Saad dan temannya sendiri yang memperlihatkan suri seorang Muslim,dan efek psikologis dari kepribadian amat besar sekali.
Islam masuk ke Cina bukan melalui peperanagan dan pertumpahan darah.Hal itu serupa halnya dengan datangnya Islam ke Asia Tenggara yang menempati kedudukan sebagai bandar-bandar transito,di dalam lalulintas jalur lautan antara Arabia dan Cina.Pedagang-pedagang arab itu,yang dalam kehidupan sehari-hari bergaul rapat dengan penduduk,juga bertindak menjalankan misi keagamaan. Pada tahun 133 H, terjadi pertempuran yang menentukan sejarah Islam di Asia Tengah. Cina mengalami kekalahan yang menyedihkan dalam pertempuran tersebut. Dengan kekalahannya tersebut, kondisi Cina secara fisik menjadi porak poranda. Disisi lain, kekalahan Cina ini secara tidak langsung membuka pintu gerbang bagi masuknya agama Islam ke Cina. Dengan kemenangan ini membuka jalan lebar  bagi ulama Islam untuk mengembangkan agama Islam di Cina. Pada tahun 138 H, Jenderal Lieu Chen melakukan pemberontakan, kaisar memohon bantuan kepada Khalifah Al-Mansyur dari Dinasti Abbasiyah untuk menumpas pemberontakan tersebut. Al-Mansyur mengirim 4 ribu pasukan ke Cina Itulah mulanya tentara Turki hadir di Cina. Mereka menikahi perenpuan Cina. Dan hal inilah yang merupakan salah satu cara Islam masuk ke Cina, selain cara lain, yaitu melalui perdagangan. Adapun jalur perdagangannya dikenal denga Jalur Sutera. Kemudian agama Islam berkenbang di Cina.
1.      Perkembangan Islam di Cina
Di Cina terdapat lebih dari 140 juta penduduk dari 10 suku bangsa yang beagama Islam. Termasuk etnis Huizu, Uygur, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain sebagainya. Penduduk Islam tinggal merata di seluruh Cina. Termasuk provinsi Gansu, Qinghai, wilayah otonomi Xinjiang, dan wilayah otonomi Ningxia. Agama Islam sudah tidak asing lagi bagi Negara ini. Ia telah menjadi salah satu agama yang penting bagi di Cina. Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim. Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di Cina. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara Cina dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut. Orang Bukhara itu lalu menetap di di antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias 'So-Fei Er'. Dia bergelar `bapak' komunitas Muslim di Cina.
Pada zaman Dinasti Yuan merupakan zaman yang penting bagi perkembangan agama Islam di Cina. Agama Islam berkembang pesat dan menjadi makmur pada zaman ini. Pada zaman ini, Islam memiliki kedudukan yang penting dalam arena ekonomi dan masyarakat. Pemerintah telah menjamin kebebasan untuk melaksanakan shalat, upacara ritual, serta budaya social. Sebagai perbandingan terhadap minoritas lainnya, mereka juga diberi kebebasan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat muslim di dunia. Pemerintah juga menyediakan biaya untuk memperbaiki mesjid, dan memberi dasar keutamaan bagi umat Islam.Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq.
Islam di Cina kental dengan kebudayaan. Kondisinya mirip dengan Indonesia. Rumah hunian masyarakat Cina mengambil budaya setempat. Arsitektur mesjid, yaitu kubahnya dibuat model Cina.Para ulama di Cina telah mampu menterjemahkan Al-Quran, bahkan sampai penterjemahan teks agama yang lain juga telah dilakukan. Seperti Hadits Arba'in An Nabawy juga mampu dilakukan. Orang-orang yang telah berjasa melakukannya antara lain, Syikh Wang Jing Chai dan Yang Shi Chian.Masyarakat Cina hidup berkelompok. Hal ini memudahkan mereka dalam mencari makanan yang halal. Karena hanya di perkampungan muslimlah bisa menemukan makanan yang halal. Pada masa kekuasaan Dinasti Ming, Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuan zhang adalah jenderal Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu muncul Laksamana Cheng Ho – seorang pelaut Muslim andal.Saat Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang dan dibatasi. Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri. Muslim di Cina pun mulai menggunakan dialek bahasa Cina. Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti tradisi Cina. Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting. Setelah itu hubungan penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk.

2.      Masa Surut Islam di Daratan Cina
Hubungan antara Muslim dengan penguasa Cina mulai memburuk sejak Dinasti Qing (1644-1911 M) berkuasa. Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat Cina lainnya menjadi makin sulit. Dinasti Qing melarang berbagai kegiatan Keislaman. Menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha dilarang. Umat Islam tak boleh lagi membangun masjid. Bahkan, penguasa dari Dinasti Qing juga tak membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam kelima – menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Taktik adu domba pun diterapkan penguasa untuk memecah belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan Mogol. Akibatnya ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan. Tindakan represif Dinasti Qing itu memicu pemberontakan Panthay yang terjadi di provinsi Yunan dari 1855 M hingga 1873 M. Setelah jatuhnya Dinasti Qing, Sun Yat Sen akhirnya mendirikan Republik Cina. Rakyat Han, Hui (Muslim), Meng (Mongol) dan Tsang (Tibet) berada di bawah Republik Cina. Pada 1911, Provinsi Qinhai, Gansu dan Ningxia berada dalam kekuasaan Muslim yakni keluarga Ma.


 DAFTAR PUSTAKA
1.      MA,H.Ibrahim Tien, 1979, Perkembangan Islam di Tiongkok, Jakarta: Bulan Bintang
2.      Agung,dkk. 2001. Pendidikan Islam di Cina. Yogyakarta: Garasi
4.        http://radenbaguz.wordpress.com

No comments:

Post a Comment