POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN

PIMA PUTRIANA

 

Pendidikan islam merupakan suata hal yang paling pokok yang harus di penuhi oleh setiap individu, golongan bahkan negara, karena dengan pendidikan tersebut seorang bisa lebih maju, dengan pendidikan tersebut suatu kelompok atau golongan dapat di katakan sebagai golongan yang berkualitas, tidak hanya kuantitas saja dan dengan pendidikan suatu negara akan terlihat dominan di mata dunia. Terselenggaranya pendidikan secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengalaman ajaran agama. Al-quran dan Hadits merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam khususnya pendidikan agama yang di harapkan dapat memberikan petunjuk dan membimbing manusia kejalan yang lurus sesuai dengan fitrahnya. Maka dari itu pendidikan sangat di butuhkan oleh setiap individu manusia.

 

Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sejak zaman Nabi Muhmmad SAW sampai sekarang. Pendidikan Islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah melalui firmannya QS. 74 : 1-7, langkah awal yang ditempuh oleh Nabi adalah menyeru keluarganya, sahabat-sahabanya, tetangga dan masyarakat luas. Pada masa Nabi, Negara Islam meliputi seluruh jazirah Arab dan pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rasulullah wafat kekuasaan pemerintahan Islam dipegang oleh Khulafaurrasyidin dan wilayah Islam telah meluas di luar jazirah Arab. Para khalifah ini memusatkan perhatiannya kepada pendidikan, syiarnya agama dan kokohnya Negara Islam.

POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN

A.    Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq (632-634 M)

Setelah Nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam adalah Abu Bakar as-Siddiq sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah Nabi wafat untuk mengantikan Nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintahan. Masa awal pemerintahan Abu Bakar banyak di guncang oleh pemberontakan orang-orang murtad yang mengaku-ngaku menjadi Nabi dan enggan membayar zakat, karna hal inilah khalifah lebih memusatkan perhatiannya memerangi para pemberontak, maka dikirimlah pasukan untuk memerangi para pemberontak ke yamamah, dalam insiden itu banyak para khufadhil quran yang mati syahid kemudian karna khawatir hilangnya Al-Quran sayyidina Umar mengusulkan pada khalifah untuk membukukan al-quran, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan al-quran, pola pendidikan khalifah Abu Bakar masih seperti Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya.Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan , akhlak, ibadah, kesehatan ,dan lain sebagainya.

·         Pendidikan keimanan yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalahAllah.

·         Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang lain, sopan santun bertetangga, bergaul dalam masyarakat dan lain sebagainya .

·         Pendidikan ibadah, seperti pelaksanaan sholat, puasa dan haji .

·         Kesehatan, seperti kebersihan, gerak gerik dalam shalat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani

Menurut ahmad syalabi, lembaga untuk belajar membaca menulis ini di sebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan pendidikan yang di bentuk setelah masjid,selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang-orang arab pada masa abu bakar. Dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat rosul yang terdekat. Lembaga pendidikan islam adalah masjid. Masjid di jadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, tempat sholat berjamaah, membaca Al Quran dan lain-lain.

B.     Masa Umar Bin Khattab (13-23 H/634-644 M)

Sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia, pikiran, perasaan dan kemampuan berbuat, merupakan komponen dari kemulyaan dan kesempurnaan yang melengkapi ciptaan (kejadian) manusia. Firman Allah SWT : Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik baiknya (QS :95 4). Abu bakar yang telah menyaksikan persoalan yang timbul dikalangan kaum muslimin setelah nabi wafat, berdasarkan inilah abu bakar menunjuk penggantinya yaitu umar bin khattab, yang tujuannya adalah untuk mencegah supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan kaum muslimin, berdasarkan kebijakan abu bakar tersebut ternyata di terima masyarakat. Pada masa kholifah Umar bin khattab kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa Umar bin khattab meliputi semenanjung Arabbia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.

Dengan meluasnya wilayah islam meluaslah kehidupan dalam segala bidang untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan insan yang memiliki keahlian dan ketrampilan sehingga dalam hal ini membutuhkan pendidikan. Pada masa ini sahabat-sahabat yang berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin kholifah dan dalam waktu yang terbatas .jadi ,kalau ada diantara umat islam ingin belajar hadist harus pergi ke madinah ,ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di madinah. Adapun pusat pendidikan selain di madinah adalah Mesir,Syiria,dan Basyrah. Untuk itu Umar bin khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk daerah yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-Quran dan ajaran islam lainnya .

Diantara sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin khatab ke daerah adalah Abdurahman bin Maqal dan Imran bin Al-Hasyim kedua orang ini di tempatkan di Basyrah. Abdurahman binghanam di kirim ke Syiria dan Hasan bin Abi jabalah dikirim ke mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk dihalaman masjid sedangkan murid melingkarinya .  Karena semakin meluasnya agama islam maka mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah besar ,gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan . Pada masalah khalifah Umar bin khatab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis Al-Quran dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam yang lebih maju di banding sebelumnya, tuntutan belajar sudah tampak, orang yang baru masuk islam dari daerah yang di taklukkan harus belajar bahasa arab, jika ingin mengetahui tentang islam. Oleh karena itu, sudah ada pengajaran bahasa arab pada masa ini.

Umar memerintah negara dalam keadaan stabil, ini disebabkan karena sudah di tetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, juga terbentuknya pusat-pusat pendidikan di berbagai kota yang di kembangkan. baik dari segi menulis, membaca, ilmu bahasa dan lain-lain. Adapun sumber gaji para pendidik di ambilkan dari daerah yang di taklukkan dan baitul mal.

C.     Masa Kholifah Utsman Bin Affan (23-35 H/644-656 M)

Pada masa kholifah Utsman bin affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa hanya melanjutkan yang telah ada.namun ada sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rosulullah yang tidak di perbolehkan meninggalkan Madinah di masa Umar, di beri kelonggaran untuk keluar daan menetap di daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah. Sehingga para peserta didik lebih mudah dalam menuntut dan belajar ilmu. Kholifah utsman sudah merasa cukup dengan pendidikan yang ada,namun begitu ada usaha yang cemerlang yang telah terjadi di masa ini yang berpengaruh bagi pendidikan islam,yaitu mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al quran. Penyalinan ini terjadi karena adanya perselisihan dalam bacaan.berdasarkan hal ini, kholifah Utsman memerintah kepada tim umtuk penyalinan tersebut, adapun tim tersebut adalah Zaid bin tsabit,Abdullah bin zubair, Zaid bin as dan Abdurrahman bin harits.

Bila terjadi pertikaian bacaan,maka harus di ambil pedoman kepada dialeg suku quraisy, sebab Al Quran ini di turunkan menurut dialek mereka sesuai dengan lisan quraisy. Zaid bin tsabit bukanlah orang quraisy ,sedangkan ketiganya adalah orang quraisy. Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini di serahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah. Pada masa kholifah Utsman bin affan tidak banyak terjadi perkembangan kalau di bandingkan dengan masa kekhalifahan umar bin khattab,sebab pada masa kholifah utsman urusan pendidikan di serahkan pada rakyat. Dan apabila di lihat dari segi kondisi pemerintahan utsman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidasenangan mereka terhadap kebijakan utsman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.

D.    Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib (35-40 H/656-661m)

Ali adalah khalifah ke empat setelah utsman bin affan pada pemerintahannya sudh diguncang peperangan dengan Aisyah( istri nabi )beserta Thalhah dan Abdullah bin Zubair karna kesalah pahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap islam yang disebut dengan perang jamal ( unta) karna aisyah menggunakan unta .setelah berhasil mengatasi pemberontakan aisyah muncul pemberontakan lain sehingga pada masa pemerintahan ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan ketentraman .

Muawiyah sebagai gubernur didamaskus memberontak untuk mengulingkan kekuasaan Ali, peperangan ini disebut dengan peperangan siffin karna terjadi di siffin. sehingga dimasa Ali berkuasa pemerintahnya tidak stabil dan kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan . Pada saat itu Ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyaarakat islam. Dengan demikian pola pendidikan pada masa khulafaur rasidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran ajaran islam yang bersumber pada Alquran dan Hadist Nabi .

Pusat-pusat pendidikan pada masa khulafaur rasyidin antara lain:

 

    Mekkah, guru pertama di makkah adalah Muad bin jabal yang menggajarkan al-quran dan fiqih .

    Madinah,sahabat yang terkenal antara lain Abu Bakar ,Ustman Bin Affan ,Ali Bin Abi Thalib dan sahabat sahabat lain .

    Basyroh ,sahabat yang termasyhur antara lain Abu Musa Al-Asyary beliau adalah ahli fiqih dan al-quran .

    Mesir ,sahabat yang pertama kali mendirikan madrasah dan menjadi guru dimesir adalah Abdullah Bin Amru Bin Ash beliau adalah seorang ahli hadist

    Kuffah ,sahabat yang termasyhur disini adalah Ali Bin Abi Thalib dan Abdullah Bin Masud .Abdullah Bin Masud mengajarkan Al-Quran beliau ahli tafsir ,hadist dan fiqih .

 

Pola pendidikan pada masa Khulafaur rasidin tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran ajaran Islam yang bersumber pada Alquran dan Hadist Nabi .Pada masa kholifah Umar Bin Khattab sedikit lebih meningkat, para pengajar sudah digaji yang diambilkan dari baitulmal dan banyak daerah yang ditaklukkan. Pada masa Utsman Bin Affan pendidikan tidak terpacu di Madinah saja, sebab para pengajar sudah diperbolehkan memilih tempat yang disukai kemudian mengembangkan keilmuannya di daerah tersebut. Pada masa kholifah Ali Bin Abi Thalib tidak mengalami perubahan sebab pada masa ini banyak terjadi pemberontakan, sehingga kholifah Ali tidak sempat memikirkan pendidikan di negaranya. Di antara pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafaur rasidin adalah Mekkah, Madinah, Mesir, Kuffah, dan Basrah.

 

DAFTAR PUSTAKA

-          Asrohah, Hanun, Sejarah Peradapan Islam Jakarta: Wacana Ilmu, 2001.

-          Imam Santoso, Slamet, Pendidikan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa Mas Agung ,Jakarta,1987.

-          mKarsidjo Djojosuwarno, Life Of Omar The Geat, Terjemahan, Bandung,1981.

-          Syalaby, Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam, Al-husna zikra Jakarta,2000.

-          Sukarno, Supardi, Ahmad,Sejarah dan Filsafat Islam, Bandung :Angkasa T.Th.

-          Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: Hidayakarya Agung ,1989.

 

 

No comments:

Post a Comment