Mardalena/ SP
Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak dikenal dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah semenanjung Iberia. Julukan Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani Umayyah merebut tanah semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa khalifah Al-walid ibn Abdul Malik.
Lembaga pendidikan Spanyol Islam tidak bersifat parsial, akan tetapi bersifat integral. Sistem pendidikannnya tidak mengenal "isme" tertentu. Semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam pendidikan. Pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan komprehensif. Artinya, menawarkan materi pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi.
Pada dunia pendidikan Islam, yang di kawasan Timur mulai dikenal dengan madrasah, namun istilah madrasah ini belum banyak dikenal di kawasan Andalusia. Mesjid dan perpustakaan masih menjadi basis dalam pengembangan dunia ilmu pengetahuan. Istilah madrasah dikenal di Andalusia hingga abad ke 13 M. Baru pada pertengahan abad ke 14 M, sebuah bangunan madrasah yang besar didirikan di Granada oleh penguasa Nasrid, yaitu Yusuf Abu al-Hajjaj pada tahun 750 H. Pembangunan madrasah di Granada tersebut akhirnya menjadi contoh bagi pendirian madrasah-madrasah di tempat lain di Andalusia.
Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah pendidikan Islam secara garis besar pendidikan Islam di Spanyol terbagi 2 bagian yaitu :
Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah pendidikan Islam secara garis besar pendidikan Islam di Spanyol terbagi 2 bagian yaitu :
1. Kuttab
Sebagaimana yang ditulis dalam sejarah peradaban islam, dengan semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam telah ikut memperkaya dan memotivasi umat untuk mendirikan lembanga pendidikan seperti kuttab dan masjid. Begitu pula Andalusia terdapat banyak kuttab-kuttab yang menyebar sampai kepinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajarai berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan seperti fiqih, bahasa dan sastra, musik dan kesenian. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi disaat itu sehingga kuttab-kuttab itu mempunyai banyak tenaga pendidikan dan siswa-siswanya. Pada lembaga ini mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan diantaranya adalah:
a. Fikih
Pemeluk Islam di Andalusia menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab imam Malik. Tokoh-tokoh yang termasyhur disini diantaranya tersebut nama Ziyad ibnu Abd. Ar-Rahman dan dilanjutkan oleh Ibn Yahya. Yahya sempat menjadi kadi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman, dan masih banyak nama-nama lain, seperti Abubakar ibn al-Qutiyah, Munzir Ibn Said al Baluthi, dan Ibn Hazm yang sangat populer di kala itu. Santri pada kuttab mendapatkan pelajaran yang cukup lengkap dari ulama-ulama yang ahli di bidang ilmunya, sehingga para siswanya lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga menumbuhkan minat belajar di kala itu.
b. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa ini dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi Islam (bahasa Arab), sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa keseharian. Tokoh-tokoh bahasa tersebutlah nama Ibn Sayidih, Ibn Malik yang mengarang Al-fiyah, Ibn khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isyibili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi. Di bidang sastra tersohor nama Ibn Abd. Rabbih dengan karya al-'Iqd al- Farid, Ibn Bassam dengan karyanya al-Dzakhirah fi Mahasin ahl al-Jazirah, dan Al- F ath ibn Khaqan dengan karyanya kitab al-Qalaid, dan lain-lain.
c. Musik dan Seni
Di Spanyol berkembang musik-musik yang bernuansa Arab yang merangsang tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh musik dan seni bermunculan ketika itu, diantaranya, Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Ziryab (789-857). Ziryab selalu tampil pada acara-acara penjamuan kenegaraan di Cordova, karena ia merupakan aransemen musik yang handal dan piawai pula mengubah syair-syair lagu yang pantas dikonsumtifkan kepada seluruh lapisan dan tingkat umur. Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang yang termasyhur di kala itu. Ilmu yang dimilikinya itu di ajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas sangat cepat.
2 Pendidikan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di Spanyol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi Ikon Spanyol, sehingga Spanyol termasyhur ke seluruh dunia. Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan universitas Al Azhar di Cairo dan universitas Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya.
Banyak yang pantas dilirik pada daerah ini, khususnya dalam bidang pendidikan. Perpustakaannya saat itu tiada tandingannya yang menampung kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Buku-buku ini dikonsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Selain itu, terdapat juga universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi, teologi, hukum islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para pengajar yang cukup dikenal antaranya, yaitu Ibnu Qutaibah yang dikenal sebagai ahli tata bahasa, Abu Ali Qali yang ahli dibidang biologi. Namun, secara garis besar pada perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsestrasi ilmu pengetahuan yaitu:
a. Filsafat
Universitas Cordova mampu menyaingi Bagdad, salah satu diantaranya karena mampu mengimpor ilmu filsafat dari belahan Timur dalam jumlah besar, sekalipun bagdad termasuk pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu sesudahnya melahirkan filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya. Ibnu Bajjah adalah filosor muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilsafatan di Andalusia. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya Ibu Al-Sha'ig, yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Bajjah. Orang barat menyebutnya Avenpace. Ia dilahirkan di Saragosa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke-11 M. tokoh lainnya terdapat nama Abu Bakar Ibnu Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafat yang sangat terkenal dari beliau adalah Hay Ibn Yaqzhan, pada akhir abad ke-12 M muncul seorang pengikut Aristoteles yang terbesar dalam kalangan filsafat islam. Dia adalah Abu al-Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ruyd dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun 510 H.1126 M, yang terkenal ddngan nama Ibnu Rusyd. Kepiawainnya yang luar biasa dalam ilmu hukum, sehingga dia diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung di Cordova (Qadhi al-Qudhat). Karya besarnya yang temasyur adalah Bidayah al-Mujtahid.
b. Sains
Tercaat nama Abbas ibn Farnas yang termasyur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sainsa pada daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia dan music serta ilmu lainnya. Bahkan ada ilmuwan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Umm al-Hasan binti Abi Ja'far.
3 Faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Islam di Spanyol
a. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan Islam cepat sekali majunya, karena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan berwawasan jauh ke depan.
b. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol yang sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada).
c. Banyaknya para sarjana islam yang datang dari ujung Timur dan ujung Barat wilayah islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan. Ini menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam terdiri dari beberapa kesatuan politik, terdapat juga apa yang di sebut kasatuan budaya Islam.
d. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang menyaingi Universitas Nizamiyah di Baghdad yang merupakan persaingan positif, tidak selalu dalam peperangan.
Dari beberapa bacaan dapat di simpulkan bahwa, selain dari beberapa faktor di atas pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan, yakni dengan murahnya buku-buku bacaan, atau diberikan penghargaan yang tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah buku, seberat buku yang diterjemahkannya. Hal yang sangat menarik lain adalah, pemerintah juga memberikan subsidi kepada makanan pokok sehigga masalah pengisian kepala dan perut tidak terlalu dihiraukan lagi dan relative murah dijangkau serta didapat oleh masyarakat dan sangat bertolak belakang kalau dibandingkan Negara Indonesia.
4 . Luluh Kedigdayaan Islam di Andalusia
Dalam sejarah dan literature yang ada mengisyaratkan bahwa, kedigdayaan Islam di Andalusia hanya mempu bertahan sekitar delapan abad saja. Kalau dihitung, memang waktu yang cukupa panjang dan terjadinya beberapa kali pergantian dinasti. Namun, pada akhirnya datang juga masa yang ditakuti itu, yaitu masa kehancuran yang sampais saat ini masih belum bangkit dari keluluhan itu. Diantara penyebab keruntuhan peradaban dan pendidikan Islam di Andalusia yaitu:
a. Konflik Agama
Pada akhir-akhir kemajuan peradaban pendidikan Islam di Andalusia, telah muncul kepermukaan paham-paham dan peredaban keyakinan. Kondisi yang tidak menguntungkan bagi umat Islam telah membuat "berani" umat kristiani menampakkan dirinya kepermukaan. Bahkan terang-terangan telah pula berani menentang kebijakan penguasa Isalam dikala itu. Para penguasa muslim tidak melakukan Isalamisasi secara sempurna, mereka sudah merasa puas dengan menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Kondisi seperti ini dapat diprediksi bahwa kelengahaan umat Islam termasuk toleransi dan wewenang yang diberikan kepada umat Kristen telah dimanfaatkan untuk mencari kelemahan Islam lengah dikala itu. Hal ini diperkuat pula oleh al-Qur'an bahwa umat Kristen itu tidak akan pernah diam dan senang sebelum Islam bertekuk lutut kepadanya.
b. Ideologi Perpecahan
Istilah 'ibad dan muwalladu perendahan derajat kepada orang pribumi yang mukallaf selalu dilakukan oleh orang-orang Islam keturunan Arab, sehingga kelompok-kelompok etnis non-arab selalu menimbulkan kegaduhan dan sering menggerogoti serta merusak perdamaian atas celaan dan pemisahan kasta tersebut. kultur sosial kemasyarakatan ketika itu amat berpeluang besar terjadinya perikaian, apalagi dengan tidak adanya sosok pemimpin yang dapat mempersatukan ideologi yang telah memecah belah persatuan. Sehingga keamanan negeri tidak lagi bisa terjamin dengan baik dan terjadingay perampokan dimana-mana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh umat kristiani untuk menyusun kekuatan.
c. Krisi Ekonomi
Dalam situasi yang semakin sulit, umat Kristiani tidak lagi jujur membayarkan upetinya kepada penguasa Islam. Dengan berbagai dalih, supaya upeti dan pajak tidak lagi dikumpulkan kepada penguasa. Sering terjadi perampokan yang di scenario oleh kelompok Kristiani, dan pada akhirnya menuduh umat Islam yang berbuata aniaya kepadanya. Keadaan yang tidak kondusif ini membuata inkam Negara jatuh berkurang, dan akhirnya berdampak besar kepada masyarakat. padahal dipertengahan kekuasaan Islam, pemerintah lebih memperhatikan kemajauan dan lupa menata perekonomian sehingga melemahkan ekonomi Negara dan kekuatan militer serta politik.
d. Peralihan Kekuasaan
Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir Spanyol jatuah ketangan Ferdinand dan Isabella. Sementara dikalangan Islam sediri terjadi perpindahan kekuasaan dengan sistem ahli waris. Pola yang masih dipertahankan umat Islam dalam mengganti tampuk kepemimpinan kadanng jauh dari kelayakan. Sebagaimana bukti sejarah yang mengangkat seorang raja atas pertimbangan keturunan yang masih berusia belasan tahun. Peralihan kekuasaan ini (raja yang masih berusia belia) sering keliru dalam mengambil keputusan dan kadang kala terdapat kesalahan besar dan fatal akibatnya baik terhadap pamornya, maupun kestabilan kedaulatan dalam negeri Islam sendiri. Dengan demikian tidak lagi kekuatan islam untuk membendung kebangkitan Kristen didaerah ini.
Daftar Pustaka
1. Nizar, Samsul. 2009. Sejarah Pendidikan Islam Meneladani Jejak Perjalanan Era Rosulullah Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2. pendidikan islam di sisilia pdf
3. Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
No comments:
Post a Comment