Tradisi Perahu Beganduang dari Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi

RANDES OKTAZEN

 

      Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan ini sebenarnya memiliki sejarah panjang. Konon, tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian dipakai untuk mengantar air jeruk (limau) oleh menantu ke rumah mertua dalam tradisi menyambut Hari Raya Idul fitri. Dalam tradisi masyarakat Kuantan, memang terdapat kebiasaan ritua mandi jeruk (mandi balimau), sebagai simbol perbersihan diri pada pagi hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Nah, kebiasaan menggunakan perahu tersebut dirawat dan dipelihara masyarakat setempat dan kini diwujudkan melalui Tradisi Perahu Baganduang.

      Tradisi perahu baganduang yang dilaksanakan oleh masyarakat Lubuk Jambi sampai saat ini masih dilestarikan sebagai bentuk kearifan lokal, karena mengandung nilai-nilai budaya, etika, moral dan simbol-simbol adat yang sangat penting di jelaskan kepada generasi berikutnya.  Tradisi ini merupakan salah satu produk budaya yang merupakan  kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyaraktnya, agar tidak hilang begitu saja karena  perkembangan zaman, maka dari itu  saya sebagai generasi penerus ingin memperkenalkan kepada publik dan melestarikan budaya yang sudah  turun temurun ini. Dan saya juga menginginkan masyarakat kuantan  tahu dengan budaya daerah sendiri  dan mampu menjelaskan apa saja yang terkandung dan tersurat dengan budaya sendiri.

Teori Interaksi Simbolik

      Interaksi simbolik adalah interaksi yang memunculkan makna khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran. Simbolik berasal dari kata 'simbol' yakni tanda yang muncul dari hasil kesepakatan bersama. Bagaimana suatu hal menjadi perspektif bersama, bagaimana suatu tindakan memberi makna-makna khusus yang hanya dipahami oleh orang-orang yang melakukannya.(

Makna Simbolik Artefak Pada Tradisi Perahu Baganduang

1. Makna simbolik kubah

      Simbol kubah dalam Perahu Baganduang bagi masyarakat Lubuk Jambi mempunyai makna yaknimasyarakat Lubuk Jambi dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas daripada norma-norma agama Islam sebagaimana yang dianutnya, pemahaman tentang agama mereka terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, mereka menganggap bahwa agama adalah sebagai pandangan hidup dan juga apa-apa yang diajarkan dalam agama harus mereka terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, maka dengan demikian tidaklah mengherankan jika tradisi-tradisi yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakatpun sangatlah kental dengan nuansa keagamaan, orang tua-tua dahulu berpandangan bahwa setiap apa yang akan dibuat oleh seseorang dalam kehidupannya janganlah sampai melanggar apa yang telah di gariskan dalam agamaislam.

2. Makna Simbolik Tanduk Kerbau

      Makna dari gambar tanduk yaitu untuk membajak sawah, lambang keadilan  dan keperkasaan anak negeri. Berdasarkan hasil wawancara tesebut dapat penulis jelaskan bahwa makna simbol dari tanduk kerbau yang di gunakan dalam Perahu Baganduang oleh masyarakat Lubuk Jambi adalah melambangkan masyarakat hidup dalam alam peternakan dan keperkasaan anak negeri Lubuk Jambi, dengan arti kata bahwa masyarakat Lubuk Jambi berani dalam menghadapi segala tantangan apa saja yang mungkin akan terjadi kelak dikemudian hari dalam menjalani hidup ini, bahwa dalam menjalani kehidupan ini kadang kala tidaklah sesuai dengan apa yang kita harapkan, kehidupan ini tidaklah selalu mulus, pasti akan ada tantangan dan rintangan yang akan muncul dihadapan kita setiap saat yang mungkin tidak kita duga-duga, baik itu tantangan yang besar maupun tantangan yang kecil .

      Masyarakat Lubuk Jambi dalam menggunakan alat yang diperlukan dalam pertanian sangatlah unik, mesin-mesin juga alat-alat yang serba canggih seperti sekarang ini belumlah ada, maka dengan demikian masyarakat Lubuk Jambi dalam menggarap sawah dan juga ladangnya hanya menggunakan binatang ternak, seperti kerbau, tenaga kerbau ini di gunakan untuk merancah, menghancurkan rumput dan juga tanah yang keras, yang pada akhirnya sawah ladang mereka bisa untuk di tanami padi dan juga tanaman yang lainnya yang bisa untuk digunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Maka dari itu masyarakat Lubuk Jambi berpandangan bahwa kehidupan ini adalah untuk dijalani, dan dalam menjalaninya harus diperlukan sebuah keberanian, jangan mudah

menyerah, dan jangan patah semangat, apalagi putus asa, tidak boleh sama sekali hal-hal yang demikian itu, dan inilah yang diwariskam oleh para leluhur mereka dahulu yang di harapkan dapat di teruskan oleh anak-cucu mereka nanti di kemudian hari, sebagaimana yang telah di lakukan oleh para leluhur mereka dahulunya.

3. Makna Simbolik Ani-Ani

       Makna dari gambar ani-ani adalah  alat yang digunakan masyarakat untuk menuai padi pada zaman dahulunya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat Lubuk Jambi dalam membuat Perahu Baganduang juga mereka menghiasinya dengan simbol ani-ani (tanduk kecil), aniani yang dibuat oleh masyarakat Lubuk Jambi adalah yang kerangkanya biasanya dari dasar rotan ataupun kayu yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dan kemudian dirangkainya berbentuk ani-ani, setelah itu kemudian mereka barulah ani-ani tersebut dilapinya dengan kain putih ataupun hitam, sehingga bentuknya mirip dengan ani-ani yang asli, posisinya ani-ani tersebut adalah berada di bawah simbol payung.

4. Makna Simbolik Labu-Labu

       Makna dari gambar labu adalah lambang tempat air minum para petani setelah membajak sawah dan lambang persatuan dan kesatuan masyarakat Kuantan.

       Labu-labu yang digunakan dalam Perahu Baganduang tersebut adalah berbentuk bulat dan mirip dengan labu-labu aslinya, penggunaan labulabu tersebut adalah sangat perlu, karena ini sebagai simbol tradisi dulu yaitu labu digunakan sebagai tempat minun dan mengambil air jika masyarakat Lubuk Jambi pergi ke sawah dan ke ladang pada zaman dahulunya.

      Dalam membuat labu-labu ini masyarakat Lubuk Jambi menggunakan kerangkanya dari rotan atau kayu, namun pada umumnya mereka menggunakan rotan karena rotan bisa dibengkokkan dan dibuat sesuai dengan bentuk yang diinginkan, dan setelah itu kerangka resebut di buat dengan sempurna, maka baru kemudian labu-labu tersebut dilapisinya dengan kain, kain yang digunakan dalam pembuatan labulabu tersebut yaitu tergantung setiap kelompok peserta Perahu Baganduang, tetapi dengan warna yang telah ditentukan yaitu warna kuning, orange, putih dan hijau.

5. Makna Simbolik Cerano

     Makna dari cerano adalah lambang persembahan kepada ninik mamak, lambang sopan santun dan pembuka kata dalam sebuah acara tradisi.

     Setiap Perahu Baganduang yang dibuat oleh masyarakat Lubuk Jambi di dalamnya selalu ada di hiasi cerano, adapun makna dari simbol cerano tersebut yaitu sebagai pengantar kata sembahan kepada Niniak mamak, ataupun kepada atasan dari anak nagori. Hiasan cerano dalam Perahu Baganduang bagi masyarakat Lubuk Jambi kerangkanya terbuat dari rotan ataupun kayu yang kemudian akan dilapisi dengan kain, warna kain yang digunakan tergantung kepada peserta dan kelompok masingmasing dari perwakilan desa, karena tidak ada aturan yang mengharuskan warna kain apa yang digunakan semua tergantung selera kelompok untuk mengkombinasikan warnanya.

6. Makna Simbolik Payung

     Makna dari gambar payung adalah sebagai tempat berlindung dikala panas dan tempat berteduh

dikala hujan, lambang rukun islam yang lima, dan lambang masyarakat Lubuk Jambi dinaungi dan dipimpin oleh seorang raja dan empat penghulu.

7. Makna Simbolik Kain Warnawarni

     Makna dari kain warna-warni yaitu kain warna kuning adalah lambang pemerintahan, kain warna hijau daun lambang syarak atau agama, dan kain warna hitam lambang adat.

8. Makna Simbolik Cermin

     Makna dari cermin yaitu sebagai intropeksi diri supaya kita tahu dengan kemampuan kita dan siapa kita sebelum kita berbicara dan berpergian dan membersihkan diri.

     Perahu Baganduang juga dihiasi dengan cermin. Makna sebuah cermin yang digunakan oleh masyarakat Lubuk Jambi dalam Perahu Baganduang adalah mencerminkan bahwa setiap-setiap manusia yang akan berbuat atau berjalan dimuka bumi ini kita haruslah membersihkan diri, dengan pengertian bahwa kita haruslah mengintropeksi diri, dengan kata lain harus mengenali diri kita sendiri dulu barulah kita mengenal orang lain ini filsafah yang dipegang oleh masyarakat Lubuk Jambi sampai dengan saat sekarang ini.

Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Perahu Baganduang

1. Nilai Agama atau Religius

a.       Jumlah payung yang sama dengan jumlah Rukun Islam yaitu 5 buah payung menggambarkan     rukun islam ada 5

b.      Ornamen Kubah Mesjid yang diatasnya ada gambar bulan bintang, ini menggambarkan agama Islam yang dianut masyarakat Lubuk Jambi

c.       Pembacaan Takbir dalam acara Perahu Baganduang

d.      Pelaksanaa Mandi Balimau menyambut hari Raya Idul Fitri sebagai simbol mensucikan diri dalam         menyabut hari baik dan bulan baik dan menyambut hari kemenanga bagi umat Islam

e.      Masyarakat yang sopan santun dan ramah tamah dalam menjalani kehidupan sehariharinya

2. Nilai Sosial

a.       Tanduk kerbau, Ani-ani dan labu air yaitu melambangkan kehidupan sosial masyarakat Lubuk jambi sebagai petani yang makmur dan sejahtera.

b.      Dalam pembuatan dan pelaksanaan Perahu Baganduang disini dpat kita lihat bagaimana masyarakat saling membantu satu sama lainnya dan bergotong-royong untuk membuat Perahu Baganduang yang bagus, menarik dan indah.

c.       Kebersamaan dalam membuat dan pelaksanaan Perahu Baganduang

d.      Kemakmuran pertanian masyarakat Lubuk Jambi.

3. Nilai Seni

a.       Nilai seninya yaitu keindahan dari hiasan Perahu Baganduang yang sangat memiliki nilai seni yang sangat baik dari hasil cipta karya masyarakat lubuk jambi mulai dari ornamen dan bangunannya

b.      Seni Musik dapat kita lihat dari musik yang digunakan dalam tradisi Perahu Baganduang yaitu menggunakan alat musik tradisional yaitu: calempong dan rarak

c.       Seni Sastra dapat kita lihat dengan berbalas pantun yang digunakan dalam tradisi Perahu Baganduang.

Kesimpulan

Kesimpulan dalam artikel ini adalah sebagai berikut :

1. Makna simbolik artefak dalam Tradisi Perahu Baganduang yang di gunakan oleh masyarakat

     Lubuk Jambi diantaranya adalah :

·         Kubah Mesjid makna sebagain penyambutan dalam suasana Idul Fitri, lamabang agama Islam yang dianut oleh masyarakat Lubuk Jambi.

·         Tanduk Kerbau makna yaitu melambangkan masyaarkat hidup dalam peternakan untuk membajak sawah atau ladang, keperkasaan anak negeri, dan juga mempunyai makna pantang menyerah.

·         Ani-ani makna yaitu sebagai alat untuk memanen padi.

·         Labu makna sebagai lambang kesejahteraan bagi anak negeri dan tempat minum pergi kesawah atau keladang dahulunya.

·         Cerano makna yaitu sebagai pembuka kata kepada ninik mamak atau kepda atasan.

·         Payung makna yaitu sebagai tempat berlindung.

·         Kain warna-warni, warnanya kuning maka mempunyai makna bahwa utusan raja, jika warnanya hitam bermakna membawa datukdatuk dan juga dubalang, berwarna merah memiliki makna keberanian, dan kain warna putih mempunyai makna kebersihan hati dalam menjalani kehidupan seharti-hari.

·         Cermin adalah bahwa kita dalam menjali kehidupan ini tiap-tiap manusia yang haruslah membersihkan diri dengan pengertian bahwa kita harus mengintropeksi diri masingmasing.

2. Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam Tradsis Perahu Baganduang dapat dijelaskan

sebagai berikut :

 

        ·         Nilai Agama, payung yaitu berjumlah 5 yang maksdunya rukun islam, gambah kubah melambangkan menganut agama islam, pribadi masyarakat yang sopan satun dan ramah tamah

 

        ·         Nilai Sosial, digambarkan dalam simbol tanduk kerbau, sifat masyarakat yang bergotong royong dalam menjalankan hidup sehari-hari, dan kemakmuran masyarakat Lubuk Jambi.

 

        ·         Nilai Seni, dilihat dari keindahan dari hiasan Perahu Baganduang itu sendiri, alat musik yang digunakan dan adanya petata petitih dalam rangkain acara Perahu Baganduang.

 

                                                                             DAFTAR Referensi

http://www.sungaikuantan.com/2009/05/daftar-objek-wisata-kuansing.html

Amran, Rusli .1981. Sumatra Barat hingga Plakat Panjang. Penerbit Sinar Harapan.

Dt. B. Nurdin Yakub,1998 Minangkabau tanah pusaka:sejarah Minangkabau,

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Perahu_Baganduang.jpg

Jamil, Affandi. 1996. Orang Melayu di Riau. Pekanbaru: UR Pers

http://www.sungaikuantan.com/2008/09/perahu-bergandung.html

Umam, Khairul 2000. Masyarakat Adat Kuantan Singingi.Pekanbaru : UIR

 

No comments:

Post a Comment