PENDIDIKAN ISLAM ISLAM PADA ERA KEMUNDURAN ISLAM


MERIANI /SP

                Pada masa kejayaan islam yang terletak pada kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah telah banyak bangunan-bangunan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan intelektual melalui perpusatakaan seperti Baitul Hikmah. Kejayaannya juga dirasakan oleh masyarakat yang telah bersentuhan dengan dunia luar termasuk juga dunia Barat. Namun, pasang surut sebuah dinasti, sebaimana disebutkan Ibnu Khaldun, merupakan bagian dari siklus sejarah yang bersifat faktual. Sebagai mana sebuah pemerintahan atau kekuasaan isalam yang pernah jaya, juga tidak terlepas dari kemunduran atau keruntuhan, begitu juga dengan pendidikan islam.
A.    KEJATUHAN BAGHDAD DAN CORDOVA


1.      Kejatuhan baghdad
                Sejak tahun 132H/750M daulah Abbasiyahdinyatakan berdiri dengankhalifah pertamanya Abu Abbas as-saffah. Daulah ini berlangsung sampai tahun 656H/1258M. Masa yang panjang di laluinya dengan pola pemerintahan yang berubah-ubah sesua dengan perubahan poitik, sosial, budayadan penguasa.walaupun Abu Abbas adalah pendiri daulah ini, namun pembina sebenarnya adalah Abu Ja'far al-Mansur. Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Ummayah, Khawarij dan juga Syiah yang mersa mulai dikucilkan dari kekuasaan.
                Untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara, yang berdiri itu, Ja'far kemudian memindahkan ibu kota ke Al-Hasyimiyah, dekat Kuffahke kota yang baru dibangunya, Baghdad merupakan ibu kota yang indahpermai. Istana dan bangunan dibentuk  menurut seni bangunan arab Persia dan termasyhur pada masa khalifah harun Ar-rasyid dan Al-Ma'mun. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, serta kasusastran berada pada zaman keemasannya. Al-Ma'mun menonjol dalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan menerjemahkan buku-buku dari Yunani dan mengembangkan ilmu-ilmu dengan mendapatkan temuan-temuan ilmiah yang baru. Filsafat yunani yang rasional menjadikan Khalifah terpengaruh dan mengambil teologi rasional Mu'tzilahmenjadi teologi Negara. Pada masa inilah negara islam islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat tak tertandingi dan letak sumbangan Islam terhadap ilmu dan peradaban Barat atau dunia.
                Masa imperium Abbasiyah dilenal sebagai kurun keemasan. Namun selanjutnya juga mengalami kemunduran dan pada umumnya para sejarawan memetapkan bahwa kejatuhan baghdad di timur (1258 M) dan cordova di barat (1236 M) sebagai awal periode kemunduran yang tidak terlepas dari konotasi kemunduran pendidikan yang ditandai kemunduran intelektual. Tepat juga dikatakan periode ini merupakan awal kejatuhan dan keruntuhan Baghdad sebagai pusat ibukota dan kebanggaan umat islam di dunia akan kemajuan peradabannya.i
                Sepanjang imperium Abbasiyah yang sebagian dibangun berdasar upaya identifikasi Islam dan sebagian berdasarkan identifikasi khalifah, maka hilangnya pendukung merupakan sebuah bencana politik yang sangat besar. Meskipun Khalifah tetap sebagai pemimpin umat dan simbol bagi kesatuan muslim, tetaplah terbuka sebuah pemisah antara negara dan komunitas keagamaan. Sejak saat itu, Khalifah menampilkan interes politik dan pemerintahan Islam, sementara para ulama dan suffi merumuskan prinsip-prinsip keyakinan Islam.
                Faktor-faktor yang membuat Baghdad menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikelompokkan faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern ;
a.       Faktor-faktor intern : Adanya persaingan yang tidak sehat antara negara-negara yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah terutama Arab, Turki dan Persia.
b.      Adanya koflik aliran pemikiran dalam Islam yang sering menimbulkan konflik berdarah.
c.       Muculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari daulah Abbasyah.
d.      Kemorosotan ekonomi akibat kemuduran politik.
Adapun fakor-faktor ekstern segai berikut :
a.       Perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang, dan
b.      Hadirnya tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan.
Yang terahir inilah yang menyebabkan hancurnya Daulah Abbasiyahdan menguasai kota Baghdad.
                Hadirnya tentra Mongol , pusat-pusat ilmu pengetahuan, baik yang berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga pendidikan mereka diporak-porandakan dabn dibakar sampai punahtak berbekas. Oleh karena itu, pada masa seperti ini dunia Islam tidak dapat melahirkan pemikir-pemikir yang kritis. Lembaga-lembaga tinggi sama sekali tidak memberi peluang kepada para  mahasiswa untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu.
2.      kejatuhan cordova (spanyol)
          Penaklukan Spanyol tidak terlepas dari tiga orang pemimpin satuan-satuan pasukan dari Dinasti Ummayah yang berkedudukan di Damaskus, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziad dan Musa bin Nushair. Yang mampu mengalahkan penguasa Spanyol Raja Roderick.  Dengan mudah Thotiq dapat menguasai wilayah-wilayah Spanyol seperti Toledo, Seville, Malaga, Elvira dan cordofa.
                Daulah Bani Umayyah membangun kekuasaan di Spanyol dengan nama Daulah Bani Umayyah (756-1031) dan menjadikan Cordova sebagsi ibu kota dibawah pemerintahan Abdurohaman ad-Dakhil (Abdurrohman I). Sejak saat itu Cordova mulai melangkah maju. Cordova memasuki kejayaan di bawah pemerintahan Abdurrohman III (912-961) dan Al-Hakam (961-976). Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai bidang. Antara lain bidang pendidikan, ilmu pengetehuan, dan intelektual. Pada saat itu islam di Cordova telah memiliki Universitas cordova yang tersohor dan menjadi kebanggaan umat Islam, salah satu universitas dunia yang terpercaya. Beliau juga mendirikan 27 skolah swasta, juga 70 perpustakaan dan memiliki ratusan ribu buku.
                Kehadiran Islam di Spanyol  telah menjadikan Spanyol mempunyai kebudayaan yang tinggi pada waktu itu. Sehingga dalam waktu singkat Spanyol berubah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan islam di belahan Barat. Setelah mencapai kemajuan dan kesuksesan kurang lebih selama delapan abad menjadi qiblat ilmu pengetahuan, Spanyol juga mengalami masa kemunduran dan kehancuran yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
·         Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya konflik perebutan kekuasaan di antara ahli waris.
·         Lemahnya figur dan karismatik yang di miliki khalifah khususnya setelah kahalifah Al-Hakam II.
·         Perselisihan di kalangan umat itu sendiri yang di sebabkan perbedaan kepentingan, suku dan kelompok.
·         Konflik Islam dengan kristen karena kebijakan penguasa yang tidak melakukan islamisasi secara sempurna.
·         Munculnys Muluk al-Thowaif (kerajaan-kerajaan kecil) yang saling berebut kekuasaan.
Dalam kondisi yang lemah karena faktor-faktor tersebut, muncul serangan dari kristen yang sudah menyatu. Kondisi ini diperburuk denganketerpencilan Islam di Spanyol dari dunia Islam yang lain. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kekuatan Kristen Spanyol.

B.     KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM PASCA KEJATUHAN BAGHDAD DAN SPANYOL
                Kehancuran total yang dialami Baghdad dan Cordova sebaga pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, menandai runtuhnya sendi-sendi runtuhnya pendidikan dan kebudayaan Islam, terutama dalam bidang intlektual dan material, tetapi tidak halnya  dalam bidang kehidupan batin dan spiritual.
                Suasana gelap yang menyelimuti dunia Islam akibat berbagai krisis  benar-benar mencekam dan memprihatinkan. Pada saat bangsa Eropa tengah sibuk melepaskan armada-armadanya mengarungi lautan untuk menjajah negeri-negeri Islam sekaligus menyebarluaskan ajaran Injil, pada saat itu daya intelektual generasi penerus tidak mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan perkembangan zaman, sebagian kaum muslim tenggelam dengan tasawuf yang sudah jauh menyimpang dari roh Islam, Karena mereka merasa lemah diri dan putus asa. Ini yang menyebabkan mereka lalu mencari pegangan dan sandaran hidup yang bisa mengarahkan kehidupan mereka. Aliran tradisionalisme mendapat tempat di hati masyarakat secara meluas, dengan mengembalikan segala sesuatunya telah dikehendaki oleh Tuhan.
                Kehidupan suffi berkembang dengan pesat. Madrasah-madrasah yang ada dan yang berkembang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan suffi. Suffi dimasukkan kedalam kurikulum formal, kurikulum akademis hampir buku-bukunya tentang suffi, sehingga ilmu pengetahuan umum semakin sempit. Penyelesaian studipun relatif singkat. Kebekuan intelektual dalam kehidupan kaum muslimin diwarnai dengan berkembangnya berbagai macam aliran suffi yang terlalu toleran terhadap ajaran mistis yang bersal dari ajaran agama lain (Hindu,Budha, maupun neoplatonisme), telah memunculkan berbagai tarekat yang menyimpang jauh dari ajaran Islam.m Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Kemunduran pendidikan Islam sesungguhnya karena akibat dari faktor-faktor kehancuran kekuasaan Islam (sosial, politik dan keagamaan).
                Sepanjang sejarah sejak awal dalam pemikiran Islam terlihat dua pola yang saling berlomba dan mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam pola pengembangan pendidikan Islam, yakni pemikiran sufistis bersifat tradisional yang bersumber dari Wahyu yang memperhatikan aspek batiniah dan pemikiran rasional, yang mementingkan akal pikiran, menimbulkan pola pendidikan empiris rasional dan intelektual. Pada masa jayanya dua pola tersebut menghiasi dunia Islam, berpadu dan saling melengkapi. Setelah pemikiran rasional diambil alih pengembangannya oleh dunia Barat (Eropa) dan Islam pun meninggalkan pola iker tersebut, sehingga dalam Islam pola pemikiran sufistis. Dari aspek inilah pendidikan dan kebudayaan Islam mengalami kemunduran.


DAFTAR PUSTAKA
-          Asrohah, Hanun, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Wacana Ilmu,2001.
-          Djojosuwrno,Sejarah Dan Falsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,Tt
-          Santoso,Slamet Imam, Pendidikan Di Indonesia Dari Masa Kemasa, Jakarta: Masagung,1987.
-          Langgulung,Hasan,Filsafat Pendidkan Islam,Trj,Jakarta: Wacana Ilmu,2001.
-          Yatim,Badri,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Wacana Ilmu, 2001.

No comments:

Post a Comment