SEJARAH TERBENTUKNYA DAN BERKEMBANGNYA GERINDO


 KEVIN REZA – SI IV / A

Melihat tentang sejarah perjuangan Indonesia kita tahu bahwa para pahlawan telah banyak berjuang menumpahkan darah demi kemerdekaan Indonesia melalui perang. Salah satu penjajahan yang membuat indonesia begitu sengsara adalah zaman penjajahan kolonialisme pada masa Belanda. Para pejuang telah banyak mencurahkan semua pikiran dan tenaga untuk memerdekakan diri termasuk para kaum terpelajar pribumi/ pemuda indonesia. Mereka beruntung dapat menikmati pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda dan mereka menyadari bahwa kebebasan dari jeratan penjajahan harus diakhiri.
Kepedulian kaum terpelajar akan nasib bangsa Indonesia membuat mereka membentuk organisasi pergerakan. Dalam perkembangannya telah banyak organisasi pergerakan yang dibentuk oleh pelajar pribumi. Meskipun asas dan cara perjuangannya berbeda dari pahlawan mereka sebelumnya tetapi itu semua memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia dan bebas dari jeratan penjajahan bangsa asing. Satu dari organisasi pergerakan yang mereka buat adalah Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Terlebih dahulu kita seharusnya mengerti dengan sejarah pembentukan Gerindo.
Organisasi lain sebelum didirikannya Gerindo salah satunya adalah PNI. Setelah penggeledahan dan penangkapan terhadap beberapa pimpinan PNI, Mr. Sartono dan Ir. Anwari mengambil alih pimpinan pusat PNI. Pada tanggal 9 Januari 1930 Sartono dan Anwari mengeluarkan perintah kepada pengurus-pengurus cabang dan para anggotanya agar menghentikan semua kegiatan politik dan membatasi kegiatan pada bidang sosial dan ekonomi.[1]
Akhirnya pada tanggal 25 April 1931 atas putusan kongres luar biasa dinyatakan pembubaran PNI atas dasar keadaan memaksa.[2] Putusan itu dikeluarkan agar pemerintah belanda menganggap telah membasmi pemberontak bagi mereka. Orang yang setuju dengan pembubaran itu membentuk partai baru setelahnya yaitu Partai Indonesia (Partindo) pada tanggal 29 April 1931 di Jakarta. PNI dengan Partindo sama hanya saja nama saja yang berbeda. Sedangkan ada orang yang tidak setuju dengan pembubaran PNI membentuk partai baru dengan nama PNI-Baru pada akhir bulan Desember 1931 di Yogyakarta.
Antara Partindo dengan PNI-Baru itu hampir tidak ada perbedaan. Asas dan tujuan kedua partai itu sama. Hanya berbeda pada strategi perjuangannya saja. Partindo menggunakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk menuju kemerdekaan, sedangkan PNI-Baru lebih kepada bidang pendidikan, social dan politik dalam menuju kemerdekaan.
Setelah Partindo dan PNI-Baru mengalami kesulitan dalam perjalanannya yang dikarenakan peraturan-peraturan yang dibuat oleh permerintah kolonial Belanda yang ingin menghentikan mereka, maka terdengarlah isu untuk membubarkan Partindo dan PNI-Baru. Dan akhirnya pada tanggal 18 November 1936, Partindo dibubarkan, sedangkan PNI-Baru lumpuh dan tidak melakukan apa-apa lagi.
Dalam keadaan yang demikian, Sanusi Pane, pemimpin surat kabar Kebangoenan, pada awal tahun 1937 mengumumkan pandanganya tentang sikap yang sebaiknya ditempuh oleh bekas anggota Partindo khususnya dan non-kooperator umumnya. Dengan terus terang ia menyalahkan sikap yang diambil oleh Partindo yang dipandangnya terlalu agresif. Diharapkan agar dalam suasana yang sudah berubah orang juga mau mengubah sikapnya terhadap pemerintah. Orang harus berusaha mengadakan hubungan yang baik dengan pemerintah dan hendaknya didirikan partai baru yang membawa rakyat banyak bergerak dalam usaha-usaha yang konstruktif.
Dan akhirnya didirikan partai baru, partai sayap kiri yang bersifat kooperatif dengan pemerintah yang bernama Gerakan Rakyat Indonesia atau Gerindo pada 23 Mei 1937 di Jakarta. Gerindo atau Gerakan Rakyat Indonesia merupakan salah satu dari organisasi pergerakan atau partai yang didirikan oleh Sartono, mempunyai tujuan sama seperti organisasi pergerakan lainnya yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia, mencapai bentuk pemerintahan berdasarkan kemerdekaan lapangan politik, ekonomi dan sosial. Selain dari itu Gerindo ini juga mempunyai tujuan diantaranya untuk memperkuat perekonomian Indonesia agar kehidupan masyarakat Indonesia berpindah ke taraf kehidupan yang lebih baik, mengangkat kesejahteraan kaum buruh serta memberi bantuan kepada kaum pengangguran. Tujuan dari Gerindo itu pada dasarnya untuk menimbulkan rasa nasionalisme di dalam hati masyarakat Indonesia.
Gerindo itu dibentuk oleh bekas-bekas anggota Partindo. Pembentukan Gerindo pada Mei 1937 merupakan respons terhadap bahaya fasisme yang mengancam demokrasi. Fasisme yang didasarkan pada ikatan darah, kebudayaan dan keturunan melaui sistem partai tunggal sehingga akhirnya dapat menimbulkan kekacauan situasi dan mengambil alih kekuasaan politik.
Gerakan Rakyat Indonesia juga terbentuk karena organisasi pergerakan sebelumnya yaitu Partai Indonesia mengalami permasalahan dan konflik dalam tubuh organisasinya sehingga Partindo dibubarkan. Adapun permasalahan dan konflik yang terjadi dalam tubuh Partindo adalah ketika Partindo menggunakan suatu daftar usaha, lengkap mengenai hal-hal sosial, ekonomi dan politik yang semuanya harus meratakan jalan dalam artian menyamakan semua derajat untuk menuju Republik Indonesia.
Oleh pemerintah kolonial Belanda, pemerintah kolonial Belanda melakukan tindakan dengan memperkeras pengawasan polisi dalam rapat-rapat yang di jalankan Partindo, memberikan larangan bagi pegawai negeri menjadi anggota partai, larangan mengadakan persidangan di seluruh Indonesia, penangkapan kembali Ir. Soekarno yang telah keluar dari penjara lalu ditangkap dan diasingkan ke Flores. Penangkapan kembali atas pemimpin besar Partindo itu menyebabkan Partindo masuk ke dalam suatu masa yang tidak melakukan suatu aksi/kegiatan sehingga banyak kalangan partai menyuarakan agar Partindo dibubarkan dan minta untuk didirikannya partai yang baru.[3]
Dibubarnya Partindo pada pertengahan November 1936 membuat ketua Partindo yaitu Sartono di bantu dengan Sanusi Pane dan Moh. Yamin kembali membuat organisasi pergerakan yang baru, organisasi itu diberi nama Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Gerindo dibentuk dengan tujuan hampir sama seperti Partai Indonesia, namun Gerindo ini menjujung asas kooperatif maksudnya mau berkerja bersama-sama dengan pemerintah jajahan tetapi Gerindo tetap bersikap tegas terhadap pemerintah Belanda sebagai perkumpulan untuk masyarakat umum yang berusaha mencapai bentuk pemerintahan negara berdasarkan kemerdekaan di lapangan politik, ekonomi dan sosial.
Dengan lahirnya Gerindo, partai sayap kiri Pergerakan Nasional dengan wajahnya yang baru, yaitu kooperasi. Asas Gerindo yaitu kebangsaan kerakyatan. Gerindo berjuang untuk mencapai kemerdekaan Nasional. Asas kebangsaan Gerindo tidak didasarkan atas dasar satu darah, satu turunan. Asas kerakyatan yaitu demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat yaitu demokrasi politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Menurut Gerindo, yang menjadi pedoman partai adalah asas dan tujuan partai, setiap anggota harus tunduk pada aturan partai.
Aktivitas di bidang pertama kali ditunjukkan dengan sikapnya terhadap Petisi Sutarjo, Gerindo menyokong bagian Petisi yang menuju konferensi imperial dimana utusan-utusan Belanda dan Indonesia yang mempunyai hak sama untuk memusyawarakan kedudukan Indonesia. Partai ini juga menyusun kekuatan dalam dewan-dewan, sehingga mengikutsertakan wakil-wakilnya dalam dewan-dewan untuk menjalankan kewajiban sesuai keinginan rakyat.[4]
Sebagai suatu organisasi pergerakan yang baru, Gerindo yang mempunyai tujuan untuk kesejahteraan masyarakat di bidang politik sosial dan ekonomi tentu harus memiliki suatu program kerja agar organisasi itu benar-benar menjadi sebuah organisasi yang peduli akan nasib bangsa untuk kehidupan yang lebih baik. Gerindo yang didirikan pada tanggal 24 Mei 1937, melaksanakan program kerjanya yaitu mengadakan kongres pertama pada tanggal 20-24 Juli 1938 di Jakarta, kongres itu dilaksanakan sebagai bentuk kerja nyata dari suatu organisasi pergerakan yang peduli terhadap perubahan sosial dalam masyarakat pribumi. Dalam kongres pertama itu, menghasilkan pembentukan PERI (Penuntun Ekonomi Rakyat Indonesia) yang merupakan perkumpulan ekonomi berdasarakan demokratis nasionalisme. Program kerja PERI diantaranya adalah memperbaiki harga-harga hasil bumi dan menurunkan harga-harga barang keperluan rakyat dan perluasan kesempatan kerja.
Pada tanggal 1-2 Agustus 1939, setelah kongres yang pertama, kongres kedua dilaksanakan di Palembang, dalam kongres ini diambillah keputusan berupa penerimaan Peranakan (Peranakan Eropa, Peranakan Tionghoa dan Peranakan Arab) untuk menjadi anggota partai itu. Jelas bahwa usaha Gerakan Rakyat Indonesia ialah memperteguh ekonomi Indonesia untuk memperkuat pertahanan negeri. Dalam kongres yang kedua, Gerakan Rakyat Indonesia juga berusaha untuk mencapai adanya aturan menentukan batas upah yang rendah dan tunjangan bagi para pengangguran. Keputusan lain yang diambil Gerakan Rakyat Indonesia lainnya adalah menyetujui masuknya Gerakan Rakyat Indonesia kedalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia). Setelah kongres yang kedua tahun 1939, pada tanggal 1 Oktober 1940, dipilih pengurus besar yang baru, Drs. A. K. Ghani terpilih menjadi ketua. Pengurus yang baru itu berniat akan membuat persatuan yang semakin kuat dalam tubuh kepartaian.
Untuk sekian kalinya setelah kongres yang pertama dan kedua tahun 1937 dan 1939, pada tanggal 10-12 Oktober 1941, kongres ketiga dilaksanakan, dalam kongres yang ketiga ini, Gerindo hendak mendirikan suatu Partai Buruh Politik Indonesia yang baru, namun rencana itu tidak terealisasikan oleh karena sudah ada Gerindo, hal ini dilakukan karena Gerindo itu bukan hanya suatu organisasi politik/partai politik kebangsaan saja tetapi Gerindo berusaha untuk mencapai sautu bentuk masyarakat yang berdemokrasi politik, ekonomi dan sosial dalam artian menuju keadilan sosial yang akan dilaksanakan dengan jalan demokrasi. Dari kongres yang ketiga ini juga diambil kesepakatan bahwa untuk memperteguh barisan demokrasi, kiranya perlu dibebaskannya pemimpin-pemimpin Indonesia yang sudah diasingkan. [5]
Adapun kongres yang dilaksanakan Gerindo ini semuanya dipusatkan pada politik, hal ini dikarenakan kemenangan di bidang politik merupakan jalan untuk kemenangan di bidang lainnya. Namun demikian, bidang ekonomi tidak dapat dilupakan karena menurut Gerindo bahwa susunan ekonomi yang baik akan berpengaruh terhadap bidang politik dan sosial. Tentu hal itu membuat antara politik dan ekonomi juga sosial merupakan tali penghubung yang saling mengait dengan erat dan sulit untuk dipisahkan.
Seperti gerakan/partai-partai sebelumnya, Gerindo meski dalam perkembanganya mengalami kemajuan yang pesat dalam mencapai tujuannya yaitu di bidang sosial, politik dan ekonomi tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa Gerindo ini memiliki nasib yang sama seperti gerakan/partai-partai sebelumnya yaitu terjadinya konflik.
Konflik yang terjadi dalam tubuh Gerindo ini dimulai ketika Muh. Yamin mencalonkan diri sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia-Belanda) untuk mewakili golongan Minangkabau yang tidak mau bekerjasama dengan Gerindo. Pencalonan itu menimbulkan keonaran di tubuh partai sehingga membuat pengurus besar mengadakan pemecatan sementara terhadap Muh. Yamin.
Meskipun demikian, Yamin tetap pada pendiriannya, terdorong oleh nafsunya untuk masuk menjadi anggota Volksraad, Yamin tidak menyadari bahwa dirinya telah terperangkap jebakan dan dijadikan alat oleh pemerintah Belanda untuk memecahkan barisan kulit berwarna. Pencalonan Muh. Yamin dikabulkan oleh Gubernur Jenderal Belanda, Yamin menjadi anggota Volksraad. Masuknya Muh. Yamin sebagai anggota Volksraad pada akhirnya membuat dirinya dipecat dari keanggotaan Gerindo secara tidak terhormat. Tindakan yang diambil Yamin itu, oleh anggota Gerindo dianggap sebagai suatu bentuk pengkhianatan terhadap Gerindo.
Dalam perjalanannya, Gerindo lebih mengutamakan kegiatan di bidang poltik karena kemenangan di bidang politik tersebut merupakan jalan utama membawa rakyat ke susunan ekonomi dan sosial yang lebih baik, jalan untuk mencpaai itu adalah membim bing rakyat sampai mencapai tingkat keinsafan politik, ekonomi dan sosial, menyusun kekuatan rakyat di luar dan di dalam dewan-dewan. gerindo menjunjung tinggi demokrasi, menggambarkan tujuan politik sebagai satu parlemen yang sepenuhnya bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia. Tujuan ekonomi sebagai susunan ekonomi yang berdasarkan kooperasi di bawah pengawasan negara, tujuan sosial sebagai satu lingkungan hidup berdasarkan hak dan kewajiban yang sama antara berbagai macam penduduk.
Lahirnya Gerindo dan dalam waktu yang singkat, anggota Gerindo mendirikan cabang-cabang. Cabang-cabang Gerindo tersebar hamper merata di seluruh Indonesia. Pada umumnya suatu cabang Partindo secara otomatis menjadi cabang Gerindo mengingat bahwa Gerindo berdiri setelah Partindo dibubarkan. Pemerintah colonial masih berusaha untuk menghambat perkembangannya. Kecurigaan pemerintah terhadap para mantan anggota Partindo tidak hilang sehingga ada beberapa rapat pendirian cabang Gerindi dibubarkan. Meskipun begitu, aktivitas politik Gerindo tidak akan berhenti, hal ini ditandakan dengan dukungan Gerindo terhadap Petisi Sutarjo yang menuju konferensi imperial di mana utusan-utusan Belanda dan Indonesia yang mempunyai hak sama untuk memusyawarakan kedudukan Indonesia.
Mengenai dewan-dewan, Gerindo mempergunakan dewan-dewan sebagai alat perjuangan dan tempat menyusun kekuatannya untuk mempengaruhi kemajuan rakyat. Partai ini tidak puas terhadap susunan dan kekuasaan dewan-dewan yang ada. Gerindo menuntut parlemen yang sejati, penuh dan bertanggung jawab terhadap rakyat. Untuk itu, Gerindo menuntut hak memilih umum dan langsung. Ditetapkan agar semua wakilnya dalam dewan-dewan menjalankan kewajiban sesuai keinginan rakyat. Selain itu berusaha memperbesar kekuatan baik kekuatan dalam dewan-dewan Gerindo dan di luar dewan Gerindo.[6]
Dengan kehadiran Jepang di Indonesia tahun 1942 seluruh aktivitas kepartaian menjadi lenyap dan diganti dengan organisasi-organisasi buatan Jepang.
Notes :
[1] John Ingleson. (1988). Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasional Indonesia Tahun 1927-1934. Jakarta. LP3ES. Hlm: 132
[2] Sartono Kartodirjo. (1975). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta. Depdikbud. Hlm: 374
[3] A.K. Pringgodigdo. (1991). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta. PT. Dian Rakyat. Hlm: 131
[4] Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Susanto. (2009). Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta. Balai Pustaka. Hlm: 378-379
[5] A.K. Pringgodigdo. (1991). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta. PT. Dian Rakyat. Hlm: 132
[6] Eko Praptanto. (2010). Sejarah Indonesia Zaman Kebangkitan Nasional. Jakarta. PT. Bina Sumber Daya MIPA. Hlm: 43

DAFTAR PUSTAKA
http://mediabacaan.blogspot.com/2013/08/pembentukan-partindo-dan-gerindo.html
A.K., Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. PT. Dian Rakyat: Jakarta
Badrika, I Wayan. 1993. Sejarah Nasional dan Dunia. Cempaka Putih: Jakarta
Eko Praptanto. 2010. Sejarah Indonesia Zaman Kebangkitan Nasional. PT. Bina Sumber Daya MIPA: Jakarta
John, Ingleson. 1988. Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasional Indonesia Tahun 1927-1934. LP3ES: Jakarta
Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Susanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia V. Balai Pustaka: Jakarta
Sartono, Kartodirjo. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Depdikbud: Jakarta
Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

No comments:

Post a Comment