Pendidikan yunani kuno


Lisa rahmadania/ Sp
Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada kenyataannya
dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan dari zaman ke zaman mempunyai garis persamaan. Garis persamaan atau benang merah pendidikan itu ialah:
1. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
2. Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifar universal.
3. Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-masing bangsa.
Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria, sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Kedua negara tersebut merupakan Polis atau negara kota. Sparta dengan ahli negaranya Lycurgus, sedang Athena dengan ahli negaranya Solon. Pada kedua negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah berani (Djumhur, 1976:24)
SPARTA
Pendidikan di Sparta didasarkan atas dua azas :
-          Anak adalah milik Negara.
-          Tujuan pendidikan adalah membentuk serdadu-serdadu pembela negara serta warga negara.
Ciri-cirinya, pendidikan diselenggarakan oleh negara, bukan oleh Keluarga. Yang berhak mendapat pendidikan hanya warga negara Sparta yang merdeka saja. Anak-anak cacat dan lemah dibunuh atau dilemparkan Dario atas batu besar, di pegunungan Tygetos. anak-anak yang telah berumur 7 tahun dimasukkan kedalam asrama negara. Yang diutamakan adalah pendidikan jasmani.
Adapun pelaksanaan pendidikannya, Anak-anak dibiasakan menahan lapar, tidur diatas bantal rumput dan padsa musim dingin hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara,misalnya keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, tunduk kepada disiplin, selalu mendapat perhatian. Sebaliknya, kesenian seperti mu7sik dan nyanyian diabaikan, semata-mata hanya dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan.
ATHENA
Tujuan pendidikan Athena adalah membentuk warga negara dengan jalan pembentukan jasmani dan rohani yang harmonis (selaras). Ciri-cirinya, negara hanya mengawasi saja, yang berhak mendidik adalah keluarga dan sekolah. Semua anak-anak dari warga negara yang bebas mengunjungi sekolah. Mata pelajran terbagi atas bagian gymnastic (Jasmani) dan bagian muzis (Rohani). Pendidikan jasmani diberikan di Palestra, dan tempat gulat di Gymnasia. Latihan utama adalah berjalan, gulat, lempar cakram, melompat, lempar lembing. Pembentukan muzis meliputi, membaca, menulis, berhitung, nyanyian dan music, kelak akan dipelajarinya "Artes Liberales" atau seni bebas, terdiri dari
-  Trivium (3 ajaran) : Gramnatica, Retorica (pidato) dan dialektika yaitu ilmu mengenai cara berfikir secara logis dan bertukar pikiran secara ilmiah.
-  Quadrivium (4 ajaran) : Arithmatica (berhitung), Astronomia (ilmu bintang), Geometria (ilmu bumi alam dan falak) & Musica.
Membaca diberikan dengan metode mengejak (sintetis murni) menulis dilakukan  pada batu tulis yang dibuat dari lilin.
Pendidikan warganegara sangat dipentingkan di Yunani, terutama di Sparta. Segala kepentingan negara diletakkan di atas kepentingan individu. Dan kemudian muncul keinginan untuk mendapat Kebebasan, terutama kaum Sofist. Kaum sofist tidak mengakui kebenaran mutlak dan berlaku umum. Pendapat mereka "manusia ialah ukuran segala-galanya, manusia sendiri yang menentukan mana yang baik mana yang buruk". Pendirian ini bersifat antroposentris. Suatu disebut benar juka itu menimbulkan keuntungan atau kemenangan. Benar sekarang belum tentu benar nanti, benar bagi si A belum tentu benar bagi si B (relatif). Kaum sofist yang terkenal diantaranya Goergias, Protagora, Pipias.
Akibat dari ajaran sofisme ini ialah turunnya nilai-nilai kebudayaan, merosotnya niali-nilai kejiwaan, pembentukan yang harmonis antara jiwa dan raga dikesampingkan. Orang mencari pengetahuan dengan tujuan untuk mencapai kesenangan kebendaan semata (intelektual materialistis).
Kepentingan negara harus tunduk pada kepentingan perseorangan. Pembentukan kecerdasan lebih penting dari pendidikan agama dan susila.
AHLI-AHLI PENDIDIK YUNANI
Phytagoras (580-500 SM)
Tujuan pendidikanya adalah untuk membentuk manusia susila-agama.
Dasarnya adalah:
Hanya jiwa yang berjasa, bukan jasad.
Jiwa berasal dari tuhan yang kekal sifatnya
Sejak kecil manusia cenderung untuk berbuat jahat
Kesempurnaan adalah kebajikan
Pelaksanaanya: Dia mendirikansebuah gabungan yang disebut gabungan kaum Phytagoras terdiri dari anggota-anggota yang tinggal bersama-sama dengan mentaati aturan-aturan tata tertib tertentu.
Socrates (469-399 SM)
Cita-citanya
Ia berpendapat, bahwa bukan manusia melainkan tuhan yang menjadi ukuran sesuatu.
Berlawanan dengan Phytagoras, Socrates percaya bahwa manusia mempunyai pembawaan untuk berbuat baik.
Socrates berpendapat, ilmu adalah sumber dari kebajikan.
Pelaksanaanya
Dimana saja, di jalan-jalan, di taman-taman diberikanya ajaran kepada rakyat dengan jalan percakapan (dialog).
Dengan jalan induksi, dibawanyalah mereka kepada ilmu yang sebenarnya.
Oleh kaum Sofist, Socrates difitnah telah merusak akhlak pemuda, dituduh mengajarkan dewa-dewa baru dan membelakangi dewa-dewa resmi. Hakim menjatuhi hukuman minum racun kepadanya, bila tidak menarik ajaranya. Tetapi ia lebih memilih minum racun sampai mati daripada mengingkari pendirianya.
Plato (427-347 SM)
Plato adalah seorang bangsawan dan murid Socrates. Ia adalah pengarang pertama di Yunani, yang telah menyusun suatu sistem pendidikan yang lengkap, dan merupakan bagian dari pengajaran ketatanegaraanya.
Cita-cita pendidikanya
Bagi Plato tujuan pendidikan itu adalah membentuk warga negara secara teoritis dan praktis. Plato berbendapat, bahwa kesukaran-kesukaran politis dapat diatasi apabila ada keadilan.
Plato membagi manusia menurut kemampuanya masing-masing
1)   Manusia akal, yang menggunakan akalnya dengan bijaksana.
2)   Manusia kehendak, yang memiliki sifat-sifat keberanian, sedia melaksanakan kehendak dan perintah atasanya.
3)   Manusia hasrat, yang banyak keinginanya.
Pendidikan adalah alat untuk:
1)      Memperoleh bahan manusia yang tepat.
2)      Mengisi ketiga tingkatan sosial.
Pengajaranya
Harus mematuhi kebutuhan-kebutuhan warga negara yang sudah maju.
Harus sesuai dengan tugas-tugas setiap manusia untuk berbuat kebajikan.
Yang diajarkanya adalah olehraga, seni musik, matematika dan dialektika.
Aristoteles
Aristoteles dilahirkan di Stagira pada tahun 384 sebelum masehi, ia berguru pada Plato di Athena selama 20 tahun. Sepeninggal Plato, ia mendirikan sekolah di Assus, Asia kecil dan kemudian ia kembali lagi ke Athena. Bukunya yang terpenting mengenai cita-cita pendidikanya ialah "Politicia" dan "Anima" mengenai ilmu jiwanya.
Cita-citanya
Aristoteles berpendapat, bahwa kebijakan itu diperoleh dengan jalan alam, pembiasaan dan pembukaan akal. Dalam pada itu pendidikan harus mengenal pembawaan dan kecenderungan anak, supaya ia mendapat bimbingan dengan sebaik-baiknya. Menurut Aristoteles sumber pengetahuan adalah pengalaman, pengamatan dengan alat indera yang menghasilkan bahan untuk berfikir. Aritoteles adalah bapak ajaran daya, yang memberi jiwa dua daya pokok, yakni daya mengenal dan daya kehendak
Sumber:
Dra.hj.maliha aziz, asril,S.Pd /bahan ajar sejarah pndidikan. pekan baru(2006)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dyah%20Kumalasari,%20SS.,M.Pd./DIKTAT%20sej.pend%20I.pdf,

No comments:

Post a Comment