KONGRES PEMUDA II


Hayati Otari/4A
            Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. (S. Silalahi,M.A, Dasar-Dasar Indonesia Merdeka, PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2001,hal;16)
            PPPI merupakan penggerak utama dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda II. PPPI itu telah member pengaruh yang besar sekali kepada pemuda-pemuda kebangsaan untuk merealisasikan cita-cita persatuan yang sudah beberapa tahun lamanya menanggapi hati sanubari mereka. Cita-cita persatuan tidak boleh ditunda-tunda terlalu lama. Kesamaan tujuan sudah ada. Tinggal cara untuk membentuk persatuan nasional sajalah yang perlu dipikirkan.
            Untuk mempersiapkan pelaksanaan Kongres Pemuda II, tidak cukup memakan waktu satu atau dua hari. Melainkan persiapannya memakan waktu cukup lama. Berbulan-bulan persiapan itu telah dibahas. Pokok persoalan yang menjadi bahan bahasan ialah bagaimana caranya mendapatkan bentuk persatuan diantara pemuda-pemuda Indonesia yang sudah lama dicita-citakan itu. Juga akan dibicarakan dalam Kongres Pemuda II tersebut masalah pendidikan,pengajaran, kebudayaan, kepanduan,kewanitaan, dan sebagainya. Semuanya itu dimaksudkan untuk mempertebal dan meyakinkan rasa kesadaran nasional dan persatuan nasional, untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia.
            Tentang bentuk persatuan, PPPI mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda bersatu dalam satu perkumpulan yang merupakan badan Fusi. Usul PPPI ini sebenarnya merupakan ulangan dari usul PPPI yang diajukan dalam Kongres Pemuda I, tetapi belum mendapat keputusan dalam kongres tersebut. Masing-masing organisasi pemuda, masih merasa keberatan untuk melepaskan organisasinya yang telah lama dirintis. Drs.Sudiyo, Perhimpunan Indonesia, Bina Adiaksara,Jakarta,2004, hal:140).
            Namun setelah terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan banyak korban jiwa maupun penangkapan secara besar-besaran dan ditahannya para tokoh pergerakan nasional, maka kebutuhan terbentuknya persatuan sangat mendesak. Peristiwa tersebut adalah pemberontakan PKI pada bulan November 1926. Drs.Sudiyo, Perhimpunan Indonesia, Bina Adiaksara,Jakarta,2004, hal:140).
            Dari peristiwa-peristiwa tersebut di atas, maka usaha untuk pembentukan badan fusi atau badan federasi pemuda makin dipercepat. Akhirnya secara praktis persiapan Kongres Pemuda I telah terbentuk, sejak bulan Juni 1928. Adapun pengurus kongres tersebut susunannya sebagai berikut.
            Ketua               : Sugondo Djojopuspito, dari PPPI,mahasiswa Fakultas Hukum
            Wakil Ketua     : Djoko Marsaid, dari Jong Java, mahasiswa Fakultas Hukum
            Sekretaris         : Moh. Yamin, dari Jong Sumatranen Bood
            Bendahara        : Amir Sjarifuddin, dari Jong Bataks Bood
            Pembantu I       : Djohan Moh. Tjai, dari Jong Islamieten Bood
            Pembantu II      :Kotjosungkono, dari Pemuda Indonesia
            Pembantu III    : Senduk, dari Jong Celebes
            Pembantu IV    : J. Leimena, dari Jong Ambon
            Pembantu V     : Rohjani, dari Pemuda Kaum Betawi
(Drs.Sudiyo, Perhimpunan Indonesia, Bina Adiaksara,Jakarta,2004, hal:141).
            Semenjak terbentuknya pengurus kongres itu, maka pengurus terus berusaha keras untuk terlaksananya Kongres Pemuda II. Hamper lima bulan lamanya, pengurus mempersiapkan kongres tersebut. Dari sejak acara pembukaan samapi dengan persidangan telah disiapkan  oleh panitia pengurus kongres. Adapun susunan acara yang telah berhasil disusun adalah sebagai berikut.
a.       Persidangan Pertama, diadakan pada hari Sabtu malam Minggu, tanggal 27 Oktober 1928, dimulai pukul 19.30 bertempat di Gedung Katholike Jongelingen Bood, Waterlooplein, dan Weltevreden.
Yang dibicarakan berikut ini.
1.      Pembukaan, oleh Ketua Kongres Sugondo
2.      Sambutan-Sambutan
3.      Pembicaraan perihal Persatuan dan Kebangsaan Indonesia, oleh Moh. Yamin.
b.      Persidangan Kedua, pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 1928, dimulai pukul 8.00, bertempat di Gedung Oost Java Bioscoop, Koningplein Noord, dan Weltevreden.
Yang dibicarakan tentang pendidikan, ada empat orang pembicara yaitu sebagai berikut.
1.      Nona Purnomo Wulan
2.      S. Mangunsarkoro
3.      Sarwono
4.      Ki Hajar Dewantoro
c.       Persidangan Ketiga, pada hari Minggu malam Senin, tanggal 28 Oktober 1928, dimulai pukul 20.00, bertempat di Gedung Indonesische Clubgebouw, Kramat No. 106, Weltevreden.
Sebelum siding dimulai, diadakan arak-arakan pandu. Acara selengkapnya sebagai berikut.
1.      Arak-arakan Pandu, pukul 1730-1930
2.      Perihal Kepanduan, oleh Ramelan
3.      Perihal Pergerakan Pemuda Indonesia dan Pemuda Internasional, oleh Mr. Sunario
4.      Mengambil Keputusan
5.      Penutup
Yang hadir dalam Kongres Pemuda II ini adalah wakil-wakil dari sebgai organisasi pemuda seluruh Indonesia, yaitu: Jong Java, Jong Sumatranen Bood, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islameiten Bood,Jong Bataks Bood, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, Jong Ambon, dan PPPI.  (Drs.Sudiyo, Perhimpunan Indonesia, Bina Adiaksara,Jakarta,2004, hal:143).
            Kongres Pemuda II ini, juga dihadiri oleh utusan-utusan dari partai-partai politik, yaitu sebagai beriku.
1.      Mr. Sartono, utusan dari PPPI dan PNI cabang Jakarta
2.      Martokusomo, utusan dari PNI cabang Bandung
3.      Abdurachman, utusan dari Budi Utomo cabang Jakarta.
4.      Mr. Sunario, utusan dari PAPI (Persaudaraan Antar Pandu Indonesia) dan INPO ( Indonesische Nationale Padvinders Organisatie).
5.      S.M. Kartosuwirjo, utusan dari Pengurus Besar PSI.
6.      Dr. Amir, utusan dari Dienaren van Indie.
7.      Sigid, utusan dari Indonesische Club.
8.      Muhidin, utusan dari Pasundan.
9.      Arnold Mononutu, utusan dari Perserikatan Minahasa.
10.  Suyono dan Sukowati, utusan dari Volksraad.
11.  Dr. Pijper dan Van der Plas, utusan dari pemerintah Hindia Belanda.
12.  Utusan dari kalangan pers cukup banyak, baik wartawan Kreng Po maupun wartawan-wartawan Bumi Putera.
13.  Polisi-polisi dari pemerintah Hindia Belanda, banyak yang dating dengan senjata lengkap. Polisi ini memang ditugaskan untuk menjaga dan mengawasi jalannya kongres.
            Kongres berjalan tertib. Sekalipun PID, senantiasa mondar-mandir melaksanakan tugas pengawasan, namun para pembicara tidak merasa gentar untuk menyampaikan permasalahan yang menyangkut soal-soal perjuangan menentang penindasan dan kekejaman penjajah. Inti pembicaraan tetap dititikberatkan masalah persatuan dan cita-cita nasional. PID hanya semata-mata bertugas untuk menjaga ketertiban dan keamanan, dan banyak pula yang tidak mengerti persoalan politik. Oleh karena itu, PID sering membuat laporan yang tidak  sesuai dengan keadaan yang sebenarmya.
            Perumusannya dibuat  oleh Sekretaris Panitia, Moh. Yamin. Pembacaan putusan kongres itu dilakukan dengan khidmat oleh ketua Sugondo Djojopuspito dimuka kongers. Dengan demikian pemuda-pemuda telah mengambil suatu keputusan unitarisme yang heroic. Persatuan Indonesia yang menjadi dasar Indonesia Raya tidak federalis, melainkan unilatarisme, yang didapat pada persatuan bangsa, daerah dan kebudayaan. (Drs.Sudiyo, Perhimpunan Indonesia, Bina Adiaksara,Jakarta,2004, hal:145).
            Kesatuan tanah air, bangsa, dan bahasa itu dilambangkan dengan berikut ini.
1.      Lambang warna yang berupa pengibaran bendera Merah Putih.
2.      Lambang suara, dengan melagukan lagu Indonesia Raya, ciptaan pujangga muda W.R. Supratman.
3.      Lambang lukisan, berupa lencana garuda terbang.
(Drs.Sudiyo, Perhimpunan Indonesia, Bina Adiaksara,Jakarta,2004, hal:145).
Keputusan-keputusan Kongres Pemuda II
1). Mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda.
2).Menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
3).Menetapkan sang Merah Putih sebagai bendera Indonesia.
4).Melebur semua organisasi pemuda menjadi satu dengan nama Indonesia Muda.
Kongres Pemuda II berjalan lancar dan menghasilkan keputusan-keputusan yang sangat penting untuk modal perjuangan selanjutnya. Sumpah Pemuda amat berpengaruh bagi upaya mencapai lndonesia merdeka. Partai-partai  yang ada segera menyesualkan diri dengan cita-cita pemuda. Semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang telah menjiwai partai-partai di Indonesia itu diwujudkan dalam wadah baru bernama Gabungan Poitik Indonesia (GAPI). Demikian pula beberapa perkumpulan wanita yang kemudian bergabung dalam Perikatan Perhimpunan Isteri Indonesia, juga semua, organisasi kepanduan yang membentuk persatuan dengan nama BPPKI. (S. Silalahi,M.A, Dasar-Dasar Indonesia Merdeka, PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2001,hal;25)
Daftar Pustaka
S. Silalahi,M.A, Dasar-Dasar Indonesia Merdeka, PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2001
  Drs.Sudiyo, Perhimpunan Indonesia, Bina Adiaksara,Jakarta,2004

No comments:

Post a Comment