PERISTIWA-PERISTIWA PENTING SEKITAR PROKLAMASI


DARMAWAN/A/SI IV
1.      Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa kehancuran pertahanan dan kekalahan jepang dalam perang Pasifik sejak akhir tahun 1944 sampai Agustus 1945 tidak banyak diketahui oleh bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan:
a.       Jalur Komunikasi lewat Radio dengan jalur komunikasi lewat radio dengan luar negeri diputuskan, atau dilarang keras oleh Jepang.
b.      Pihak dinas prokpaganda jepang selalu menyetengahkan berita dan perista kekalahan perang Jepang.
Pada tangal 14 Agustus 1945 jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat semula berita itu dirahasiakan oleh tentara jepang di Indonesia, namun para tokoh pemuda mengetahui peritiwa penyerahan itu melalui BBC di Bandung. Pada tangal 15 Agustus 1945 Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ketanah air setelah memenuhi panggilan Pang Lima Mandala Asia Tenggara Marsekal Terauci di Saigon, Vietnam. [1]
Pemuda-pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baru Indonesia setelah mendengar kekalahan Jepang segera mengadakan pertemuan-pertemuan. Pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 8.00 malam, mereka berkumpul diruangan belakang Laboratorium Bakteriologi Jalan Pengangsaan Timur 13, Jakarta dibawah pimpinan Chaerul Shaleh. Akhirnya diputuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyak Indonesia sendiri dan tidak tergantung dari bangsa atau negara lain.
Bung Karno dan segala macam bukti dan logika menolak pandangan golongan muda. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan melalui revolusi secara terorganisir karena pihaknya ingin menbicarakan pelaksanaan proklamasi Indonesia yang ditentukan tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI. Sebaliknya, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo berpendapat soal kemerdekaan Indonesia datangnya dari pemerintah Jepang atau hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri, tidak perlu dipersoalkan, karena Jepang sudah kalah dan yang perlu dihadapi adalah sekutu yang berusaha mengembalikan keuatan Belanda ke Indonesia. Pendapat itu tidak dianggapi oleh golongan muda. Mereka tetap pada prinsip semula, sehingga terjadilah perbedaan paham antara golongan tua dan golongan muda. Kejadian itu mendorong golongan pemuda untuk menbawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta keluar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang, dan dibawa oleh sekelompok pemuda menuju Rengasdengklok (sebuah kota kedewanan disebelah timur Jakarta).
Rengasdengklok dipilih untuk mengamankan Soekarno-Hatta karena menurut perhitungan meliter, jauh dari jalan Raya Jakarta-Cirebon sehingga dapat dengan mudah mengawasi gerak-gerik tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok. Soekarno-Hatta berada seharian penuh di Rengasdengklok. Usaha para pemuda untuk menekan mereka berdua supaya segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang rupanya tidak terlaksana. Tampaknya kedua pemimpin ini mempunyai wibawa yang cukup besar sehigga para pemuda merasa segan untuk melaksanaan penekanan. Namun daslam pembicaraan Shodanco Singgih dengan Soekarno, ternyata beliau bersedia untuk Memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dengan segera sesudah kembali ke Jakarta. Berdasarkan pernyataan itu, Singgih pada tengah hari kembali ke Jakarta untuk menyampaikan rencana Proklamasi kepada kawan-kawannya dan para pemimpin muda yang ada di Jakarta.
Semantara itu di Jakarta, antara Ahmad Subardjo (Golongan tua) dan Wikana (golongan Pemuda) tercapai kata kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Harus di laksanakan di Jakarta. Laksana Tadashi Maeda juga telah bersedia menjaga keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari golongan pemuda mengantar Ahmad Subardjo bersama sekretaris pribadinya pergi menjemut Soekarno-Hatta. Rombongan tiba di Jakarta pukul 18.00 waktu zaman Jepang (17.30 wib). Sebelumnya di rengas dengklok, Ahmad subardjo memberi jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan akan di umumkan pada tangal 17 Agustus 1945 keesokan harinya selambat-lambatnya pukul 12.00 Wib. Dengan jaminan itulah Komandan Kompi PETA setempat Cudanco Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.[3]
2.      Perumusan Teks Proklamasi
Ketika tiba di Jakarta, rombongan menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda di jalan Imam Bonjol No. 1 (sekarang perpustakaan Nasioanal, Depdiknas), setelah Soekarno-Hatta singgah terlebih dahulu di rumah masing-masing. Dirumah Takashi Maeda, naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia disusun. Namun sebelum mulai pembicaraan pembuatan naskah teks Proklamasi, Soekarno-Hatta telah menemui Mayor Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan Miyoshi sebagai penejemah. Dalam pertemuan itu di capai kesepakatan antara Soekarno-Hatta dan Nishimura. Soekarno-Hatta akhirnya hanya berharap agar jepang tidak menghalangi Pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan yang akan dilakukan oleh rakyat Indonesia sendiri.
            Setelah pertemuan itu, Soekarno-Hatta kembali ke rumah Laksamana Tadashi Maeda, karena rumah itu di anggap paling aman dari ancaman pemerintah Melliter. Dirumah makan Laksamana Maeda itulah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dirumuskan, sedangkan Laksamana Tadashi Maeda sendiri menyingkir ke kamar tidurnya ketika "Peristiwa Bersejarah" itu berlansung. Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama tiga tokoh pemuda, yaitu Sukarni, sudiro, dan B.M Diah menyaksikan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Ahmad Subardjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekan Indonesia. Tokoh-Tokoh lainnya, baik itu dari golongan tua maupun golongan pemuda menunggu di serambi muka. Ir Soekarno menulis konsep proklamasi pada secerik kertas sedangkan Moh. Hatta dan Ahmad Subardjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Sebagai hasil pebicaraan mereka bertiga diperoleh teks Proklamasi tulisan tangan Ir. Soekarno.
            Menjelang subuh, Ir. Soekarno membuka pertemuan untuk membicarakan rumusan naskah Proklamasi yang masih berupa konsep. Ir. Soekarno menyarankan agar mereka bersama-sama menandatangi naskah Proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran itu di perkuat oleh Drs. Moh. Hatta dengan mengambil contoh pada naskah declaration of indenfenden Amerika serikat yang di tanda tangani oleh 13 utusan dari negara bagian. Usulan itu ditentang oleh golongan pemuda mengusulkan agar yang menandatangi naskah Proklamsi Kemerdekan Indonesia itu adalah Ir. Soekarno atas nama bangsa Indonesia. Usulan sukarni disetujui oleh hadirin. Kemudian Soekarno meminta kepada Sayuti Malik untuk mengetik Naskah itu berdasarkan naskah hasil tulisan tangannya dengan perubahan yang telah disetujui.
            Pertemuan yang menghasilkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia itu berlangsung pada tanggal 17 agustus 1945 dini hari. Selanjutnya timbul masalah bagaimana caranya naskah itu disebarluaskan keseluruh Indonesia. Sukarni mellaporkan bahwa lapangan ikada telah di persiapkan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengarkan pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ir. Soekarno menganggap lapangan ikada adalah lokasi yang bisa menimbulkan bentrokan antara rakyat dan pihak militer jepang akhirnya disepakati bahwa upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan didepan kediaman insinyur oekarno dijalan pegangsaan timur no. 56 jakarta pada hari jum'at tanggal 17 agustus 1945 pukul 10 wib, ditengah bulan suci ramadhan. [4]
3.      Makna Perumusan Teks Proklamasi
Keberhasilan penulisan teks proklamasi memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Teks proklamasi merupakan pernyataan untuk merdeka atau membebaskan diri dari segala bentuk ikatan penjajahan bangsa lain atas bangsa dan negara Indonesia.
Melalui pernyataan itu sejarah baru bagi bangsa Indonesia mulai dirintis. Pernyataan itu merupakan seluruh ungkapan kepahitan, kesengsaraan, dan penderitaan yang sebulumnya dialami bangsa Indonesia. Dengan pernyataan itu, bangsa Indonesia bebas dari segala bentuk penjajahan bangsa lain. Proklamasi adalah jabatan emas yang menghubungkandan mengantarkan bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat baru, kehidupan yang baru, tanpa tekanan, dan ikatan. Proklamasi adalah seruan yang bersifat legal dan resmi. Dengan prolamasi itu bangsa Indonesia dapat menentukan jalan hidupnya sendiri sesuai dengan harat dan martabat serta tradisi bangsa Indonesia.
Perumusa teks proklamasi itu telah mencerminkan kemandirian bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita bangsa yang bebas dan merdeka. Oleh karna itu, teks proklamasi memiliki makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, apalagi hal itu telah berhasil mengantarkan bangsa Indonesia kepintu gerbang masyarakat Indonesia yang adil dan beradab.[5]
     Notes :
[1] Sejarah Indonesia VI, marwati djoened (hal 90)
[2] Sejarah Indonesia VI, Marwati Djoened (hal 90)
[3] Sejarah Indonesia VI, Marwati Djoened (hal 91)
[4] Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 2, I Wayan Badrika (hal 234)
[5] Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 2, I Wayan Badrika (hal 235)
Daftar Pustaka
Marwati, Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. (1993). Sejarah Nasional VI.  Jakarta: Balai Pustaka
Badrika, I Wayan. (2003). Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 2. Jakarta: Erlangga

No comments:

Post a Comment