HASIL DAN PENGARUH KONGRES PEMUDA I


Mestika Sari /B/ S IV

Persiapan Kongres Pemuda Pertama terjadi pada tanggal 15 November 1925. Bertempat di gedung Lux Orientis, Jakarta, saat itu hadir lima organisasi pemuda dan beberapa peserta perorangan. Organisasi itu antara lain Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Pelajar Minahasa, dan Sekar Roekoen. Tabrani mewakili Jong Java. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan membentuk panitia Kongres Pemuda Indonesia Pertama. Tujuannya adalah menggugah semangat kerja sama di antara bermacam-macam organisasi pemuda di Tanah Air agar dapat diwujudkan dasar pokok lahirnya persatuan Indonesia di tengah-tengah bangsa di dunia.
Adanya ide yang muncul untuk membuat suatu organisasi yang menyatukan berbagai organisasi yang masih berbau kedaerahan adalah ide dari para pendiri PNI yaitu Mr. Sartono dan Sunario. Mereka juga pada saat itu mempunyai hubungan dekat dengan Perhimpunan Indonesia, Sejak itulah muncul ide untuk dapat menggabungkan berbagai organisasi kepemudaan ini dikarenakan memiliki tujuan dan cita-cita yang sama. Penggabungan organisasi ini terasa semakin perlu dilakukan oleh para pelajar Indonesia saat itu, karena kaum pemuda saat itu merasa bahwa banyak organisasi lain yang masih bersifat kedaerahan.
Pemuda Indonesia dan PPPKI adalah 2 organisasi pemuda yang sangat aktif untuk mencapai cita-cita persatuan di kalangan pemuda. Mereka pulalah yang memelopori diselenggarakannya Kongres Pemuda I dan II sehingga melahirkan Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda I diselenggarakan tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta dan dihadiri oleh wakil-wakil dari Jong Java, JIB, JSB, Jong Ambon, Sekar Rukun, Studerende Minahassers, Jong Batak, dan Pemuda Theosofie. Dalam kongres ini dapat ditekankan pentingnya persatuan dan kesatuan para pemuda, dalam suatu wadah tunggal untuk mencapai Indonesia merdeka. Tokoh-tokoh pemuda yang berpidato dalam kongres ini yaitu: Sumarto, M. Tabrani (ketua panitia), Muh. Yamin, Bahder Johan, dan Pinontoan. Kongres Pemuda I itu telah menerima dan mengakui cita-cita persatuan Indonesia tetapi gagal membentuk badan sentral. Sebab masih terdapat perbedaan pendapat dan kesalahpahaman di antara sesama anggota.
Panitia kongres terdiri atas sepuluh orang, di antaranya Bahder Djohan, Sumarto, Jan Toule Soulehuwij, Paul Pinontoan, dan Tabrani. Dari sini lantas dibentuk panitia inti, yakni :
ketua              : Tabrani,
         wakil ketua     : Sumarto,
         sekretaris        : Djamaludin (Adinegoro), dan
        bendahara        : Suwarso.[1]

            Sebenarnya dalam Kongres Pemuda I tersebut, para peserta dan pemimpin kongres telah menunjukkan usaha keras untuk mencapai suatu cita-cita persatuan. Namun, mengingat baru permana kali kongres pemuda dilaksanakan, untuk mencapai cita-cita yang dikehendaki masih mengalami kesulitan. Fanatisme terhadap adat masih terasa kuat dan berpengaruh besar dalam setiap pembicaraan. Pemimpin kongres yaitu Moh. Tabrani pandai didalam menjaga jangan sampai terjadi perpecahan, karena setiap pembicaraan yang menjurus kearah perbedaan adat dan pandangan, segera diambil jalan tengah untuk dinetralisasi.
Tujuan kongres ialah mencari jalan membina perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu membentuk sebuah badan sentral dengan maksud :
a)      Memajukan paham persatuan dan kebangsaan.
b)      Menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan-perkumpulan pemuda kebangsaan (No. 26 hlm 17).
   
    Oleh karena itu, dalam kongres banyak pidato yang berjudul Indonesia Bersatu. Para pemuda diharapkan memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh untuk mengatasi kepentingan golongan, agama dan daerah. Juga secara jelas diuraikan tentang sejarah perjuangan indonesia, dan ditekankan masalah-masalah yang perlu mendapat perhatian pemuda untuk diresapkan dan dihayati dalam rangka mencapai cita-cita indonesia merdeka.
Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda pertama, yaitu antara lain sebagai berikut.
a)      Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia (walaupun dalam hal persatuan ini masih tampak samar-samar).
b)      Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot, dan lain-lain. [2]

Jadi peserta memang menyadari pada saat itu masih sulit untuk membentuk kedaulatan tekat dalam perjuangan mencapai cita-cita nasional. Dalam Kongres Pemuda I, belum banyak orang-orang bekas anggota Perhimpunan Indonesia yang ikut membantu pembicaraan sejak persiapan maupun dalam persidangan, sehingga boleh dikatakan Kongres Pemuda I tidak berhasil sesuai yang diharapkan. [3]
Kongres Pertama untuk mencapai persatuan pemuda Indonesia ialah Kongres Pemuda Indonesia I yang diadakan tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di kota Jakarta. Kongres tersebut dilantik oleh Jong Indonesia Kongres Komite dibawah pimpinan Tabrani. Komite ini dibentuk sehabis konferensi antara Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, pelajar-pelajar minahasa, Sekar Rukun dan lain-lain pada tanggal 15 November 1925, yang terdiri dari Bahder Dhojan, Sumarto, Jan Toule, Soulehuwij, Paul Pinontoan. Tujuan Kongres ialah menanam semangat kerja sama antara perkumpulan pemuda di Indonesia dalam arti yang lebih luas. Pada kongres dimajukan usul oleh PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang didirikan tahun 1926 di Jakarta) untuk menggabungkan segala perkumpulan pemuda dalam satu badan perhimpunan massa muda Indonesia.
Tetapi usaha ini tidak dapat dilaksanakan karena rasa kedaerahan yang masih kuat. Sehabis kongres, diadakan suatu konferensi pada tanggal 15 Agustus 1926 oleh Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, Ambonsche Studeererden, Minahasassische Studeereden dan Kongres Komite. Diusulkan untuk mendirikan badan permanen untuk keperluan Persatuan Indonesia. Usul diterima terkecuali oleh Jong Islamieten Bond.[4]
            Selanjutnya pada tanggal 31 Agustus 1926 disahkanlah anggaran dasar perhimpunan baru yang bernama Jong Indonesia, dengan tujuan menanamkan dan mewujudkan cita-cita persatuan seluruh Indonesia, dengan dasar nasionalisme menujuh kearah terbentuknya Indonesia Raya. Perhimpunan ini terlepas dari semua perkumpulan pemuda Indonesia, bersifat permanen dan diurus oleh satu komite atau dewan.
Usaha perhimpunan baru tidak dapat berbuat seperti yang diharapkan. Pada awal tahun 1927 oleh Algemene Studie Club di kota Bandung didirikan perkumpulan pemuda yang juga dinamakan Jong Indonesia, kelak diganti dengan nama Pemuda Indonesia. Tujuan perkumpulan ini tidak banyak bedanya dengan Jong Indonesia, hanya susunannya berlainan. Tidak berpolitik namun anggota-anggota secara perseorangan boleh. Ditetapkan pula bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa resi. Pemuda Indonesia bukan badan pusat semua persatuan perkumpulan pemuda. [5]
Notes:
[1] http://id.wikipedia./kongres pemuda
[2] Drs. Sudiyo (2004). Perhimpunan Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta, hal 124
[3] Drs. Sudiyo (2004). Perhimpunan Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta, hal 133
[4] Yusmar Basri (1976). Jaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hal 192
[5] Marwati Djokned Poerponegoro (1993). Sejarah Indonesia IV.
 Balai Putaka, Jakarta, hal 429
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia./kongres pemuda
Drs. Sudiyo (2004). Perhimpunan Indonesia. Rineka Cipta/ Bina adiaksara, Jakarta
Yusman Basri (19760. Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Marwati Djokned Poerponegoro, Nugroho Notosusanto. Sejarah Indonesia IV, Balai Pustaka. Jakarta

No comments:

Post a Comment