Peristiwa Rengasdengklok

Nur Muhammad Hazani 

 

            Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Negara Republik Indonesia, yang merupakan peristiwa yang mempercepat Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka seutuhnya.  Peristiwa Rengasdengklok juga merupakan suatu peristiwa  penculikan terhadap Ir. Soekarno bersama dengan Drs. Moh. Hatta yang dilakukan oleh golongan muda pada satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan secara langsung oleh Ir. Soekarno tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945. Ir. Soekarno dan Moh. Hatta diculik oleh golongan muda dan kemudian di bawa ke salah satu wilayah kecil di provinsi Jawa Barat yaitu kota Rengasdengklok. Karena itulah maka dikenal kejadian itu dengan nama peristiwa Rengasdengklok. Itulah yang diketahui kebanyakan orang tentang peristiwa Rengasdengklok tanpa tahu dengan rinci apa-apa saja penyebab peristiwa itu dan bagaimana kondisi kota Rengasdengklok sebelum peristiwa itu terjadi.[1]

            Pada zaman penjajahan Belanda , daerah ini merupakan wilayah yang terdiri dari Kecamatan Rengasdengklok, Pedes, dan Kecamatan Batujaya. Pusat dari kota Kecamatan Rengasdengklok di Desa Rengasdengklok. Rengasdengklok memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai wilayah ibu kota, ibu kota kecamatan, dan sebagai pusat desa. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk di dalam suatu perencanaan pada tahun 1950-an, pusat kota Rengasdengklok dijadikan sebagai pusat pemerintaan, perdagangan, dan pusat kegiatan ekonomi. Sedangkan pada pusat pendidikannya serta pelayanan Kesehatan dipindahkan ke kampung Bojong. Maka sejak saat itu  bangunan Poliklinik dan bangunan sekolah rakyat yang terletak di depan pandopo dipindahkan ke lokasi yang baru. Maka, poliklinik Rengasdengklok sudah diganti Namanya menjadi  Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Bangunan Sekolah Rakyat yang dipindahkan kini menjadi Sekolah Dasar Negeri (SDN) I dan SDN II Desa Rengasdengklok.[2]

Karena kekalahan Jepang tersebut, Jepang terpaksa mengkosongan kekuasaannya membuat Jepang memberi janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Komando tentara Jepang dari wilayah Selatan, pada bulan Juli 1945 menyepakati dan memberikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 9 September 1945. Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi juga mensepakati dalam pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas meneruskan pekerjaan yang telah di lakukan oleh BPUPKI yang ketuanya Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Panitia Persiapan atau PPKI memiliki anggota berjumlah 21 orang dan semua anggotanya adalah orang Indonesia dari berbagai daerah.

Jenderal Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 memanggil Soekarno, Moh. Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat untuk datang ke Dalat, Saigon. Saigon meupakan salah satu pusat dari tentara Jepang. Pada 12 Agustus 1945 Jenderal Terauchi memberi selamat kepada Soekarno dan Moh. Hatta sebagai ketua dan wakil dari PPKI. Kemudian Terauchi menegaskan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, lalu pada 14 Agustus 1945 Soekarno, Moh. Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat pulang Kembali ke Jakarta.  Mendekati tanggal 15 Agustus 1945 yang merupakan hari yang menegangkan bagi bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Bagi bangsa Jepang, tanggal tersebut adalah sebuah titik akhir nyali mereka dalam melanjutkan Perang Dunia Ke II. Mereka menyerah kepada Sekutu  walaupun itu adalah pilihan yang pahit dan harus tetap dilakukan. Bagi bangsa Indonesia tanggal itu justru  menjadi kesempatan yang di tunggu-tunggu untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Inilah yang menjadi suatu pemikiran utama oleh golongan muda kaum  pergerakan Indonesia. Mereka berpikir  dengan menyerahnya  Jepang kepada sekutu, yang artinya kekuasaan Jepang di Indonesia sedang kosong yang mana mempercepat proklamasi adalah suatu pilihan yang paling tepat.

Para pejuang terutama golongan muda yang melakukan Gerakan “bawah tanah” segera  mengetahui berita menyerahnya Jepang. Para golongan muda  mendesak para tokoh golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sutan Syahrir yang termasuk golongan muda sudah mengetahui berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu melalui siaran radio. Oleh sebab itu, ia bergegas menemui Moh. Hatta di rumahnya. Syahrir mendesak agar Soekarno dan Moh. Hatta segera memerdekaan Indonesia namun, ternyata Soekarno dan Moh. Hatta belum bersedia, karena mereka ingin mengkonfirmasi lebih dulu mengenai kebenaran berita tersebut.

Soekarno dan Moh. Hatta menolak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena tokoh-tokoh yang demokratis mengetahui hak dan kewajiban sebagai pemimpin, kedua golongan tua itu berpendapat bahwa untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, perlu dibicarakan dengan PPKI terlebih dahulu agar tidak melanggar  ketentuan yang ada.

Hari rabu tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, golongan muda  yang dipimpin oleh Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Soekarno di Penggasaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana dan Darwis mendesak Soekarno untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para Golongan muda menginginkan agar proklamasi tetap dilakukan paling lama tanggal 16 Agustus 1945. Soekarno marah, sambil menunjuk lehernya ia berkata “ ini goroklah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI, karena itu akan saya tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok”.

Para golongan muda gagal mendesak Soekarno dan golongan tua lainnya untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan. Pada malam itu golongan muda sekitar pukul 24.00 WIB tanggal 15 Agustus melakukan pertemuan di Jl Cikini 71 Jakarta.  Para golongan muda yang hadir, yaitu Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih. Mereka menyepakati untuk membawa Soekarno dan Moh. Hatta keluar kota. Tujuannya Agar mereka  jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda juga meyepakati untuk menunjuk Shodanco Singgi untuk memimpin dalam  pelaksanaan rencana tersebut.

            Untuk menjalankan tugas, Singgih memperoleh bantuan beberapa perlengkapan dari markas Peta di jaga monyet. Saat itu yang  melaksanakan piket di markas Peta adalah Latif Hendraningrat. Singgih disertai supirnya, sampun dan penembak mahir Sutrisno bersama Sukarni, Wikana dan dr. Muwardi menuju ke rumah Moh. Hatta. Singgih secara singkat meminta kesedian Moh. Hatta untuk pergi keluar kota saat itu juga. Moh. Hatta menuruti kehendak golongan muda itu. Lalu para golongan muda kemudian menuju ke rumah Soekarno. Setelah tiba di rumah Soekarno, Singgih meminta agar Soekarno ikut pergi keluar kota. Soekarno mengiyakan ajakan itu asalkan Fatmawati, Guntur (yang pada saat itu berusia sekitar delapan bulan) dan Moh. Hatta juga ikut serta.  Pada tanggal 16 Agustus sekitar pukul 04.00 WIB  pagi para rombongan Soekarn, Moh. Hatta, dan para golongan muda menuju ke Rengasdengklok.

            Wilayah Rengasdengklok dipilih karena wilayah itu sangat terpencil yang berjarak 15 km dari Kedunggede, Karawang. Selain itu juga, karena Soekarno memiliki hubungan baik dengan Daidan Peta Purwakarta dan Daidan Jakarta, sehingga  keamanan daerah tersebut terjamin. Pada pagi harinya rombongan Soekarno sampai di Rengasdengklok. Kedatangan mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Para rombongan Soekarno ditempatkan di rumah Kie Song yang bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia. Setelah sehari di Rengasdengklok, gagal untuk membuat Soekarno menyatakan kemerdekaan Indonesia tanpa ikut campur dari pihak Jepang. Namun, ada perilaku yang dilihat oleh Singgih bahwa Soekarno akan bersedia menyatakan kemerdekaan Indonesia kalau sudah Kembali ke Jakarta. Dilihat dari tanda-tanda bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena itu pada pukul 10.00 WIB bendera Merah Putih dikibarkan dihalaman wilayah Rengasdengklok.

            Wilayah Jakarta sedang dalam keadaan tegang karena pada tanggal 16 Agustus 1945 seharusnya dilakukan pertemuan dengan PPKI, akan tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak berada ditempat. Ahmad Subarjo bergegas mencari Soekarno dan Moh. Hatta. Akhirnya  setelah sepakat dengan Wikana, Ahmad Subarjo  diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Setelah Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pada pukul 17.30 WIB untuk menjemput Soekarno dan rombongan. Golongan muda curiga dengan maksud kedatangan Ahmad Subarjo, dan akhirnya Ahmad Subarjo memberikan jaminan yaitu apabila besok (pada tanggal 17 Agustus 1945) paling lambat pukul 12.00 WIB belum ada proklamasi kemerdekaan Indonesia, taruhannya nyawa Ahmad Subarjo. Melalui jaminan itu maka Shodanco Subeno mewakili para golongan muda agar mengizinkan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan Kembali ke Jakarta. Pada sore itu juga Soekarno dan rombongan Kembali ke Jakarta. Dengan demikian berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.[3]

 

 Kesimpulan

Peristiwa Rengasdengklok  merupakan salah satu periatiwa penting dalam sejarah republik Indonesia, yang merupakan suatu peristiwa untuk mempercepat kemerdekaan  Indonesia agar menjadi negara yang merdeka seutuhnya. Peristiwa Rengasdengklok juga merupakan suatu peristiwa penculikan terhadap Ir. Soekarno bersama Drs. Moh. Hatta yang dilakukan oleh golongan muda pada satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan secara langsung oleh Ir. Soekarno tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945.

Tujuan dari peristiwa Rengasdengklok ini adalah agar mencegah terpengaruhnya Soekarno dan Moh. Hatta terhadap pengaruh Jepang dan sekaligus  untuk mendesak Soekarno dan Moh. Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia saat itu juga tanpa ikut campur dari pihak jepang. Penyebab terjadinya peristiwa Rengasdengklok yaitu dengan adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus  1945, para pemuda membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Alasan dipilihnya Rengasdengklok karena wilayah sebelah utara Karawang Jawa Barat itu letaknya sudah jauh dari Jakarta sehingga diganggu oleh pihak Jepang. Karawang Jawa Barat juga merupakan wilayah yang pertama kali terbebas dari kekuasaan Jepang, yang telah di duduki para anggota Peta yang di pimpin oleh Shodanco Subeno yang mana dari segi keamanannya sudah terjamin.

 


[1] Bitar. Makalah Peristiwa Rengasdengklok Lengkap Hingga Proklamasi kemerdekaan, 1 Desember 2020,  https://www.gurupendidikan.co.id/peristiwa-rengasdengklok/. Diakses 5 Desember 2020.

[2] Suganda, Her. RENGASDENGKLOK Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta. 2009. Hal. 3,10.

[3] Purnawan, Basundoro, Baha Uddin. Sejarah Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 2014. Hal.  73-77.

 

Daftar Pustaka

Basundoro, Purnawan, dan Baha Uddin. 2014. Sejarah Indonesia.  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Bitar. Makalah Peristiwa Rengasdengklok Lengkap Hingga Proklamasi kemerdekaan, 1 Desember 2020,  https://www.gurupendidikan.co.id/peristiwa-rengasdengklok/. Diakses 5 Desember 2020.

Suganda, Her. 2009.  RENGASDENGKLOK Revolusi dan Peristiwa tanggal 16 Agustus. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.

 

No comments:

Post a Comment