Penemuan Benua Australia

Lidya Veronika


Sampai kini, suku asli (native) Australia kerap disebut Aborigin Hal ini bisa ditelisik dari hubungan Aborigin dengan orang-orang dari Nusantara. [1]

Sebutan ini berasal dari orang-orang Barat (khususnya Inggris) Pada abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu. Mereka berasal dari Asia Tenggara, bersatu dengan pulau Irian Suku Aborigin adalah suku Pribumi Australia.

Lokasi Suku Aborigin tinggal dan memelihara tanah air Australia selama hampir 60.000 tahun.[2] Dan Suku asli Asutralia hidup dan berinteraksi secara berkelompok di mana masing-masing kelompok memiliki pemimpinnya sendiri Penduduk asli Australia memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda sehingga Elkin mengelompokkan mereka dalam suatau kelompok khusus bernama “Australoid”.

Hal ini bisa ditelisik dari hubungan Aborigin dengan orang-orang dari Nusantara Suku Aborigin adalah

suku Pribumi Bahasa pesisir berbeda dengan Aborigin pedalaman asli Australia saat itu sudah sedikit beragam. Meski di wilayah pedalaman lebih maju. Hal ini ditandai dengan adanya kontak dagang dengan orangorang dari luar pulau. Namun bagaimanapun, sistem ekonomi orang-orang pencahariannya tidak semata-mata mengandalkan aktifitas berburu dan perdagangan (barter).

Ada tiga tokoh agama yang dengan tegas menolak teori bumi berbentuk bulat. Ketiga tokoh itu adalah Lactantius, Santa Augustinus dari Hippo, dan Cosmas Indicopleustes dengan anggapan bahwa bumi berbentuk rata, maka mereka menolak anggapan bumi berbentuk bulat. Dengan alasan tidak mungkin ada orang berjalan dengan kaki lebih tinggi dari kepalanya (terbalik) dan pepohonan tumbuhnya ke bawah.

Untuk mengetahui secara pasti telah dibuat peta tentang Terra Australia Incognito yang kemudian disebut Australia dapat dilihat pada penjelasan sebagai berikut:

  1. Peta pertama dibuat oleh Robert Thorn tahun 1527, keberadaan benua Australia belum tergambar.
  2. Peta kedua diterbitkan di Paris pada tahun 1587, disini keberadaan benua Austrlia juga belum tergambar, masih merupakan lautan terbuka yang kosong.
  3. Peta ketiga diterbitkan di Amsterdam tahun 1594, pada peta ini sudah digambarkan suatu daratan yang luas dan diberi nama Terra Australia. 
  4. Peta yang keempat dibuat oleh Hondius orang belanda yang tinggal di London tahun 1595 sudah tergambar Terra Australia.[3]

Meskipun pada ketiga dan keempat sudah tergambar dalam peta tersebut namun orang-orang eropa belum mengetahui sedikitpun tentang eksistensi benua Australia itu. Bersamaan dengan beredarnya peta-peta tentang benua Australia, di Konstantinopel sebagai kota pusat perniagaan bangsa-bangsa Eropa telah jatuh ke tangan bangsa Turki Usmani. Dengan dikuasainya Konstantinopel oleh bangsa Turki Usmani menyebabkan jalannya kegiatan perdagangan bangsa-bangsa Eropa terganggu, sebab barang-barang dagangan seperti emas, rempah-rempah dan lain-lain yang dibutuhkan bangsa-bangsa Barat dikuasai dan diatur oleh para pedagang muslim.

Peranan Orang-0rang Portugis dan Spanyol, Pelayaran pertama dipimpin oleh Bartolomeus Diaz pada tahun 1486, telah berhasil menemukan Tanjung Pengharapan Baik. Untuk mengenang atas keberhasilan serta keberaniannya kemudia diberi nama Tanjung Pengharapan Keberhasilan Bartolomeus Diaz ini kiranya dapat membangkitkan semangat pelaut portugis lainnya, sehingga pada tahun 1498 pelayaran yang dipimpin oleh Vasco da Gama menemukan India. Mereka berusaha memperoleh monopoli perniagaan rempah-rempah dari pedagang. Jika dilihat dari posisi Australia sungguh pun orang-orang Portugis dalam melakukan route pelayaran tidak menemukan Terra Australia Incognito, namun dianggap sangat penting karena dari route pelayaran yang dilakukan orang-orang Portugis tersebut dapat merupakan petunjuk jalan terbukanya jalur laut dalam rangka penemuan benua Australia. Keberhasilan pelayaran Columbus ini menarik perhatian generasi Spanyol yang lain. Pada tahun 1519 Magelhaens dengan lima buah kapal beserta perlengkapannya berlayar melalui ujung Amerika Selatan dan terus mengarungi Samudera Pasifik mendarat di Philipina tahun 1521 Pelayaran yang dilakukan oleh Magelhaens tersebut merupakan bukti dari kebenaran hipotesis tentang pendapat bahwa bumi adalah bulat. Dari kenyataan tersebut memang bukan orang-orang Portugis dan Spanyol yang bisa menemukan benua Australia namun mereka sekedar peletak dasar bagi usaha penemuan benua Australia.

Pelayaran Pedagang Belanda, Ketika Spanyol dapat menguasai Portugis dan sengaja menutup pelabuhan Lisbon bagi para pedagang belanda, timbulah semangat dan tekad untuk menemukan pusat rempah-rempah yang mereka butuhkan. Pada tahun 1595 beberapa kapal belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman berlayar menuju pusat penghasil rempah-rempah dan pada tahun 1596 tiba di pelabuhan Banten Jawa dan telah menduduki Maluku.[4]

Keberhasilan Cornelis de Houtman yang telah melewati Selat Sunda, merupakan langkah maju untuk mendapatkan daratan Australia. Setelah Belanda berkedudukan di Indonesia khususnya di Pulau Jawa dan Maluku maka mulailah usaha-usaha dilakukan dengan mengadakan eksplorasi untuk dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Mereka segera berusaha untuk mencari daratan selatan dalam rangka mencari keuntungan yang lebih besar lagi. Mereka melakukan penyeledikan, pemetaan, mempublikasikan, lalu diantara beberapa penemuan dihubungkan sehingga hasilnya merupakan garis besar pantai utara dan barat benua Australia. Pada tanggal 29 September 1622, dua kapal yang diberi nama Harring dan Hezewind bertolak dari Batavia atas perintah Jan Pieterzoon Coen untuk mencari Terra Australia Incognito

Tugas tersebut memang sangar berat sebab selama dalam perjalanan menuju tempat tujuan harus menghadapi rintangan yang datang dari para pedagang Muslim, Portugis dan Inggris sehingga tidak membuahkan hasil. Pada tahun 1623 kembali melakukan ekspedisi dengan dua kapal yaitu Pera dan Arnhem dengan membawa misi untuk membuktikan kebenaran laporan Willem Jansz tentang Cape York yang merupakan bagian dari New Guinea yang kaya akan tambang emas. Setelah melukan pelayaran selama tiga bulan, komandan kapal Pera yaitu Jansz Cartenz pulang, tetapi kapal Arnhem terbawa angin topan dan terdampar di Arnhem-land, kesan mereka bahwa daerah yang dikunjungi tersebut gersang. Alhasil ekspedisi ini pun juga tidak membawa hasil seperti yang diharapkan Sehubungan dengan tidak berhasilnya dua ekspedisi tersebut,

Maka Dewan di Batavia menunjuk Abel Janson Tasman seorang pelaut yang cakap sebagai pelaksana. Dengan kapal Heemkerck dan Zaehaen, Abel Janson Tasman berangkat dari Batavia pada tanggal 14 Agustus 1642 dengan seorang pelaut berpengalaman bernama Franz Fischer. Namun Abel Janson Tasman tidak mengeksplorasi daerah tersebut, sehingga ia tidak tahu apakah daerah tersebut merupakan bagian Terra Australia Incognito yang telah diketahui mereka meninggalkan daerah tersebut dan meneruskan pelayarannya. Kemudian pada tanggal 13 Desember 1642 menemukan pantai barat Kepualuan New Zaeland. Abel Janson Tasman beserta anak buahnya singgah didaerah tersebut dan mereka berjumpa dengan penduduk asli.

Abel Jason Tasman adalah satu-satunya bangsa kulit putih pertama yang menjumpai orang-orang suku Maori penduduk asli di New Zaeland. Di pulau tersebut Abel Jason Tasman mendapat perlawan sehingga ia tidak sempat mengadakan penyelidikan sehingga ia meneruskan pelayarannya mengarungi Samudera Pasifik. Kemudian setelah sepuluh bulan berlayar mereka tiba di Batavian Abel Jason Tasman dan tokoh lainnya telah memberikan sumbangan yang berharga bagi ilmu pengetahuan. Peta-peta yang dibuat Tasman telah menemukan daratan Australia yang meliputi seluruh pantai utara, barat, selatan dan sebagian Van Diemen’s Land.[5]

Penemuan Benua Australia, Pada tahun 1769 para ahli astronomi Inggris memprediksikan bahwa akan terjadi suatu peristiwa yang sangat penting yaitu Transit of Venus. Sehubungan dengan akan terjadinya Transit of Venus tersebut pemerintah inggris menunjuk James Cook seorang pelaut ulung dan ahli dibidang astronomi untuk mencari Australia dan menyasikan Transit of Venus

Pada tanggal 26 Agustus 1768 James Cook bersama Joseph Banks dengan kapal Endeavour bertolak dari Playmouth menuju Brazilia dan mengelilingi Amerika Selatan, Tanjung Horn dan berlayar menuju Tahiti. Tanggal 12 April 1769 James beserta rombongan singgah di Tahiti. Disana Cook dapat menyaksikan terjadinya Transit of Venus. Setelah tugas pertama selesai, Cook lalu melanjutkan pelayarannya untuk memenuhi tugas kedua yaitu mencari daratan selatan. Dalam pelayarannya Cook pada bulan Oktober 1769 berhasil mencapai New Zaeland. Disana Cook melakukan penyelidikan terhadap penduduk asli. Setelah melakukan penyelidikan, Cook lalu berlayar mengelilingi North Island dan South Island selama enam bulan dan ia berhasil menyakinkan dirinya bahwa New Zaeland bukanlah bagian dari daratan luas sebagaimana diduga sebelumnya. Dari New Zaeland Cook berkeinginan untuk menyelidiki Van Diemen’s Land. Dalam perjalanan untuk penyelidikan Cook mendapat rintangan ombak yang besar dan ia gagal menuju Van Diemen’s Land. Akibat adanya ombak tersebut Cook justru sampai di pantai sebelah timur benua Australia. Cook beserta rombongan lalu mendarat di sebuah teluk yang diberi nama Stingray Harbour yang kemudian hari diganti nama menjadi Botany Bay. Dari Botany Bay

Cook melanjutkan pelayarannya menyusuri pantai timur Australia melewati Semenanjung York. Di Semenanjung York, Cook menancapkan bendera Inggris dan mengklaim daerah tersebut menjadi milik Inggris. Cook menyatakan bahwa antara New Guinea dengan Cape York itu terpisah. Selanjutnya Cook atas nama George III dari inggris menyatakan seluruh pantai dari garis 380 lintang selatan pulau Possession yang memisahkan Cape York dengan New Guinea, Cook berpendapat bahwa penduduk asli bermacam-macam dengan peradaban yang masih relatif rendah, hidupnya dengan berburu dan masih suka berkelahi. Sebenarnya mereka kekayaan alam yang berlimpah tetapi belum tahu cara memanfaatkannya. Akhirnya Cook berhasil selamat kembali Inggris pada tanggal 13 Juli 1771 dan mendarat di Downs dengan kapal yang sudah setengah rusak. Maksud dari pelayaran ulang Cook ini adalah untuk mengadakan survey dan mencari jalan mengelilingi Amerika Utara dari Pasifik menuju Altantik. Tetapi malang ketika beliau singgah di Hawai yang sekarang dipakai sebagai pangkalan kekuatan militer Amerka Serikatm, terjadi perselisihan dengan penduduk asli dan ia meninggal dibunuh pada tanggal 14 Februari.

 

Kesimpulan 

Pada hakikatnya James Cook tidak menemukan benua Australia, bangsa Belanda lah yang pantas untuk menerima kehormatan tentang penemuan benua Australia tersebut. Akan tetapi penemuan James Cook lah yang dapat membuka jalan untuk menjawab teka-teki yang telah dibuka oleh orang-orang Belanda. Perumusan Cook ini dipandang sangat berarti bagi pemerintah Inggris, sehingga dapat mendorong pemerintah Inggris untuk melakukan kolonisasinya di Australia. James Cook telah menuntaskan penjelajahan yang sukses ke pasifik selatan pada 1771 ia telah Kembali pada tahun berikutnya untuk mencari benua selatan dengan menggunakan selandia baru yang sudah dikenal sebagai poros cook melakukan dua perjalanan atau pelayaran menuju perairan pasifik  jurnal-jurnal yang ditulis Cook berisi catatan-catatan penuh warna dan menarik yang menunjukkan ambisi seorang pria dalam penjelajahan dunia dan menjalani persahabatan dengan orang-orang yang menarik.

 


[1] Dadan Adi Kurniawan. Kondisi Australia Prakolonial Sebelum Kedatangan Bangsa Inggris jurnal Candi Vol. 20,  No. 1/Tahun XI/ Maret 2020.  Hal.  48

[2] Kerangka Amborigin  Tugas Anthopologi https://pdfslide.net/documents/kerangka-aborigin-tugas-anthopologi.html Diakses 11 Desember 2020

[4] Siboro, J. Sejarah Australia. Bandung. 1989. Hal. 17 

[5] Philip Kitley. Australia dimata Indonesia. Jakarta. 1989. Hal. 79

  

DAFTAR PUSTAKA 

Anggar Kaswati. Peranan Orang Portugis Dan Spanyol Dan Pengaruhnya. Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 18, No. 2, Oktober 2019.

Dadan Adi Kurniawan. Kondisi Australia Prakolonial. Jurnal Candi Vol 20. No. 1, Tahun Xi/ Maret 2020.

''Kerangka Amborigin Tugas Athopologi'' https://pdfslide.net/documents/kerangka-aborigin-tugas-anthopologi.html Diakses 11 Desember 2020.

 Kitley, P. (1989). Australia dimata Indonesia. Jakarta.

Siboro, J. (1989). Sejarah Australia. Bandung.

 

No comments:

Post a Comment