PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERIALISME TERHADAP PERKEMBANGAN BANGSA-BANGSA ASIA SELATAN


Ida Nurjannah/PIS/B

1.      Awal Mula Munculnya Imperialisme dan Kolonialisme oleh Bangsa Barat
            Sistem koloni sudah muncul pada zaman yunani kuno. Dalam sejarah perkembangan koloni, politik kolonial modern sudah muncul sejak abad ke-16. Kolonisator pertama adalah orang-orang portugis, selnjutnya muncul bangsa inggris, prancis, dan belanda yang menguasai sebagian amerika utara, hindia barat, hindia muka(asia  selatan), dan hindia timur(hindia belanda). Abad ke-19 merupakan puncak perkembangan kolonialisme. Hampir semua            Benua Afrika dikuasai bangsa eropa sementara itu, dalam sejarah imperialisme muncul di inggris pada masa berkembangnya industri modern. Ketika Benyamin Disraeli, menjabt sebagai Perdana Mentri Inggris ia bercita-cita mewujudkan suatu imperium Inggris yang meliputi seluruh dunia namun ditentang keras oleh golongan oposisi yang disebut kaum oposan.

2.      Pengertian Imperialisme
            Istilah imperialisme diperkenalkan di Perancis pada tahun 1830-an, imperium Napoleon Bonaparte. Pada tahun 1830-an, istilah ini diperkenalkan oleh  penulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan  oleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris menganggap merekalah yang paling berkuasa (Greater Britain) karena mereka telah banyak menguasai dan menjajah  di wilayah Asia dan Afrika. Mereka menganggap bahwa penjajahan bertujuan untuk membangun masyarakat yang dijajah yang dinilai masih terbelakang dan untuk kebaikan dunia. Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik negara-negara kaya dan berkuasa, mengawal dan menguasai negara-negara lain yang dianggap terbelakang dan miskin dengan tujuan mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara tersebut untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya.
            Dasar imperialisme awalnya bertujuan untuk menyebarkan ide-ide dan kebudadayaan Barat ke seluruh dunia. Oleh karena itulah, imperialisme bukan hanya dilihat sebagai penindasan terhadap tanah jajahan tetapi sengs baliknya dapat menjadi faktor pendorong pembaharuan-pembaharuan yang dapat menyumbang kearah pembinaan sebuah bangsa seperti pendidikan, kesehatan, perundang-undangan dan sistem pemerintahan.
            Sarjana Barat membagi imperialisme dalam dua kategori yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah negara-negara yang berhasil menaklukan atau menguasai negara-negara lain, atau yang mempunyai suatu imperium seperti imperium Romawi, Turki Usmani, dan Ciina, termasuk Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris dan Perancis yang memperoleh jajahan di Asia, Amerika dan Afrika sebelum 1870, tujuan imperialisme kuno adalah selain faktor ekonomi (gold) juga termasuk didalamnya tercakup faktor agama (God) dan  kajayaan (glory). Sedangkan Imperialisme modern  bermula setelah  Revolusi Industri di Inggris tahun 1870-an. Hal yang menjadi faktor pendorongnya adalah adanya kelebihan modal dan Barang di negara-negara Barat. Selepas tahun 1870-an , negaranegara Eropa berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah Asia, Amerika dan Afrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah penyuplai bahan baku dan  juga sebagai daerah pemasaran hasil industri mereka. Dasar Imperialisme ini dilaksanakan demi agama, mereka menganggap bahwa menjadi tugas suci agama untuk menyelamatkan manusia dari segala macam penindasan dan ketidakadilan terutama di negara-negara yang dianggap terbelakang seperti para misionaris Kristen yang menganggap misi penyelamat ini sebagai  The White Man Burden Diantara faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya imperialisme adalah faktor  dan ekonomi
3.      Pengertian Kolonialisme
            Koloni merupakan negeri, tanah jajahan yang dikuasai oleh sebuah kekuasaan asing. Koloni adalah satu kawasan diluar wilayah negara asal atau induk. Tujuan utama kolonialisme adalah  kepentingan ekonomi.Kebanyakan koloni yang yang dijajah adalah wilayah yang kaya akan bahan mentah, keperluan untuk mendapatkan bahan mentah adalah dampak dari terjadinya Revolusi Industri di Inggris.
            Istilah kolonialisme bermaksud memaksakan satu bentuk  pemerintahan atas sebuah wilayah atau negeri lain (tanah jajahan) atau satu usaha untuk mendapatkan sebuah wilayah baik melalui paksaan atau dengan cara damai. Usaha untuk mendapatkan wilayah biasanya melalui penaklukan. Penaklukan atas sebuah wilayah bisa dilakukan secara damai atau paksaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada mulanya mereka membeli barang dagangan dari penguasa lokal, untuk memastikan pasokan barang dapat berjalan lancar mereka kemudian mulai campur tangan dalam urusan pemerintahan penguasa setempat dan biasanya mereka akan berusaha menjadikan wilayah tersebut sebagai tanah jajahan mereka. Negara yang menjajah menggariskan panduan tertentu atas wilayah jajahannya, meliputi aspek kehidupan sosial, pemerintahan, undang-undang dan sebagainya.
            Sejarah perkembangan kolonialisme bermula ketika Vasco da Gama dari Portugis berlayar ke india pada tahun 1498. Di awali dengan pencarian jalan ke Timur untuk mencari sumber rempah-rempah perlombaan mencari tanah jajahan dimulai.  Kuasa Barat Portugis dan Spanyol kemudian diikuti Inggris dan Belanda berlomba-lomba mencari daerah penghasil rempah-rempah dan berusaha mengusainya. Penguasaan wilayah yang awalnya untuk kepentingan ekonomi akhirnya beralih menjadi penguasaan atau penjajahan politik yaitu campur tangan untuk menyelesaikan pertikaian, perang saudara, dan sebagainya. Ini karena kuasa kolonial  tersebut ingin menjaga kepentingan perdagangan mereka daripada pergolakan politik lokal yang bisa mengganggu kelancaran perdagangan mereka.
            Kolonialisme berkembang pesat setelah perang dunia I. Sejarah kolonialisme Eropa dibagi dalam tiga peringkat. Pertama dari abad 15 hingga Revolusi industri (1763) yang memperlihatkan kemunculan kuasa Eropa seperti Spanyol dan Portugis. Kedua, setelah Revolusi Industri hingga tahun 1870-an. Ketiga, dari tahun 1870-an hingga tahun 1914 ketika meletusnya Perang Dunia I yang merupakan puncak pertikaian kuasa-kuasa imperialis
            Awal Kolonialisme Bangsa Barat bermula dari jatuhnya Byzantium ke tangan Turki Usmani telah menyebabkan komoditi  dari Asia Timur dan Asia Tenggara di Eropa  langka dan kalaupun ada harganya sangat mahal.  Namun di pihak lain  peristiwa itu berdampak positif karena telah mendorong meningkatnya ilmu pengetahuan di dunia Barat.  Hal ini karena banyak ahli budaya-teknologi dari Byzantium yang lari ke Barat berhasil menularkan pengetahuannya di sana. Di Portugal misalnya, pengetahuan geografis dan astronominya meningkat semakin baik, sehingga orangorang Portugis berhasil menjadi mualim-mualim kapal yang mahir dan tangguh. Kepandaian ini kemudian dipadukan dengan berkembangnya teknologi perkapalannya mulai dari penemuan sistem layar segitiga dengan temali-temali persegi, serta kontruksi kapal yang semakin baik sehingga kapal-kapal mereka lebih mudah digerakkan dan lebih layak dipakai untuk pelayaran samudra. Demikian pula teknologi persenjataan mereka berkembang sehingga mampu menciptakan meriammeriam yang dapat ditempatkan di atas kapal-kapal mereka. Kapal-kapal perangnya lebih menyerupai panggung meriam di lautan daripada istana terapung bagi para pemanah atau geladak balista (alat pelontar) seperti pada kapal-kapal Romawi pada masa Julius Caesar dan Oktavianus Agustus. Penemuan-penemuan teknologi itulah yang kemudian mendorong mereka untuk mencari jalur baru ke India (dalam mitos masyarakat Eropa waktu itu, rempah-rempah berasal dari India, sehingga mereka berlayar ke timur termasuk ke benua Amerika, adalah untuk mencari India).
            Namun perlu dikemukakan di sini, bahwa Portugis berlayar ke timur bukan semata-mata untuk mencari rempah-rempah, tetapi  juga untuk mencari emas dan sekutu untuk melawan Turki dalam arti melanjutkan "perang salib". Pencarian emas dan perak kemudian menjadi penting karena kedua logam mulia itu dijadikan semacam indikator kesuksesan satu negara, seperti dikemukakan oleh Antonio Serra bahwa kekayaan itu tiada lain adalah emas dan perak. Politik ekonomi ini dikenal di Eropa sebagai ekonomi Merkantilis. Paham ini mulai berkembang sekitar tahun 1500-an dan semakin berkembang  setelah  terbit  tulisan-tulisan dari para pendukung paham ini, seperti Jean Colbert dari Perancis dan Thomas Mun dari Inggris. Atas dorongan Pangeran Henry 'Si Mualim', Portugis memulai usaha pencarian emas dan jalan untuk mengepung lawan yang beragama Islam dengan menelusuri pantai barat Afrika. Mereka berusaha mencari jalan menuju Asia (India) guna memotong jalur pelayaran pedagang Islam, sekaligus untuk memonopoli perdagangan komoditi tersebut.
            Pada tahun 1478, Bartolomeu Diaz sampai ke Tanjung Harapan di ujung selatan Benua Afrika. Kemudian pada tahun 1497 armada pimpinan Vasco da Gama sampai ke India. Pengalaman di India ini telah menyadarkan orang-orang Portugis bahwa barang-barang perdagangan mereka tidak dapat bersaing di pasaran India yang canggih dengan hasil-hasil yang mengalir melalui jaringan perdagangan Asia. Oleh karena itulah semboyan "God  –Gold  – Glory" bagi mereka menjadi relevan, karena tidak ada cara lain untuk menguasai perdagangan Asia selain melalui peperangan dan menjadikan daerah-daerah penghasil komoditi itu sebagai koloni.
v  Sebab-sebab Kolonialisme dan Imperialisme
            Mula-mula yang mempelopori adannya kolonialisme dan imperialisme adalah bangsa barat dimana pada saat itu kekuatan Eropa dipandang sebagai kekuatan yang paling kuat dan berpengaruh bagi dunia. Pendorong terjadinya kolonialisme yang khususnya diperankan oleh bangsa Eropa diantaranya adalah:
1.      Desakan ekonomi dari negara yang melakukan koloni berupa tidak dapat memenuhi kehidupannya.
2.      Keinginan untuk mengetahui daerah baru.
3.      Mencari daerah pasar.
4.      Mencari daerah sumber daya alam diluar daerahnya.
5.      Keinginan menjadi jaya atau menjadi paling kuasa.
6.      Hasrat untuk menyebarkan idiologi dan agama.
7. Perasaan bangsanya unggul dari bangsa lain sehingga ingin memimpin negara-negara lainnya.
v  Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Barat Terhadap Bangsa-bangsa di Kawasan Asia Selatan
1.      Kolonialisme Inggris di India
            Kedatangan bangsa Inggris ke India awalnya bukanlah untuk menguasai pemerintahan atau wilayah India. Awal mula aktivitas Inggris di India adalah dalam bidang perdagangan yag dilakukan oleh badan niaga EIC (English East India Company) sejak dibentuk pada 1600 oleh para pedagang London (Suwarno, 2012: 106). Awalnya EIC hanya melakukan transaksi dalam perdagangan dan tidak memiliki otoritas dalam politik maupun pemerintahan. Salah satu kebijakan EIC dalam perdagangan yang diberikan oleh pemerintah Kerajaan Inggris ialah hak monopoli perdagangan dengan bangsa-bangsa di Timur. Namun karena perannya yang sangat besar di India, EIC tidak lagi berurusan dalam perdagangan atau ekonomi saja, EIC mulai memegang peran penting dalam politik. Hal ini terjadi setelah tiga wilayah yakni Madras, Bombay, dan Calcuuta berhasil dikuasai.
            EIC dibawah kepemimpinan Robert Clive semakin memegang peran penting di India. EIC berusaha memperoleh kekuasaan dari Kesultanan Mughal yang bersekutu dengan Prancis karena Kesultanan Mughal membatasi hak-hak EIC. Akibatnya, tentara EIC berperang melawan Kekaisaran Mughal dan Prancis. Prancis dikalahkan dalam perang Carnatic yang berlangsung antara tahun 1746-1752 dan 1756-1763. Selain perang tersebut, terjadi juga perang Plassey dan perang Buxor. Kemenangan diperoleh Inggris dalam kedua pertempuran tersebut. Dibawah kepemimpinan Robert Clive, Inggris menghancur pasukan Nawab Sirajuddaula dalam perang Plassey (Juni 1757) dan dalam perang Buxor (Oktober 1964) mengalahkan aliansi Nawab Mir Qasim dengan Sultan Shah Alam dari Mughal (Suwarno, 2012: 107). Kemenangan-kemenangan tersebut memberikan keuntungan yang besar terhadap Inggris. Dimana EIC mendapatkan suatu hak istimewa yakni hak diwani, hak yang memperbolehkan EIC mengumpulkan penghasilan atas tiga wilayah yaitu Benggala, Bihar, dan Orissa. Selama dekade berikutnya, Inggris secara bertahap sukses memperluas wilayah teritori yang berada di bawah kekuasaannya di India, baik dengan menguasainya secara langsung ataupun melalui penguasa lokal yang berada di bawah ancaman kekuatan tentara Inggris di India. Peta politik India mengalami perubahan yang besar ketika Lord Wellesley (1798-1805) menjadi Gubernur Jenderal EIC di India (Suwarno, 2012: 107). Dibawah kepemimpinannya EIC berkembang menjadi kekuatan politik terbesar di India.
            Pada tahun 1857, terjadi pemberontakan di India terhadap Inggris. Pemberontakan tersebut dimulai sebagai pemberontakan tentara sepoy (tentara pribumi) yang direkrut EIC. Pemberontakan bermula di Kota Meerut pada 10 Mei 1857, tetapi segera meluas menjadi pemberontakan penduduk di dataran Gangga hulu dan India Tengah. Pemberontakan ini sangat mengancam kekuatan EIC di India. Adapun pemberontakan ini dilatar belakangi oleh beberapa hal sebagai berikut:
a.       Adanya rumor penggunaan lemak sapi dan babi dalam latihan tentara sepoy yang dianggap menodai agama Hindu maupun Islam. Sapi dalam agama Hindu merupakan hewan yang disucikan, sedangkan babi merupakan binatang haram dalam agama Islam. Akibatnya menimbulkan kericuhan antara para sepoy dengan para perwira mereka yang orang Eropa dan beragama Kristen.
b.      Mulai timbul kebencian penduduk pribumi atas perlakuan dan kontrol yang diterapkan Inggris, seperti pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial tertentu. Misalnya divisi Bengal didominasi oleh kasta tinggi, seperti Rajput sementara divisi Bombay dan Madras didominasi oleh kasta rendah.
c.       Raja-raja wilayah mulai merasa tidak puas atas dominasi EIC.
d.      Selain itu, di dalam tubuh EIC sendiri terjadi permasalahan seperti korupsi.
            Tentara sepoy yang menolak untuk menggunakan peluru berpelumas tersebut kemudian dipenjarakan. Sehari setelah penahanan, pemberontakan langsung pecah. Setelah memberontak, tentara sepoy mendapat dukungan dari raja-raja wilayah di India yang sebelumnya terampas kekuasaannya oleh EIC. Kemudian secara bersama-sama mengangkat Maharaja Mughal sebagai lambang perlawanan. Tetapi perlawanan ini mengalami kegagalan. Tentara EIC berhasil memadamkan pemberontakan setelah mendatangkan pasukan dari Eropa dan koloninya yang lain terutama Burma dan tentara sepoy (kaum Sikh) yang masih setia kepada EIC. Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, EIC dibubarkan pada tahun 1858. Selanjutnya, kekuasaan di India dijalankan secara langsung oleh mahkota Britania. Hal ini membawa India memasuki periode menjadi Negara Kepangeranan (Princely States) Inggris atau yang dikenal sebagai Kemaharajaan Britania (British Raj) dengan seorang gubernur jenderal ditunjuk oleh Pemerintah Inggris untuk membawahi India dan Ratu Victoria dinobatkan sebagai Maharani India.
            Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Barat terhadap bangsa-bangsa lain di kawasan Asia Selatan selain India tidak terlalu banyak mendapat perhatian layaknya India. Di Sri Lanka, Bangsa Eropa yang pertama kali datang ke sana adalah bangsa Portugis, yang datang pada tahun 1505, mereka berhasil menancapkan pengaruhnya di wilayah ini. Sekalipun mereka tidak pernah menaklukkan seluruh kawasan, kekuasannya berlangsung sampai tahun 1658, setelah Belanda berhasil menaklukkannya dalam berbagai pertempuran. Kekuasaan Belanda atas wilayah ini berlangsung dari tahun 1658 sampai tahun 1796 ketika Inggris mulai berkuasa dan mengambil alih kekuasaan Belanda. Di Maladewa, bangsa Portugis juga merupakan bangsa Barat pertama yang menguasai daerah tersebut. Sedangkan Bhutan awalnya dikuasai oleh EIC. Negara-negara asia selatan tersebut merupakan negara bekas jajahan bangsa Barat. Salah satu negara asia selatan yang pernah di jajah dan di jadikan negara persemakmuran adalah beberapa negara asia selatan yang kebanyakan merupakan bekas jajahan inggris , mulai dari India sendiri yang  baru mendapatkan kemerdekaan pada tahun 15 Agustus 1947, sedangkan  sri lanka 4 Februari 1948 , Bangladesh 18 April 1972, dan  Maladewa 9 Juli 1982. Dapat di simpulkan bahwa pengaruh kolonialisme di asia selatan sangat besar  dan hampir menguasai seluruh Asia Selatan.

DAFTAR PUSTAKA:
Majumdar, R.C. (et.al.).1956. An Advanced History of India. London: Macmillan and co. Limited.
Mulia, T.S.G. 1959. India Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Djakarta: Balai Pustaka
Soepratignyo. 1994/1995. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan Abad X-XX Masehi. Malang: Depdikbud IKIP Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.
Su'ud, A. 2006. Asia Selatan. Semarang: UNNES Press
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak.
Warsito, T & Wahyuni, K. 2007. Diplomasi Kebudayaan. Yogyakarta: Ombak.

No comments:

Post a Comment