SEJARAH PERANG TELUK PERSIA

Isnaini Umi Sholeha / P.I.S/ A

Perang antara Irak dan Iran dikenal dengan Perang Teluk Persia pertama karena terjadi di Teluk Persia perbatasan antara Irak dan Iran. Perang ini juga dikenal sebagai Pertahanan Suci dan Perang Revolusi antara Irak dengan Iran. Perang ini terjadi pada tanggal 22 September 1980. Latar belakang terjadinya perang ini adalah perebutan perbatasan negara antara kedua negara tersebut.
 Sebelum terjadinya perang ini, telah terjadi konflik antara aliran Sunni dan aliran Syi'ah. Di Iran penduduknya 100% beraliran Syi'ah sedangkan di Irak kira-kira 60% beraliran Syi'ah. Tetapi di Irak diperintah oleh orang –orang yang beraliran Sunni yang minoritas di wilayah tersebut. Orang – orang yang beraliran Syiah memberontak kepemimpinan Saddam Hussen karena dianggap anti Islam. Karena merasa dianaktirikan oleh orang –orang syiah, pemimpin Bagher Sadr disingkirkan.

Selain itu, konflik antara dua negara juga dikarenakan terjadi perang antara Babillonia dan Persia. Irak adalah penerus Babillonia dan Iran penerus Persia. Kedua kerajaan saling berperang dan saling menaklukkan. Kedua negara tersebut telah berkonflik sejak dulu, yakni pada masa kerajaan Mesopotamia hingga kerajaan Ottoman yaitu antara tahun 1555 sampai 1918 mengenai batas Irak dan Iran. Persengketaan batas negara itu terus berlanjut hingga kemudian pada 1975, atas desakan Amerika Serikat, Iran dan Irak menandatangani kesepakatan mengenai batas negara atau Perjanjian Algiers Accord di Algiers,  Aljazair. Perjanjian tersebut mengenai perbatasan Shatt al-Arab. Pihak Barat meyakini bahwa Presiden Irak kala itu, Saddam Hussein memanfaatkan momen pasca-bergejolaknya Iran, dengan berupaya merebut pengendalian titik perairan yang sebelumnya diserahkan ke Teheran, menurut Perjanjian 1975. Hussein disebut juga ingin melemahkan kekuasaan Pemimpin Iran Ayatollah Khomeini.
Hubungan kedua Negara sempat membaik pada tahun 1978, akan tetapi hubungan kedua Negara tersebut memanas kembali ketika Saddam Husain berkuasa dan mengungkit masa lalu. Saddam menyobek perjanjian Aljazair di depan televisi. Itulah tanda dimulainya perang dengan Iran.
Perang teluk ini bermula ketika rezim Saddam Hussein berkuasa. Ia melakukan pelanggaran di wilayah Iran dengan maksud untuk merebut provinsi yang kaya akan minyak Khuzestan ke dalam wilayahnya dan memisahkannya dari Iran. Selain itu, Saddam Hussein juga ingin menggulingkan Republik Islam Iran dengan dibantu oleh Amerika Serikat, baik dana, militer maupun politik. Dengan adanya hal ini, Saddam Hussein merasa yakin akan menundukkan Iran dari kekuasaan Imam Khomaeni. Beberapa wilayah Iran telah dikuasai oleh Irak. Tidak hanya mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat, tetapi Irak juga dapat dukungan dari beberapa wilayah Arab. Karena negara Iran denag tegas memproklamasikan dirinya sebagai Negara Islam. Bagi dunia, Negara yang berasaskan Islam merupakan ancaman serius.
Posisi Iran sangat terpojokkan karena keterbatasan logistik militer. Sedangkan militer Irak dengan 250 ribu personel didukung dengan ribuan mortir, tank, panser dan peralatan militer lainnya telah menguasai kota dan desa- desa disekitar perbatasan kedua negara tersebut. Selain itu, 100 jet tempur Irak telah membombardir 19 kota Iran dan pos- pos militer negara ini pada hari pertama perang, tetapi serangan ini gagal total. Kondisi berbeda di wilayah perairan, militer Iran berhasil memukul mundur angkatan laut Irak pada saat perang, dan Irak dapat mempertahankan kekuatan di Teluk Persia.   
Saddam Hussein telah menaklukkan kota strategis di Iran yaitu Khozestan. Tetapi Iran juga telah menyerang pos- pos strategi Irak. Hal ini membuat Saddam Hussein merasa pesimis untuk menaklukkan Iran. Untuk itu Saddam Hussein berniat untuk mempertahankan wilayah yang telah Ia duduki dengan mengajukan genjatan senjata di perbatasan Internasional tanpa mundur. Tetapi Iran mmenolak permintaan Irak, dan meminta Irak untuk ganti rugi dan menuntut keadialan atas agresi yang telah dilakukan Irak kepada Iran.
Memasuki tahun kedua, para pejuang Iran terus mengambil alih wilayah – wilayah yang telah diduduki Irak. Walaupun Iran hanya sendiri dalam perang Irak- Iran, tetapi berhasil memperlihatkan kepada lawannya kekuatan Iran. Pada tanggal 24 Mei 1982, para pejuang Iran berhasil menguasai Khorramshahr yang merupakan kota strategis Iran. Karena bagi bangsa Iran, Khorramshahr adalah simbol pertahanan dan kegigihan dalam menghadapi pendudukan Rezim Saddam Hussein.
Dalam operasi militer itu, ribuan tentara Saddam Hussein tewas dan ditawan oleh Iran. Selain itu, 60 pesawat serta ratusan tank dan panser milik militer Irak hancur lebur. Setelah kemenangan itu, para pejuang Iran mempunyai semangat berlipat ganda untuk mengusir pendudukan dan serangan Rezim Saddam Hussein. Pada bulan Februari 1986, para pejuang Iran juga berhasil menguasai pulau Al-Fau, padahal saat itu tentara Irak telah dilengkapi dengan senjata yang lengkap dan canggih. Operasi militer yang dilakukan oleh tentara Iran bertujuan agar Saddam Hussein menarik pasukan dari wilayah – wilayah Iran, mengadili Saddam dan meminta ganti rugi.
Pada tahun 1988 Saddam Hussein terpaksa menerima resolusi genjatan senjata dari PBB dan perang pun berakhir.   
Kekuatan masing- masing pihak:
1. Kekuatan Irak
Irak lebih canggih persenjataan militernya dan keuangan mendukung jalanya perang. Mereka dapat mudah membeli persenjataan dari negara Inggris, Jerman Barat, Italy dan Prancis baik secara langsung ataupun dari pihak ketiga yaitu Arab Saudi. Irak menjadi lebih mudah untuk mendapat bantuan dari Arab Saudi, Yordania, dan Oman. Akan tetapi, bantuan dari beberapa negara Arab tersebut tidak mampu untuk menggantikan senjata buatan Uni Soviet. Irak mengajukan permintaan kepada Uni Soviet untuk mengirim senjata-senjata baru, namun Uni Soviet menolaknya. Mereka juga bekerjasama dengan negara- negara Arab lainnya di dekat perbatasan Teluk Persia. Mereka telah menyiapkan US$ 3 milyar untuk persenjataan Irak. Irak sendiri mempunyai tidak kurang dari US$ 35 Milyar dalam bentuk devisa dan ditambah uang dari penghasilan minyak yang dialirkan melalui pipa-pipa minyak yang melewati Suriah dan Turki jumlahnya kira-kira tak kurang dari 1 juta barel per hari. Dengan demikian, maka Irak dapat meningkatkan serangan-serangannya dan berhasil maju terus meskipun secara lambat.
2. Kekuatan Iran
Dalam perang ini Iran tidak dibantu oleh negara lain. Militer mereka cepat bergegas saat perang ini terjadi. Angkatan Udara mereka didukung oleh pesawat- pesawat pembom phantom untuk membalas serangan dari Irak. Kekuatan Iran terletak pada Angkatan Udara yang mempunyai peralatan modern sekali dalam jumlah yang besar. Iran mempunya 57 pesawat pengangkut tempur C 130, 250 buah pesawat pembom phantom, 160 buah F 16, 80 buah F 14, 200 buah F 4, dan 120 buah F 5. Pesawat F 4 dilengkapi dengan peluru kendali Phoenix. Iran juga diperkirakan kekurangan kerosene. Karena pendapatannya dari minyak dalam devisa asing menurun, maka Iran terpaksa memakai uang simpanannya yang berjumlah kira-kira 6 Milyar Dollar. Mereka tetap optimis untuk melawan Irak. Mereka memakai taktik perang jangka panjang. Tujuannya agar Iran dapat menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein. Pertahanan Iran juga di bantu oleh Pasdaran. Pasdaran lahir berbarengan dengan revolusi Iran. Anggota Pasdaran diambil dari sukarelawan yang sudah dewasa baik laki-laki maupun wanita. Perang ini membuat jumlah Pasdaran empat kali lipat lebih besar. Angkatan darat mereka memiliki 800 tank M60 dan M47 buatan Amerika. Mereka juga mempunyai 760 buah Chieftank, 250 Scorpion, 1500 Iranian Lion, ketiganya merupakan buatan Inggris. Mereka juga mempunyai tank sedikitnya 3000 buah. Angkatan Laut Iran dipersenjatai dengan pesawat pengintai P36, puluhan kapal patrol, 3 buah kapal selam Tank, 4 destroyer Spruance yang baik untuk mengebom pantai tetapi juga bagus untuk menghancurkan kapal selam dan satu seri hydroglisseur.
Upayah- upayah yang dilakukan dalam menghentikan perang Irak dan Iran sebagai berikut:
1. Setelah sidang Dewan Keamanan PBB pada tanggal 28 September 1980 di New York telah meminta kepada kedua belah pihak menghentikan peperangan dan permasalahan kedua belah pihak diselesaikan di meja perundingan. Mereka meminta Irak mundur dari tempat-tempat yang diduduki di Iran. Pihak ketigapun telah disediakan seperti Presiden Aljazair, Chadli Benjedid, Presiden Pakistan, Jenderal Zia Ul Haq, ketua Organisasi Palestina (PLO) Yasser Arafat, Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI), Habib Chatti. Tetapi kedua belah pihak menolak tawaran tersebut.
2. Dalam proses penyelesain Perang Irak-Iran, Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan Resolusi No.598 pada tanggal 20 Juli 1987. Resolusi ini berisi usulan untuk dilakukannya genjatan senjata antara Irak dan Iran. Iran menolak usulan tersebut dan hanya mau menerima apabila Irak dinyatakan sebagai pihak aggresor. Sedang Irak mau menerima resolusi dengan syarat pihak lawan juga harus berbuat yang sama.
3. Pada akhir Juli 1988, Iran menyatakan kesediaanya untuk menerima usul genjatan senjata seperti yang tercantum dalam Resolusi DK PBB No.598. Iran mendapat kompensasi dari Irak sebesar 150 juta dolar AS pertahun.
Daftar Pustaka
Website:
Buku:
Manis, Hoeda. 2013. Buku Pintar Sejarah dan Pengetahuan Dunia Abad 20. Yogyakarta: Trans Idea Publishing.
            Susilo, Taufik Adi. 2013. Ensiklopedia Peristiwa – Peristiwa Penting Paling Heboh Abad 20. Yogyakarta: Trans Idea Publishing.

No comments:

Post a Comment