Kabupaten Karimun dari Perspektif Sejarah dan Sosial Ekonomi


Tika Permata Sari / SR

Kabupaten Karimun Merupakan sebuah Kabupaten yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau yang Resmi Berdiri pada tahun 1999 bersama dengan dua kabupaten lain yakni Kabupaten Kepulauan Riau dan Kabupaten Natuna. Kabupaten Riau yang memiliki letak yang strategis ini memiliki geliat kehidupan yang ramai mengingat letaknya di selat Malaka yang dekat dengan Malaysia (Johor) dan juga dekat dengan Provinsi Riau ( Indragiri Hilir).

Pulau Karimun merupakan pulau yang sudah terkenal sejak masa Kerajaan Riau-Lingga yang berpusat di Pulau Penyengat. Pulau Karimun dulunya berpusat di Meral, yang saat ini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Karimun. Bukan seperti saat ini dimana pusat pemerintahan sudah berpindah ke Tanjung Balai Karimun, hal ini dikarenakan adanya peralihan kekuasaan yang terjadi di Kerajaan Riau-Lingga.
Pada tahun 1511 Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis, Sultan Mansyur Shah yang saat itu menjabat sebagai Raja melarang keturunannya untuk tinggal di Malaka, hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan  hidup keturunannya, akhirnya disuruhlah keturunannya mencari daerah baru di sekitar Malaka untuk membangun kerajaan-kerajaan kecil.Setelah itu muncullah kerajaan-kerajaaan kecil seperti :
  • Kerajaaan Indrasakti yang berkedudukan di Pulau Penyengat
  • Kerajaan Indraloka yang berkedudukan di Tumasek
  • Kerajaan Indrapura yang berkedudukan di Siak
  • Kerajaan Indragiri yang berkedudukan di Rengat, dan
  • Kerajaan Indrapuri yang berkedudukan di Langkat
Sementara asal usul dari nama Pulau Karimun ada beberapa versi, diantaranya:

1. Nama Pulau Karimun diberikan oleh pedagang Gujarat (India)
Awal mula ceritanya adalah setelah daerah ini aman dari perompakan, maka banyaklah pedagang-pedagang dari India, Yaman, Mesir  maupun Arab datang ke Malaka. Suatu ketika sebuah kapal berlayar di Selat Malaka terhantam badai, selanjutnya kapal tersebut terdampar di suatu pulau yang sekarang ini disebut Pulau Karimun Kecil. Salah satu pedagang di kapal tersebut yang ingin menyebrang ke Pulau Jawa yang bernama Sech Jalaluddin tidak bisa melanjutkan perjalanan karena kerusakan kapal akhirnya terpaksa bermalam di pulau tersebut. Saat sehabis solat subuh Sech Jalaluddin melihat alam sekitarnya dan betapa takjubnya dia melihat cahaya yang keluar dari gunung di pulau itu. Warna Cahaya sangat Menakjubkan yaitu kuning keemasan, seketika itu pula ia langsung berdoa dan mengangkat tangan dan berseru " Ya Allah Ya Karim yang mulia". Begitulah asal muasal Pulau Karimun yang awalnya adalah "Karim" kemudian menjadi Karimun. Menurut informasi Gunung yang disebut adalah Gunung Jantan.
2. Nama Pulau Karimun berasal dari sepasang suami istri
Asal usul nya adalah ketika sepasang suami istri adalah orang pertama yang mendiami pulau tersebut, sehingga nama merka dijadikan nama pulau ini, nama suami tersebut adalah "Karim" dan nama istrinya adalah "Maimun" sehingga didapatlah nama Pulau Karimun. [1]
Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Karimun memiliki 245 pulau dimana 3 diantaranya merupakan pulau-pulau yang besar, yakni ; Pulau Karimun, Pulau Kundur dan Pulau Sugi (Moro).  Diantara pulau-pulau tersebut kurang lebih 200 pulau telah bernama dan berpenghuni sedangkan sisanya belum bernama dan berpenghuni.  Keunggulan geografis Kabupaten Karimun yang berupa wilayah kepulauan dan berbatasan langsung dengan negara tetangga menjadikan daerah ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat.  Daerah ini sebagai pangkalan sarana utama dan pusat pemberantasan penyelundupan yang bernaung dibawah Kanwil II Dirjen Bea Cukai serta sebagai kawasan berikat (bonded zone) khususnya di Pulau Karimun Besar.
Ibukota Kabupaten yaitu Tanjung Balai Karimun, terletak di Pulau Karimun Besar yang merupakan pusat perkembangan daerah ini. Pulau Karimun yang berlokasi di utara berbatasan langsung dengan selat malaka dan Singapura, dangan jarak sekitar 21 mil ke Malaysia dan 28 mil ke Singapura, selain itu daerah ini juga merupakan persinggahan perhubungan laut dari Tanjungpinang dan Batam ke Pulau Sumatera.

Dahulu, Karimun berada dibawah kekuasaan kerajaan Sriwijaya hingga keruntuhannya pada abad ke-13, dan pada masa itu pengaruh agama budha mulai masuk. Hal ini dengan dibuktikan dengan adanya prasasti di desa Pasirpanjang. Pada masa itu disebutkan bahwa Karimun sering dilalui oleh kapal-kapal dagang hingga pengaruh kerajaan Malaka yang mulai masuk pada tahun 1414.
Ketika Malaka jatuh ketangan portugis pada tahun 1511, Sultan yang berkuasa pada saat itu bernama Sultan Mansyur Syah memberikan larangan kepada keturunan raja-raja untuk tinggal dimalaka dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Lalu munculah kerajaan Indra Sakti,Indra Pura,dan Indra Puri. Sementara itu banyak rakyat Malaka yang tinggal berpencar dipulau-pulau yang berada dikepulauan riau termasuk pulau Karimun dan sekitarnya.
Pada kurun waktu 1722 hingga 1784, Karimun berada dalam kekuasaan Kerajaan Riau-Lingga dan pada masa itu daerah Karimun dikenal sebagai penghasil Gambir dan penghasil tambang. Hingga saat ini masyarakat Karimun masih menghasilkan tanaman Gambir, Karet, dan Nanas sebagai Komoditi utama yang berasal dari Kabupaten Karimun. Barang tambang juga masih menjadi perhatian seperti Timah dan Granit juga masih berjalan proses pertambangannya dan menjadi salah satu pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karimun. [2]

Sejak kejatuhan Malaka dan digantikannya oleh kerajaan Johor, Karimun dijadikan basis kekuatan angkatan laut untuk menentang Portugis sejak masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah I ( 1518-1521) hingga Sultan A'la Jala Abdul Jalil Ri'ayat Syah (1559-1591). Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, kerajaan Riau-Lingga dan Kerajaan Melayu dilebur menjadi satu sehingga semakin kuat dengan wilayah kekuasaan meliputi  Kepulauan Riau, daerah Johor  dan Malaka, Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan Amir-amirnya sebagai District Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder District untuk daerah yang agak kecil. [3]
Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau-Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah Keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling,yaitu Afdelling Tanjungpinang dan Afdelling Indragiri. Ketika Memasuki Masa setelah Proklamasi wilayah Kepulauan Riau mulai dibagi menurut daerah sekitarnya yakni berdasarksan Surat Keputusan delegasi Republik Indonesia , Provinsi Sumatra Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/Deprt. Menggabungkan diri kedalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kawedanan sebagai berikut :
·         Kawedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan
·         Kawedanan Karimun meliputi Kecamatan Karimun, Kundur , dan Moro
·         Kawedanana Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep, dan Senayang
·         Kawedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguranbarat dan Bungurantimur
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah No.16 Tahun 2001, Kabupaten Karimun dimekarkan menjadikan tujuh wilayah Kecamatan dengan sembilanbelas kelurahan dan Duapuluhlima desa. Kemudian Karimun mengalami pemekaran menjadi sembilan kecamatan dengan Duapuluhdua kelurahan dan Tigapuluhdua Desa. Kemudian pada tahun 2012, berdasarkan Perda no.02 Tahun 2012, bulan Juli 2012, wilayah Kabupaten Karimun kembali menjadi Duabelas Kecamatan, Empatpuluhdua Desa, dan Duapuluhsembilan kelurahan.
Kehidupan umat beragama juga terlihat di kabupaten kepulauan Riau dimana umat beragama saling menjaga kerukunan dan keamanan. Hal yang menarik akan dapat terlihat ketika memasuki bulan Ramadhan dimana hampir semua tempat di Kabupaten Karimun membuka lapak penjualan makanan atau biasa dikenal masyarakat sekitar adalah Bazar Makanan, ketika bazar makanan itu dibuka maka akan mulai berdatangan para pembeli yang mayoritasnya adlah ibu-ibu muslim yang ingin membeli santap sahur untuk dimakan dirumah, namun jika diperhatikan akan tampak beberapa orang yang membeli kue tersebut bukanlah orang muslim, melainkan orang nonmuslim seperti Budha dan Kristen, ini menandakan bahwa umat non muslim dikarimun suka berbaur dengan lingkungan muslim seperti kegiatan ramadhan meskipun ramadhan bukanlah merupakan kegiatan ibadah mereka. [4]
Ketika memasuki Hari Raya Idul Fitri pun terlihat keakraban yang terjalin antara sesama umat beragama, banyak sekali umat non muslim yang datang berlebaran kerumah tetangga maupun relasinya yang beragama Islam, mereka juga menghargai hari lebaran dengan mereka meliburkan aktifitas yang melibatkan dengan perdagangan dan aktifitas jasa yang lainnya.
Pendidikan di Kabupaten Karimun bisa dinilai merata, karena pulau-pulau kecil di Kabupaten Karimun sudah mulai dibangun sekolah-sekolah dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, setiap kecamatan juga memiliki Sekolah Negeri baik itu Sekolah Dasar maupun sekolah lanjutan lainnya. Di Kabupaten Karimun juga memiliki Universitas meskipun masih berstatus Swasta. Kebanyakan Pemuda-Pemudi Kabupaten Karimun berkuliah diluar Provinsi Kepulauan Riau. Mereka memilih menimba ilmu diluar daerah karena prospek daerah tujuan pendidikan yang dinilai baik, dengan alasan ketika selesai menimba ilmu mereka bisa mengambdikan diri untuk membangun daerah asalnya.
Kehidupan budaya juga masih tergambar karena di daerah Karimun masih banyak terdapat sangar-sangar budaya yang membina pemuda-pemudi dalam mengembangkan bakat mereka dalam berekspresi seperti Menari Melayu, Gurindam Duabelas, Berbalas pantun, Syair, dan lainnya. Pemerintah Kabupaten Karimun juga sering mengadakan event tahunan yang bertemakan budaya melayu seperti Parade Tari Melayu, Festival Lagu Melayu, Lomba berbalas pantun, Kompang Rebana,dan lainnya. Hal itu juga meningkatkan semangat generasi selanjutnya agar bisa melestarikan apa yang menjadi warisan budaya tanah melayu.
Perekonomian masyarakat Kabupaten Karimun juga menonjol karena Mayoritas masyarakat adalah petani yang biasanya menggarap lahan perkebunan Karet, Gambir, dan beberapa tanaman palawija. Ada juga masyrakat yang menjadi Nelayan biasanya masyarakat yang tinggal dipesisir pantai, namun banyak juga masyarakat yang menjadi pegawai baik itu  pegawai Negeri maupun pegawai Honorer, mereka banyak yang ditugaskan di pulau-pulau kecil sebagai guru, tenaga medis, tenaga penyuluh dan lain-lainnya. Hal ini menjadi motor penggerak dalam perekonomian dan pengolahan SDM.
Politik dikabupaten Karimun dinilai cukup aman, karena dikarimun jarang sekali terjadi yang namanya aksi demo atau Orasi . Masyarakat dinilai menerima apa yang menjadi kebijakan pemerintah dan dinilai baik oleh masyarakat. Even yang menonjol dari Daerah Kabupaten Karimun adalah sering diadakannya Event-event yang bersifat tahunan seperti Musabaqah Tillawatil Quran yang diadakan tiap tahun, Parade seni tahunan, dan kegiatan Expo yang dapat mengundang Minat dari pada investor dan Turis baik mancanegara maupun lokal. [5]

Daftar Pustaka
[1] Koentjaraningrat. 2007. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
[2] galba sindu, sofyan dkk. 2001. Sejarah daerah Karimun. Tanjungpinang : Dinas Pariwisata Kabupaten Karimun
[3] kemendagri.go.id > profil daerah> kabupaten karimun
[4] Asril, M.Pd . 2015. Sejarah Riau : Jati diri Anak Melayu . Pekanbaru

No comments:

Post a Comment