Manusia Kera ( Pithecanthropus )


Apri ani Sitanggang/S/A

Jenis manusia purba pithecanthropus biasa dikatakan manusia kera yang jenisnya paling banyak ditemui di Indonesia, pada fosil yang ditemukan memiliki umur yang bervariasi setelah melalui tes stratigrafi di lapisan kabuh dan pucangan yang berkisar 30.000 sampai 2 juta tahun yang lalu.
Pithecanthropus Hidup dengan cara berkelompok dan untuk memperoleh makanan maka mereka mencarinya dengan jalan menangkap ikan dan berbura serta mengumpulkan makanan ( hunting and food gathering ). Untuk memperoleh makanan tersebut, Pithecanthropus akan
menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu ataupun batu yang telah dipungutnya. Walaupun sudah menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu dan batu serta memakan apapun yang ada di alam seperti hewan dan tumbuhan, karena tidak ditemukan bahwa adanya tanda-tanda mengenai makanan Pithecantrhopus yang berupa dimasak dan diolah secara terlebih dahulu sebelum memakannya. Adapun beberapa contoh dari alat-alat yang terbuat dari batu yang sudah pernah digunakan oleh Pithecanthropus, seperti berbagai ragam jenis kapak yang terbuat dari batu semisal kapak perimbas, kapak genggam, kapak penetak, alat-alat serpih dan pahat genggam.[1]
Manusia purba Pithecanthropus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  • Badan tegap, tetapi tidak seperti Meganthropus
  • Tinggi badan antara 165 cm – 180 cm
  • Tulang rahang dan geraham kuat serta bagian kening menonjol
  • Wajah tidak mempunyai dagu
  • Volume otak belum ssempurna, yaitu 750-1.300 cc
  • Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong
  • Alat pengunyah dan otot tengkorak mengecil
  • Hidup diperkirakan 1 – 25 juta tahun yang lalu
  • Makanan masih kasar dengan sedikit pengolahan.[2]

Fosil Pithecantropus memiliki banyak jenis-jenisnya yaitu:
1.      Pithecanthropus Erectus
Nama ini berasal dari tiga kata, yaitu: pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti manusia, erectus yang berarti tegak Jadi, Pithecanthropus Erectus berarti "manusia kera yang berjalan tegak". Nama sebutan itu didasarkan pada fosil yang ditemukan. Penemuan ini berupa tulang paha yang lebih besar dibandingkan tulang lengan. Demikian juga volume otaknya lebih besar daripada kera, tetapi lebih kecil daripada manusia.
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negeri Belanda yang bernama Eugene Dubois. Fosil manusia purba ini ditemukan di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di desa Jetis, Mojokerto, Jawa Timur di lembah Kali Brantas pada tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich dinamakan Pithecanthropus Robustus.DanVon Koenigswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto. Pithecanthropus Erectus memiliki ciri-ciri yaitu:
·         Tinggi badan sekitar 165-180 cm
·         Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
·         Bentuk tubuh dan anggota badan tetap
·         Alat pengunyah sangat kuatBentuk geraham kuat dengan rahang yang kuat
·         Tonjolan kening tebalHidung tebal
·         Bagian belakang kepala menonjol [3]
2.      Pithecanthropus Mojokertensis atau Manusia Kera dari Mojokerto.
G.H.R von Koenigswald di sekitar tahun 1936 sampai 1941 telah melakukan sebuah penelitan manusia praaksara yang berada di sepanjang lembah di aliran sungai bengawan solo. Di tahun 1936, peneliti von Koenigswald telah menemukan sebuah fosil tengkorang kanak-kanak yang berada di dekat wilayah Mojokerto. Mengacu dari taju puting dan sendi rahang bagian bawah, diprediksi bahwa umur makhluk tersebut sekitar 5 sampai 6 tahun. Walaupun von Koegniswald hanya memperkirakan bahwa tengkorang yang telah ditemukannya adalah anak Pithecanthropus, ia tetap masih berhati-hati dalam mengemukakan pendapatnya. Untuk sementara, makhluk tersebut disebut sebagai Homo Mojokertensis.
Di tahun yang berikutnya, pada daerah lembah sungai bengawan solo semakin banyak didapatkan fosil manusia prasejarah, seperti jenis Pithecanthropus yang lainnya. Mengacu dari beberapa temuan itu, von Koenigswald akhirnya membagi lapisan diluvium pada lembang sungai Bengawan Solo yaitu Lapisan Jetis atau lapisan Pleistosen bawah, Lapisan trinil atau Lapisan Pleistosen tengah dan lapisan ngandong atau Pleistosen atas.
Mengacu dari pembagian lapisan dilluvium tersebut itulah maka Pithecanthropus temuan dari Duboi akan menempati lapisan Trinil. Kemudian Pithecanthropus yang telah menempati lapisan Jetis atau lapisan pleistosen bawah akan memiliki tubuh yang lebih kuat dan besar yang dinamakan sebagai Pithecanhtropus erectus. Pada lapisan pleistosen bawah ditemukan Homo Mojokertensis yang dinamakan sebagai Pithecanthropus Mojokertensis yang memiliki badan yang tegap, mukanya telihat menonjol kedepan, kening yang tebal dan memiliki tulang pipi yang sangat kuat. Ciri-Ciri Pithecanthropus Mojokertensis yaitu:
·         Memiliki badan yang tegap
·         Mmeliki tinggi badan anara 165-180 cm
·         Mmeiliki tulang rahang dang geraham yang kuat
·         Memiliki bentuk kening yang menonjol
·         Tidak memiliki dagu (menyerupai tengkorak manusia)
·         Volume otak belum sempurna hanya 760 cc-1300cc
·         Tulang atas tengkorak tebal dan berbentuk lonjong
·         Memiliki bentuk alat pengunyah dan tengkuk yang lebih kecil.[4]
3.      Pithecanthropus Erectus atau Manusia Kera yang Berjalan Tegak.   
Di tahun 1890, Eugene Dubois yang seorang ahli purbakala dari Belanda telah menemukan adanya fosil manusia Purba yang berada di desa Trinil atua Ngawi, Jawa Timur. Pada wilayah tersebut terletak berada di lembah Sungai Bengawan Solo.  Berdasarkan hasil temuannya menunjukkan bahwa ternyata fosilnya berbentuk kerangka manusia yang mirip dengan kera sehingga disebut sebagai Pithecanhtropus Erectus. Pithecanthropus Erectus memiliki ciri-ciri yaitu:
·         Tinggi badan sekitar 165-180 cm
·         Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
·         Bentuk tubuh dan anggota badan tetap
·         Alat pengunyah sangat kuatBentuk geraham kuat dengan rahang yang kuat
·         Tonjolan kening tebalHidung tebal
·         Bagian belakang kepala menonjol
4.      Manusia Kera yang Besar atau Kuat (Pithecanthropus Robustus)
Di tahun berikutnya, von Koegniswald juga menemukan adanya beberapa jenis fosil dari manusia purba, yang antara lain ditemukannya di Desa Trinil daerah Ngawi, Jawa Timur, di tahun 1939. Dalam penelitiannya yang kedua ini pada daerah trinil dengan peneliti lain yang bernama Weidenreich menemukan manusia purba jenis Pithecanthropus Robustus yang berada pada lapisan jetis atau pleistosen bawah yang memiliki usia yang sama dengan Pithecanthropus Mojokertensis, dan lebih tua dari Pithecanthropus Erectus. Von Konigswald berpendapat bahwa fosil yang berasal dari lapisan Plestosen bawah ini memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan Pithecanthropus Mojokertensis, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
·         Memiiki bentuk tubuh serta anggota badan yang terlihat tegak
·         Memiliki tinggi badan berkisar antara 165-180 cm
·         Tulang muka jenis fosil ini agak menonjol ke depan
·         Memiliki alat pengunyah yang kuat
·         Memiliki alat tengkuk yang kuat
·         Memiliki kening yang menonjol sehingga terlihat tebal
·         Memiliki tulang pipi yang kuat
·         Memiliki volume otak antara 750-1000 cc
·         Bagian belakang kepala jenis fosil ini tampak menonjol. [5]

Daftar Pustaka
[1] Soekmono, 1991. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
[2] Abdullah,Taufik  dan Adrian B.lapian(eds).2012.Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid I Jakarta PT: Ichtiar Baru Van Hoeve bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
[3] Poesponegoro, Marwati Djoened, Dkk.1984.Sejarah Nasional Indonesia.
[4] Poesponegoro,Marwati Djoened(dkk).1933.Sejarah Nasional Indonesia jilid I Jakarta:BalaiPustaka
[5] Adrisijanti,inajati dan Andi Putranto(ed).2009.Pelestarian Peninggalan Purbakala, Yogyakarta:Balai

No comments:

Post a Comment