YUNDHA NINGRUM
Rumania atau Rumania dengan kota Transylvanianya sudah begitu identik dengan legenda Drakula. Legenda ini sudah menjadi salah satu objek wisata andalan bagi kawasan Transylvania di Rumania. Legenda drakula emang lahir di kawasan ini, tak mengherankan bila sebagian ribuan tahun ribuan wisatawaan mendatangi kawasan ini untuk berwisata menikmati sebuah legenda tentang drakula.
Namun, dibalik semua legenda itu, Rumania meiliki sejarah Islam yang begitu panjang. Negeri ini pernah menjadi bagian dari Kekhalifaan Turki Usmani ( lidah orang eropa menyebutnya otoman ) selama lima abad lamanya. Tak mengherankan bila islam di negeri ini bukan lagi hgal yang asing dan sudah memiliki akar tradisi yang begitu kuat meskipun secara keseluruhan islam merupakan agama minoritas di negeri tersebut.
Di Eropa, Rumania terkenal karena Transylvania – rumah Count Dracula. Karakter ini telah diamsusikan merupakan representasi dari vampir dalam budaya Barat populer, suatu karakter yang di dasarkan atas Pangeran Wallachia, Vlad III, yang kemudian dikenal sebagai Impaler tersebut. Secara historis, Vlad Dracula terkenal karena perlawanannya terhadap Khilafah Usmani dan hukuman keji yang dia timpahkan pada musuh – musuhnya.
Vlad Drakcula dikirim pada tahun 1475 dengan sepasukan tentara Hungaria dan Serbia untuk menguasai kembali Bosnia dari Khilafah Usmani. Sementara Khilafah Usmani mengalami kekalahan pada pertempuran awal ini, kemudian tentara Khilafah Usmani memasuki Wallachia pada tahun 1476 dibawah komando Mehmed II untuk merebut kembali negeri yang yang hilang itu. Pada pertempuran itu, Vlad terbunuh dan menurut beberapa sumber, kepalanya di kirim ke Konstantinopel untuk mencegah terjadinya pemberontakan lainnya.
Menurut sumber-sumber yang banyak beredar di Rumania, Islam pertama kali muncul ketika Pemimpin Sufi Sari Saltik datang ke wilayah ini selama Zaman Bizantium. Kehadiran Islam di Utara Dobruja kemudian diperluas oleh Khilafah Usmani yang melihat terjadinya imigrasi berturut-turut. Di Wallacia dan Moldavia, dua kerajaan Danubian, zaman Usmani itu tidak terjadi pertumbuhan jumlah kaum muslim, yang kehadirannya di sana tetap kecil. Juga pertempuran antara khilafah Usmani dengan Kekhaisaran Habsburg yang menyebnabkan kaum muslimin banyak pindah ke Jantung Negeri Islam.
Rumania kemudian muncul pada tahun 1859 sebagai sebuah satuan kerajaan-kerajaan Moldavia dan Wallacia. Dobruja Utara menjadi bagian dari Rumania setelah perang Rusia- Turki tahun 1877-1878. Namun, selama rezim komunis kaum muslim Rumania mendapatkan tindakan-tindakan keras, khususnya dilakukan pengawasan oleh negaera. Muslim di Rumania berhasil mempertahankan agama mereka dan setelah revolusi Rumania tanun 1989 mampu memulai dakwah islam secara terbuka.
Agama Islam di Rumania di piluk oleh hanya 0,3 % penduduknya, setara dengan sekitar 60.000 jiwa. Tetapi, memiliki dari 800 tahun tradisi di Dobruja Utara. Sebuah daerah di Pantai Laut Hitam yang merupakan bagian dari Khilafah Usmani selama hampir lima abad ( sekitar tahun 1420-1878 ). Di Rumania saat ini, sebagian besar pemeluk islam berasal dari etnis tatar dan masyarakat Turki.
Sebagian besar muslim Rumania adalah Sunni yang mengikuti mazhab Hanafi. 97 % muslim Rumania adalah penduduk dua wilyah yang membentuk Dobruja Utara, 85 % tinggal di Konstantia, dan 12 % di Tulcea. Sisanya terutama mendiami pusat-pusat perkotaan seperti Bucharest, Braila, Calarasi, Galati, Giurgiu, Droberta Turnu Severin.
Setelah revolusi Rumania 1989, Rumania meninggalkan blok timur yang Komunis, rakyat Rumania memiliki kesempatan untuk menemukan islam dan merasakan hasilnya. Sat ini ada sebanyak 3.000 orang masuk islam dan jumlah ini meningkat dari hari ke hari. Dengan menjadi muallaf mereka menghadapi masalah tertentu dalam masyarakat yang tidak siap untuk menerima mereka. Sebagian nesar kelompok di Rumania memiliki sedikit keinginan untuk mendukung kaum muslim pada umumnya. Karena alasan ini umat islam di Rumania mendirikan aliansi islam Rumania untuk melindungi dan membela umat dan islam di Rumania.Bagian yang telah direstorasi dari benteng pertahanan yang melindungi Konstantinopel selama Abad Pertengahan
Di awal abad ke-7, Bangsa Avar dan kemudian Bangsa Bulgar menduduki sebagian besar wilayah Balkan sehingga menjadi ancaman dari Barat bagi Konstantinopel. Di saat yang sama, Kekaisaran Sassaniyah di Persia menduduki Prefektur Timur, dan menerobos maju ke Anatolia. Heraclius, putera eksark Afrika, berlayar ke Konstantinopel dan dinobatkan sebagai kaisar. Karena situasi militer sangat mengkhawatirkan, dia sempat mempertimbangkan pemindahan ibu kota kekaisaran ke Kartago, namun diurungkannya setelah warga Konstantinopel memohon-mohon padanya untuk tetap tinggal. Konstantinopel kehilangan haknya atas gandum gratis pada 618, setelah Heraclius sadar bahwa kota itu tak lagi dapat memperoleh pasokan dari Mesir akibat peperangan dengan Persia. Populasi Konstantinopel menurun drastis karenanya, dari 500.000 menjadi 40.000-70.000 jiwa saja. ( John Freely, 2012: 20)
Konstantinopel dibangun selama enam tahun, dan diresmikan pada 11 Mei 330. ( John Freely, 2012: 7)
Konstantinus membagi kota yang diperluas itu, seperti Roma, menjadi 14 kawasan, dan mendandaninya dengan fasilitas-fasilitas umum yang layak bagi sebuah metropolis kekaisaran.[ John Freely, hlm. 8: Pustaka Alvabet]
Akan tetapi, mula-mula, Roma baru Konstantinus tidak memiliki semua kemuliaan Roma lama. Kota ini memiliki seorang proconsul, bukannya seorang prefek urban. Tidak memiliki praetor, tribun, ataupun quaestor. Meskipun memiliki senator-senator, mereka hanya begelar clarus, bukan clarissimus, seperti di Roma. Konstantinopel juga tidak memiliki jajaran administratif yang mengatur suplai pangan, polisi, patung-patung, kuil-kuil, saluran-saluran pembuangan, saluran-saluran air bersih, atau fasilitas-fasilitas umum lainnya. Program baru pembangunan diselenggarakan dengan tergesa-gesa: Pilar-pilar, pualam-pualam, daun-daun pintu, dan ubin-ubin dipindahkan dari kuil-kuil kekaisaran ke kota baru itu. Dengan cara yang sama, banyak karya seni yunani dan Romawi segera terlihat di alun-alun dan jalan-jalan. Kaisar mendorong pendirian bangunan-bangunan pribadi dengan cara menjanjikan kepada para pemilik bangunan hadiah lahan dari tanah negara di Asiana dan Pontica, dan pada 18 Mei 332 dia mengumumkan bahwa, sebagaimana halnya di Roma, bahan pangan akan disalurkan secara cuma-cuma kepada warga kota. Konon saat itu jumlahnya mencapai 80.000 ransum sehari, disalurkan dari 117 titik distribusi di seluruh kota.( John Freely, 2012: 9 )
Konstantinus membuka alun-alun baru di pusat kota tua Bizantium, menamakannya Augustaeum. Dewan senat (atau Curia) yang baru ditempatkan di sebuah basilika di sebelah timur alun-alun. Di sebelah selatannya berdiri istana agung kaisar dengan gerbangnya yang megah, Chalke, dan aula upacaranya yang dikenal sebagai Istana Daphne. Tak jauh dari situ terdapat Hippodromos, tempat pacuan kuda yang mampu menampung 80.000 penonton, dan pemandian Zeuxippus yang terkenal. Di sisi barat Augustaeum berdiri Milion, sebuah monumen berlengkung, titik awal untuk mengukur jarak ke seluruh Kekaisaran Romawi Timur.
Sejarah Mesjid Agung Konstantia. Kota Konstantia atau Constanta, adalah kota terbesar kedua di Rumania. Metropolitan yang terletak di tepian laut hitam. Kota pelabuhan terbesar di Rumania dan salah satu pelabuhan terbesar di Eropa. Kawasan kota tua di Konstantia menjadi salah satu daya tarik wisatawan sepanjang tahun. Konstanta menjadi rumah bagi Masjid Agung Konstantia dan merupakan tempat berkantornya mufti konstantia serta pusat islam Rumania.
Masjid Agung Konstantia bukanlah masjid tertua di Rumania. Masjid tertua di Negara Rumania adalah Masjid Mangalia, dibangun pada tahun 1575 oleh Esmahan (Putri Sultan Salim II). Sedangkan Masjid Agung Konstantia merupakan salah satu peningglan kejayaan Islam di Rumania yang lainnya.
Masjid Agung Konstantia atau The Great Mosque of Constanta, atau Carol I Mosque (Masjid Raya Carol I) atau Great Mahmudive Mosque, atau dalam bahasa Turki disebut "Kral Camisi" atau "Geamia Regelui" (Masjid Raya) merupakan Masjid Agung Kuno di Kota Constanta– Rumania. Masjid Carol I dibangun ulang tahun 1910 – 1912 dimasa pemerintahan Raja Carol I. Dibangun dalam gaya Moor (Maroko). Masjid tersebut menggantikan masjid yang sebelumnya dibangun tahun 1822.
Masjid ini di bangun dengan menjiplak rancangan Masjid Konieh (Konieh Mosque) di Anatolia, Turki. Kaya dengan lukisan dinding penghias interiornya dan di lengkapi dengan menara setinggi 50 meter. Dari atas menara ini dapat di lihat pemandanagn indah Pelabuhan kota Constanta.
Secara keseluruhan Rumania memiliki 80 masjid atau menurut catatan Kementrian Kebudayaan dan Agama Rumania, ada 77 masjid. Kota Kontantia (Constanta), dengan Mesjid Carol I merupakan tempat Muftiyat, yang adalah pusat islam di Rumania., Mngalia dekat Konstanta adalah tempat bagi sebuah Masjid Monumental yang di bangun pada tahun 1525. Kedua mesjid itu di akui negara sebagai monumen bersejarah, seperti juga yang ada di Harsova, Amzacea, Babadag, dan Tulcea. Ada juga 108 kuburan islam di Rumania. Peta Konstantinopel (1422) karya Kartografer asal Firenze Cristoforo Buondelmonti adalah peta Konstantinopel tertua yang masih ada, dan satu-satunya peta yang berasal dari masa sebelum kota itu ditaklukkan bangsa Turki pada 1453.
Arsitektural Masjid Agung Konstantia merupakan bangunan pertama di Rumania yang dibangun dengan beton bertulang oleh Insinyur Gogu Constantinescu dan di arsitek Victor Stefanescu. Dibangun dalam perpaduan gaya Bizantium – Mesir dengan beberapa sentuhan Arsitektural Romawi, menjadikan Masjid ini sebagai Masjid yang cukup menarik perhatian di kawasan tersebut.
Menara setinggi 50 meter dengan gaya Maroko melengkapi keindahan masjid ini. Seperti di sebutkan di awal tulisan ini bahwa dari puncak menara mesjid ini dapat dilihat dengan jelas kawasan pusat kota tua Konstantia serta kawasan pelabuhan hingga lepas pantainya. Dari menara ini di kumandangkan adzan lima kali sehari oleh muazin untuk panggilan sholat. Untuk mencapai puncaknya kita harus melewati 140 anak tangga.
Masjid Agung Konstantia merupakan tempat berkantornya Mufti Konstantia pemimpin bagi 55.000 komunitas muslim keturunan Turki dan Tatar yang tinggal di kawasan pantai kawasan Dobrudja tersebut. Ruang tengah mesjid ini di hiasi dengan indahnya karpet buatan Persia yang sangat terkenal itu dan sudah berumur lebih dari 200 tahun dan merupakan hadiah dari Sultan Abdul Hamid. Karpet tersebut merupakan salah satu karpet dengan ukuran terbesar di kawasan Eropa dengan ukuran 9 x 16 meter persegi, berbobot mencapai hingga 500 kg ( 1\2 ton ). Dan hingga kini Masjid Agung Konstantia atau Carol I Mosque menjadi pusat Islam di Rumania.
Daftar Pustaka
1. Freely, John. 2012. Istanbul: Kota Kekaisaran. Jakarta: Pustaka Alvabet
2. Hawting, G.R. (2000). The First Dynasty of Islam: The Umayyad Caliphate AD 661–750 (ed. 2nd). London, United Kingdom and New York City, New York: Routledge. ISBN 0-415-24072-7.
3. http://www.romaniatourism.com/arts.html#arts
4. http://id.bachelorstudies.com/Sarjana-S1/Rumania/
No comments:
Post a Comment