WIJAYANTI
1. Kemerdekaan Ethiopia
Satu-satunya kerajaan mayoritas penduduknya beragama nasrani dan bukan hasil civilization. Agama Nasrani aliran Koptik seperti halnya pada sebagian penduduk Mesir. Penduduknya semula Negro setelah kedatangan kaum Hamid bersamaan dengan waktu timbulnya Mesir kuno, pada sekitar 1000 SM lahirlah Negro Sudan. Hamid di desak Samid dan mendirikan Kerajaan Aksum. Pada abad ke-IV M datang penyebar Injil dari Siria sehingga Aksum menjadi Kerajaan Nasrani. Ketika kekuasaan Islam sejak abad VII M menyebar ke Asia Timur maupun utara, Kerajaan Maksum tetap tegak walaupun terkucil (Soepratignyo,1992:61).
Soepratignyo (1992:61) juga menjelaskan bahwa, salah seorang raja yang terkenal adalah Zagwe (1137-1270) yang meninggalkan bangunan gereja sebelas buah di tatah dari batu Lalibaba. Akhirnya Dinasti Manelik yang mengaku keturunan Nabi Sulaiman dan Ratu Sheba berhasil mempersatukan Ethiopia dengan pusatnya Adis Ababa.
Penggantinya Manelik II kedudukannya tambah kuat bahkan berhasil mengalahkan Italia dalam pertempuran di Adua (1896). Manelik mangkat pada 1913 di ganti putrinya Maharani Zauditu (1930), perdana menterinya Ras Takari Makonen. Setelah Zaiditu meninggal, pemerintahannya di ambil alih perdana menteri dan memproklamirkan sebagai Haile Selaissie. Pada 1931 menetapkan kerajaan berkonstitusi serta berundang-undang anti perbudakan. Tahun 1935 Italia menyerang dari Somalia dan memaksa Kaisar untuk mengungsi ke London. Ketika pecah Perang Dunia II pada 1941, Inggris mengusir Italia dari Somalia dan Ethiopia, sehingga Haile Selaissie II kembali ke singgasananya. Pada 1952, wilayah pesisir yang diduduki Italia, yaitu Eritrea di gabungkan dalam negara federasi Ethiopia (Soepragtinyo,1992:62).
Dengan alasan menegakkan demokrasi serta membagi tanah di bawah pimpinan Let. Kol. Mengistu Haile Mariam melakukan kudeta pada 1974. Pemerintahan di pimpin Dewan Pemerintahan Militer yang di sebut Dirgue dengan ketuanya Let. Kol. Mangistu dalam negara sosialis Marxis. Hal ini mendapat tentangan dari kaum oposisi, kaum dari kalangan sipil sehingga terjadi penangkapan maupun pembunuhan kepada mereka yang di anggap reaksioner (Soepragtinyo,1992:62).
Gangguan lain yaitu dari Eritrea yang ingin memisahkan diri serta penduduk ketururnan Somalia di Ogaden yang ingin bergabung dengan Somalia. Jadi Let. Kol. Mangistu yang dekat dengan blok Uni Soviet mendapat tantangan dari gerakan nasional Eritrea di utara dan Ogaden selatan. Tahun 1991 Mangistu jatuh di ganti pemerintahan sipil yang tantangannya lebih berat yaitu kelaparan akibat perang menindas gerakan "sparatis" dan sisa grombolan Marxis. Jatuhnya Mangistu karena tidak berhasil mengatasi kekacauan dan kelaparan di samping Uni Soviet dengan sistem komunisnya berantakan (Soepragtinyo,1992:62).
Soepragtinyo (1992:62) membabarkan bahwa, Ethiopia merupakan kerajaan yang bertahan lam merupakan sisa-sisa kejayaan Afrika. Terpengaruh subversive komunis kerajaan berantakan, tetapi hasilnya bukan kedamaian malah kekacauan karena "perang saudara" yang menimbulkan penderitaan.
2. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia
Ethiopia, dulu disebut Abyssinia, adalah bangsa merdeka tertua di Afrika. Ethiopia juga merupakan salah satu negara tertua didunia; konon Kaisar Ethiopia adalah keturunan dari putra Ratu Sheba dan Raja Salomo ( Nabi Sulaiman). Terletak di Afrika Timur, Ethiopia terletak didaerah yang dikenal sebagai Tanduk Afrika. Kaisar terakhir Ethiopia adalah Haile Selassie I. Dia digulingkan pada tahun 1974 dalam sebuah kudeta militer yang dipimpin oleh perwira tentara komunis. Tahun berikutnya, raja berusia 83 tahun itu dibunuh atas perintah penguasa baru. Rezim ini memerintah Ethiopia dengan tangan besi sampai tahun 1991, ketika digulingkan oleh pasukan pemberontak. Sejak saat itu, para pemimpin Ethiopia harus berhadapan dengan negerinya yang hancur oleh kelaparan, perang saudara, dan hilangnya wilayah utara, Eritrea.
Medan Ethiopia yang sangat kasar telah mengisolasi banyak orang dan sering kali malah melestarikan cara hidup dan bahasa kuno mereka. Ada tiga kelompok utama di Ethiopia, yakni orang Oromo, Amhara, dan Tigray. Nenek moyang orang Amhara dan Tigray berasal dari Arab Selatan. Mereka umumnya berkulit gelap dan berpustur ramping. Mereka mendiami bagian utara negara itu. Ada juga sejumlah orang berkulit hitam Nilotik dan nomaden Somalia. Orang Somalia hidup terutama diwilayah Ogaden di tenggara Ethiopia. Selama berabad-abad, keluarga penguasa Ethiopia berasal dari suku Amhara. Sampai tahun 1974, bahasa Amhar adalah bahasa resmi Ethiopia. Saat ini bahas utama Ethiopia selain Amhar adalah bahasa Tigrinya, Gillinya, dan Arab. Bahasa Amhar berasal dari bahasa Semit kuno yang disebut Ge'ez dan digunakan dalam peribadatan Gereja Ortodoks Ethiopia.
Sekitar 45 persen dari penduduk Ethiopia adalah orang Kristen, dan sekitar 45 persennya Muslim. Sebagian besar sisinya mengikuti keyakinan agama tradisional Afrika kuno. Ada segelintir orang Yahudi Ethiopia (kadang-kadang disebut Falasha) di negara itu sampai tahun 1991, ketika 17.000 orang terakhir diungsikan ke Israel. Kebanyakan orang Ethiopia tinggal di wilayah pedesaan dan mencari nafkah sebagai petani atau pengembala ternak. Rumah khas desa terbuat dari lumpur, denga jeremi dan lantai tanah. Beberapa rumah terbuat dari batu, atau plester diatas kayu, dengan atap seng.
Hidup terasa sangat sulit bagi sebagian besar orang Ethiopia. Untuk bercocok tanam di sepetak tanah saja, mereka harus bekerja keras dari pagi sampai petang, tujuh hari dalam seminggu. Hanya sedikit orang yang mampu membeli lembu atau hewan pembantu petani lain. Jadi mereka harus menarik bajak sendiri, biasanya di bantu oleh anak-anak. Di rumah, para wanita memberi makan keluarga mereka, merawat anak-anak kecil, menyediakan semua kebutuhan rumah tangga, dan menunggu suami dan anak laki-lakinya.
Makanan pokok orang Ethiopia adalah injera, roti seperti pancake besar, yang biasanya dimakan dengan ayam atau kambing rebus serta saus yang sangat pedas. Talla, bir yang terbuat dari barley, dan tejj, anggur yang terbuat dari fermentasi madu, disajikan bersama makanan. Pakaian tradisional Ethiopia adalah shamma, selendang putih besar, kadang-kadang dihiasi dengan bordir dan dikenakan menutupi bahu dan lengan. Dibawah shamma, pria dapat mengenakan celana pendek atau celana panjang putih ketat dan kemeja putih, sementara wanita biasanya memakai gaun putih longgar panjang. Di kota-kota, laki-laki sering memakai pakaian bergaya Eropa. Tapi kebanyakan wanita lebih suka mengenakan shamma.
Ethiopia memiliki pemandangan yang bervariasi, yang naik dari bawah permukaan laut hingga mencapai ketinggian lebih dari 4.600 meter. Sekitar dua pertiga tanahnya terdiri atas dataran tinggi yang diselingi lembah dan pegunungan bersisi curam. Great Rift Valley, lahan cekung dalam yang membentang melalui Afrika Timur, membagi Ethiopia menjadi dua begian. Rawa dan hutan di barat daya kontras dengan padang pasir di utara dan tenggara.
Danau Tana di barat laut Ethiopia adalah danau terbesar di negara ini. Jaringan danau kecil membentang dari Addis Ababa, ibukota Ethiopia, ke negara tetangga, Kenya, di barat daya. Sungai Nil Biru, yang di kenal di Ethiopia sebagai Abbai, bermula dari dataran tinggi barat laut dan mengalir ke Danau Tana. Sungai ini menciptakan Air Terjun Nil Biru, salah satu pemandangan paling megah di negara ini. Air terjun ini disebut juga Tisisat, atau "asap api" karena kabut yang ditimbulkannya seperti api.
Iklim Ethiopia bervariasi menurut elevasinya. Dataran rendah sangat panas, dengan suhu sekitar sering terjadi di sepanjang Laut Merah. Namun, dataran tinggi tengah memiliki iklim moderat. Kebanyakan hujan turun antara bulan Juni dan September. Tpi hujan tidak menentu dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1992-1993, Ethiopia menderita kekeringan terburuk sepanjang abad ini. Beberapa sumberdaya mineral telah ditemukan dalam berbagai jumlah, meskipun Ethiopia diyakini memiliki simpanan mineral yang belum dimanfaatkan. Ada cadanga kecil di platinum dan kalium (di gunakan dalam pembuatan pupuk). Beberapa emas juga di tambang di sini. Hutan, yang pernah menutupi lebih dari seperempat wilayah Ethiopia, telah jauh berkurang. Hilangnya kawasan hutan, bersama dengan praktek penebangan pohon untuk bahan bakar, telah menyebabkan erosi tanah yang luas.
Pertanian telah lama menjadi dasar ekonomo Ethiopia. Tanaman komersial yang paling penting adalah kopi, yang menyumbang 60 persen dari pendapatan ekspor. Kata "coffe" pada kenyataannya, di duga berasal dari Kaffa, wilayah di barat daya Ethiopia di mana sebagian besar kopi nasional di produksi. Tanaman pangan utama meliputi teff, barley, jagung, sorgum, kacang polong, kacang-kacangan, lentil, dan minyak biji. Teff adalah biji-bijian sereal yang menjadi bahan pembuatan injera. Tabu dan buah-buahan tropis tumbuh di dataran rendah.
Tahun kekeringan dan perang saudara berperan besar dalam menghancurkan sebagian besar pertanian di negara itu, termasuk ternak sapi yang besar, dahulu terbesar di Afrika. Kelaparan menjadi penyebab kematian jutaan warga Ethiopia. Jutaan orang lainnya mengungsi ke kamp-kamp pengungsian, di mana organisasi internasional menyediakan makanan darurat dan bantuan medis.
Pengolahan produk pertanian adalah indusrti utama Ethiopia. Industri pengolahan hasil ternak meliputi daging kalengan, kulit, dan alas kaki dari kulit. Produk industri lainnya antara lain tekstil, semen, pulp kayu, dan barang pecah belah. Kebanyakan orang tinggal jauh dari jalanan dan biasanya melakukan perjalanan dengan jalan kaki. Di daerah pedesaan, keledai merupakan sarana transportasi penting. Ethiopia memiliki dua jalur rel kereta api utama. Ethiopia Airlines terbang ke negara-negara tetangga serta ke Eropa dan Asia.
3. Hubungan dengan Indonesia
1. Bidang politik
Kondisi umum:
Masih adanya konflik internal berupa aksis separatisme di dalam negeri, dan konflik perbatasan dengan Eritrea serta adanya ancaman stabilitas regional akibat konflik di negara tetangga (Somalia dan Sudan). Secara umum, Indonesia memandang Ethiopia sangat penting dalam mendukung kepentingan RI sehubungan peranannya secara geopolitik dan geostrategis dalam menjaga stabilitas kawasan. Hal ini mengingat Addis Ababa menjadi tuan ruamh dari markas dua organisasi regional terbesar, yakni African Union dan United Nations Economic Commission on Africa (UNECA), selain beberapa badan dunia, seperti UNDP, FAO, ILO, Palang Merah Internasional, dan lain-lain. Dengan demikian, tentunya Ethiopia merupakan salah satu negara dengan jumlah perwakilan asing yang tebanyak di Afrika dan ini menjadikannya sebagai tempat yang strategis bagi dunia diplomasi dan hubungan internasional. Ethiopia juga aktif dalam memberikan konstribusi dalam upaya penciptaan dan penjagaan perdamaian di Afrika, antara lain melalui keputusan untuk mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Sudan untuk membantu misi UNAMID (United Nations-African Union Mission in Darfur-2008), Burundi dalam AMIB (African Mission in Burundi-Somalia), Rwanda, Liberia, Somalia.
Ethiopia aktif dalam memberikan sumbangsih terhadap IGAD (Inter-Goverment for African Development), sebuah forym yang diabdikan untuk mempromosikan kerjasama dalam pembangunan, perdamaian dan kesejahteraan Afrika. Ethiopia juga memandang peran penting Indonesia, khususnya dalam mendukung kepentingan negara berkembang di forum kerjasama GNB dan Asia-Afrika. Ethiopia mengharapkan kerjasama dengan Indonesia dapat lebih di tingkatkan, khususnya peran penting Indonesia saat ini sebagai anggota DK-PBB dan Dewan HAM.
2. Hubungan diplomatik
Hubungan bilateral RI-Ethiopia yang mulai dirintis sejak tahun 1961, mulai di laksankan secara formal dengan pembukaan Kedubes RI di Addis Ababa tahun 1964. Sedangkan Ethiopia menunjuk Kedubesnya di Tokyo sebagai Perwakilan akreditasi Indonesia sejak tahun 1978. Sejak tahun 2002, Ethiopia telah berkeinginan membuka kedubesnya di Jakarta, namun sampai saat ini belum dapat terealisasi, dengan alasan financial. Perkembangan hubungan kerjasama kedua negara, khususnya di bidang politik mengalami pasang surut. Setelah mengalami hubungan baik pada masa Pemerintahan Kaisar Haile Sellaise, hubgan RI-Ethiopia mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Kol. Mangestu (Derg) akibat sikap vokal Ethiopia yang anti RI pada masalah Timtim di forum internasional seperti PBB dan GNB. Namun, sejak pemerintahan baru Ethiopia di bawah pimpinan PM Meles Zenewi, hubungan RI-Ethiopia mengalami perkembangan positif hingga saat ini.
3. Ekonomi dan Perdagangan
Di bidang ekonomi, walaupun dari segi volume perdagangan kedua negara masih relatif kecil, namun memiliki peluang besar untuk lebih di tingkatkan. Dalam kurung waktu satu tahun terakhir, nilai ekspor Indonesia tetap mampu bertahan meskipun kondisi perekonomian Ethiopia saat ini mengalami tekanan cukup berat akibat kenaikan harga BBM dunia, tingginya defisit perdagangan (lebih dari U$ 4,5 Miliar), dan tingginya tingkat inflasi (lebih dari 20%). Dalam tahun 2007, ekspor dan impor Indonesia mencapai sebesar U$ 69 juta dan U$ 1,1 juta, atau relatif sama di bandingkan tahun 2006, dengan ekspor sebesar U$ 69,4 juta dan impor U$ 2 juta. Namun di bandingkan tahun 2005, nilai ekspor Indonesia tersebut mengalami peningkatan 23,3%, dengan surplus tetap berada di pihak Indonesia. Nilai ekspor Indonesia di maksud tampaknya akan lebih besar sekiranya permintaan impor semen dari pemerintah Ethiopia sebesar 1 juta ton dari Indonesia pada tahun 2007 lalu dapat di penuhi.
Tingginya peluang ekspor Indonesia ke Ethiopia tersebut juga tercermin dari tercapainya kontrak dagang antara pengusaha Ethiopia dalam Pameran Produk Ekspor Indonesia tahun 2007 yang telah menembus angka U$ 1,9 juta, dan mendudukkan Ethiopia sebagai negara buyer Afrika terbesar selama pameran. Berkenaan dengan performance produks ekspor Indonesia sendiri, terdapat 6 jenis produk ekspor unggulan Indonesia ke Ethiopia selama tahun 2007, yakni produk elektronika, sabun dan deterjen, kertas dan buku, ban kendaraan, tekstil dan furnitur kayu. Kedua negara saat ini sedang menjajaki kerjasama Persetujuan KSET (Kerjasama Ekonomi dan Teknik).
DAFTAR PUSTAKA
· Soepragtinyo.1992.Sejarah Afrika Tinjauan Umum dan Dilema Perjuangan.Malang:IKIP Malang
· http://kembangpete.com/2014/08/14/profil-lengkap-negara-ethiopia/
· http://www.indonesia-addis.org.et/kbri%20addis%20ababa_011.htm
No comments:
Post a Comment