SEJARAH KOLONI AUSTRALIA SELATAN BESERTA GUBERNUR JENDERAL YANG MEMIMPIN

Anisa Mutiara Priyadi/S.Australia

Australia Selatan adalah sebuah negara bagian Australia yang beribu kota di Adelaide. Negara bagian ini memiliki luas wilayah daratan 983.432 km2. Sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pesisir dan sepanjang Sungai Murray. Sebelum bergabung dengan Persemakmuran Australia pada 1901, wilayah ini berstatus sebuah provinsi Britania Raya. Sebagian besar tanah-tanah di Australia Selatan digunakan untuk pertanian.

Sejarah Australia Selatan tidak lepas dari peran seorang tokoh bernama Edward  Gibbon Wakefield. Tokoh tersebut mengungkapkan gagasannya tentang pembangunan sebuah koloni berdasarkan pemikirannya. Ia menulis sebuah buku berjudul A Letter from sydney dalam sebuah ruang penjara Newton di London. Buku ini diterbitkan tahun 1829.[1]
Sekitar tahun 1830, Wakefield keluar dari penjara dan berhubungan dengan beberapa orang yang berpengaruh dalam rencananya. Orang-orang bersedia mengikuti rencana pembukaan koloni karena keadaan yang buruk pada waktu itu di Inggris. Gaji rendah, lapangan pekerjaan jarang, dan makanan mahal. Banyak orang berfikir bahwa alangkah baiknya kalau ada cara untuk membawa keluar orang-orang dari negeri yang sudah terlalu padat itu. Teori Wakefield dikemukakan secara dua butir yaitu :
  1. Tanah di koloni baru itu hendaknya dijual dengan harga yang cukup mahal (istilah yang digunakan adalah sufficient price), sehingga seorang imigran pekerja tidak mudah membelinya. Uang hasil penjualan tanah tersebut hendaknya digunakan untuk mengongkosi migrasi penduduk ke koloni baru tersebut dalam rangka menjamin tersedianya tenaga kerja di koloni itu.
  2. Tanah hendaknya dijual dalam partai besar; Bereson dan Rosenblat (1979) menyebut "thirty-hectare sections," dan dibayar tunai lewat suatu lelang.
Satu lagi ide Wakefield yang perlu dicatat karena mempunyai pengaruh besar dalam  rangka pembentukan dan pembinaan koloni baru. Ia mengatakan bahawa semua Koloni itu harus sesegera mungkin diberikan status pemerintahan sendiri. Keistimewaan idenya ini karena ia telah berpikir lebih jauh dari orang lain. Pada saat itu hampir semua orang berpikir bahwa koloni-koloni yang mempunyai kepemerintahan sendiri suatu saat akan memisahkan diri dari induknya.[2]
Pada saat itu baru saja datang berita tentang perjalanan Sturt ke daerah Sungai Murray. Sturt mengungkapkan tentang adanya tanah yang baik didekat muara sungai Murray. Para pengikut Wakefield sangat tertarik pada berita ini, lalu mereka pergi menghadap pemerintah agar diperkenankan berangkat dan menghuni daerah itu. Akan tetapi pemerintah menolak dengan alasan akan memakan biaya mahal, dan mengingat pengalaman di Australia Barat.
Selanjutnya suatu Perhimpunan Australia Selatan dibentuk dan dilakukan pendekatan terhadap pemerintah. Dalam tahun 1834 parlemen mengeluarkan satu undang-undang yang memotong 300.000 mil persegi wilayah New South Wales untuk mendirikan koloni Australia Selatan. Namun untuk pendirian koloni baru ini, pemerintah tidak bersedia memikul biaya. Biaya untuk itu diusahakan oleh suatu Dewan Komisaris yang juga bertugas mengawasi penjualan tanah.
Para pengikut Wakefield berangkat dalam sebuah ekspedisi menuju Australia Selatan pada tahun 1836. Ekspedisi ini berangkat secara swadaya dalam bendera Kongsi Australia Selatan. Rombongan ini tiba di Pulau Kangaroo pada bulan Juli 1836. Pulau ini dianggap kurang cocok untuk dikembangkan sebagai wilayah pemukiman sehinga kongsi ini kemudian mencari daerah lain dan menemukan sebuah wilayah yang sekarang dikenal sebagai Adelaide. Pemberian nama Adelaide diambil dari nama istri Raja Inggris William IV.
Kapten Hindmarsh ditugaskan oleh kerajaan Inggris sebagai Gubernur Jenderal Australia Selatan yang pertama. Selain Gubernur Jenderal terdapat pula Komisaris Residen yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris, sehingga terjadi dualisme kekuasaan di Australia Selatan. Untuk mengatasi situasi tersebut, Pemerintah Inggris memanggil pulang kedua pejabat tersebut dan kemudian menugaskan Kolonel Gawler sebagai Gubernur Jenderal Australia Selatan yang kedua.[3]
Ketika Gawler tiba di Australia Selatan, kondisi koloni tersebut ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Wakefield dalam teorinya. Kas koloni sangat sedikit, hanya ada beberapa hewan ternak, dan tidak banyak lahan pertanian yang dikembangkan. Hal ini terjadi karena para pendatang baru yang membeli tanah di Australia Selatan tidak mengembangkan lahan tersebut sebagai lahan pertanian, melainkan menjualnya kembali kepada pendatang lain yang baru datang dengan mengambil keuntungan. Setelah menjualnya, mereka akan membeli tanah lagi yang lebih luas, lalu menjualnya lagi ke pendatang baru dengan harga yang lebih tinggi. Pendatang kedua mengikuti jejak pendatang pertama tersebut, demikian juga dengan pendatang ketiga dan seterusnya. Hal ini menjadikan mereka spekulan-spekulan tanah, bukan lagi menjadi petani atau peternak. Bahkan kongsi Australia Selatan yang dibentuk untuk melakukan kolonialisasi disana, tidak lama kemudian berubah dari promotor kolonialisasi menjadi spekulan tanah. Praktek-praktek seperti ini sering juga disebut "a land boom" yang diseluruh koloni Australia selalu menimbulkan kerusakan yang sukar dihentikan.
Pengembangan lahan yang diharapkan dalam teori Wakefield tidak terjadi di Australia Selatan, yang ada hanyalah para spekulan tanah yang berusaha mengambil keuntungan dari penjualan tanah kepada imigran baru yang datang. Jarang sekali terdapat pemilik lahan yang mengembangkan tanahnya sebagai lahan pertanian sehingga terjadi kelangkaan bahan pangan di Australia Selatan.
Tanpa ada perkebunan yang berjalan, para imigran pekerja  tidak akan mendapatkan pekerjaan. Mereka berkelompok di Adelaide di depan kantor gubernur, menuntut makanan serta kepentingan kemanusiaan lainnya. Harus pula diingat bahwa makanan pada waktu itu sukar didapat di sana karena pertanian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Koloni ini terpaksa mendatangkan bahan makanan dari New South Wales dan Tasmania dengan menggunakan uang dari kas koloni. Akibatnya Australia Selatan mengalami krisis keuangan sehingga Gubernur Gawler tidak bisa menjalankan kebijakan pembangunan apa pun pada masa awal pemerintahannya.
Sebagai solusi dari masalah ini, Gawler memerintahkan para pekerja untuk membangun fasilitas umum seperti jalan, jembatan, dan dermaga. Gawler membayar mereka dengan sebuah surat perjanjian tertulis yang dapat berfungsi sebagai alat tukar dalam transaksi keuangan. Para pekerja yang memegang surat tersebut dapat menggunakannya sebagai alat pembayaran pada toko-toko bahan makanan. Selanjutnya toko-toko tersebut dijanjikan dapat menukarnya dengan uang jika menyerahkannya pada Dewan Komisaris. namun ternyata Dewan Komisaris maupun Pemerintah Inggris tidak bersedia membayar surat tersebut.[4]
Kegagalan Gawler ini mengakhiri pengawasan dewan komisaris dan suatu undang-undang yang baru yang berisi pembentukan suatu pemerintahan yang lebih baik undang-undang ini dikeluarkan pada tahun 1842 yang menempatkan Australia Selatan sama dengan koloni yang lain, suatu koloni yang dalam ketatanegaraan inggris biasa disebut Crorn Colony.
Ketika kemelut keuangan tersebut belum terselesaikan, pemerintah Inggris menugaskan George Grey sebagai Gubernur Jenderal Australia menggantikan Gawler. Ketika George Grey tiba ia menerima koloni ini sudah dalam keadaan bangkrut, Grey berusaha memperbaiki keadaan koloni itu dengan tindakan yang tergolong berani misalnya mengurangi gaji pegawai dalam rangka penghematan, akan tetapi usaha yang dilakuan Grey sia-sia apabila pemerintah Inggris tidak bersedia untuk membayar semua bill pada masa pemerintahan Gawler. Atas bujukan dan janji Grey akhirnya pemerintah Inggris bersedia untuk membayar semua bill senilai 200.000 poundsterling. Penyelesaian masalah ini mengembalikan kepercayaan para warga koloni kepada pemerintah sehingga kemudian pembangunan di koloni Australia Selatan berjalan lancar.[5]
Setelah masalah bill terselesaikan timbulah kepercayaan dan melaksanakan anjuran-anjuran gubernur sehingga pertania mulai berkembang demikian pula dengan peternakan yang berada di sepanjang sungai Murray. Dalam usaha untuk memajukan daerah koloninya Grey tertolong karena penemuan tambang- tembaga di Kapunda, 80 kilometer di sebelah utara Adelaide pada tahun 1842, kemudian ditemukan lagi tambang- tembaga di Burra-Burra. Penemuan ini menyebabkan ledakan tambang di Australia Selatan sebelum gold rush di New South Wales dan Victoria. Tambang di Burra-Burra terbukti sangat menguntungkan. Suatu perusahaan yang membayar £ 10.000 untuk tambang tersebut, dalam waktu enam tahun memperoleh keuntungan sebesar £ 400.000. Sejak saat itu Australia Selatan mampu membiayai seluruh kegiatannya dan dengan demikian janji Grey menjadikan koloni itu berswasembada telah terpenuhi.
Grey mengakhiri masa pemerintahannya di Australia Selatan ketika ia diangkat menjadi Gubernur di New Zealand. Pada saat itu terjadi perlawanan keras dari bangsa Maori terhadap kekuasaan Inggris di sana. Ketegaran, kebijaksanaan, serta keberhasilan pemerintahannya, menyebabkan ia mendapat pujian dari Perdana Menteri Inggris sebagaimana diungkapkan di depan Majelis Rendah dengan mengatakan "I must say that in four or five years of his administration he has solved the problem with a degree of energy and success which could hardly have been expected from any one. He has extricated the colony and gained the good will of both settlers and aboriginals." [3]
Pengganti dari Jenderal  Grey adalah Letnan Kolonel Frederik Robe Holt yang menjabat mulai tanggal 25 Oktober 1845. Dia berusaha menegakkan peraturan yang menguntungkan pemerintah Inggris terkait dengan hasil tambang mineral di Australia Selatan, namun upaya ini ditolak oleh Dewan Legislatif Australia Selatan. Upaya yang dilakukannya untuk memasukkan unsur agama dalam pemerintahan koloni Australia Selatan juga ditolak oleh Dewan tersebut. Mulai tanggal 2 Agustus 1848 Frederik Holt dibebastugaskan dari jabatan Gubernur Jenderal Australia Selatan kemudian bertugas di Mauritius.
Jabatan selanjutnya dipegang oleh Sir Henry Fox Young. Ia menjabat sampai tanggal 20 Desember 1854. Pada masa pemerintahannya, untuk pertama kalinya Australia Selatan memiliki sebuah parlemen formal dengan nama South Australian House of Assembly  dengan jumlah 36 anggota. Pada tahun 1853, ia membangun rel kereta api untuk memudahkan transportasi dari pelabuhan sungai Goolwa menuju Port Elliot.
Gubernur Jenderal selanjutnya yaitu Sir Richard Groves Mc. Donnell yang menjabat mulai tanggal 8 Juini 1855 sampai 4 Maret 1862. Pada awal pemerintahannya ia mengalami masalah pengangguran sebanyak 800 imigran pendatang yang semuanya wanita. Mc Donnell mengatasi masalah ini dengan membatasi jumlah pendatang wanita pada masa selanjutnya. Kebijakan penting lainnya adalah pemisahan wewenang antara parlemen dan Gubernur Jenderal melalui sebuah konstitusi yang disetujui oleh parlemen Inggris pada tanggal 24 Juni 1856.
Gubernur selanjutnya yaitu Sir Dominick Daly yang menjabat sampai ia meninggal di Adelaide pada tanggal 19 Februari 1868. Tak banyak catatan penting selama pemerintahannya. Ia kemudian digantikan oleh Sir James Ferggusson yang memerintah sampai tanggal 18 April 1873. Dia berasal dari keluarga militer Inggris.  Gubernur Jenderal yang selanjutnya yaitu Sir Anthony Musgrave. Ia banyak membuat kebijakan-kebijakan penting, antara lain adalah pengajuan pinjaman untuk pembangunan rel kereta api, kenaikan pajak, dan pengembangan pemukiman sampai ke pedalaman Australia Selatan.
Kemudian pada tanggal 29 Januari 1877 ia digantikan oleh William Jervois. Catatan penting selama pemerintahan William adalah keberhasilannya bersama dengan Letnan Kolonel Peter Scratchley merancang sebuah sistem pertahanan koloni yang kemudian diterapkan secara luas di Australia Selatan dan Selandia Baru pada tahun 1877. Sistem tersebut dikenal dengan sistem pertahanan Jervois-Scratchley.
Gubernur selanjutnya yaitu Sir William Robinson. Ia menerapkan sistem pajak tanah pada tahun 1884. Jabatan selanjutnya dipegang oleh Earl Kintore. Pada masa pemerintahannya ia dihadapi pada masalah pemogokan buruh tambang yang terjadi pada tahun 1890 dan 1892. Kemudian ia menyelesaikan masalah tersebut pada tahun 1893 melalui reformasi birokrasi. Pada tanggal 10 April 1895 ia mengakhiri jabatannya. Yang kemudian digantikan oleh Sir Thomas Buxton. Thomas adalah seorang Humanis yang peduli terhadap Hak Asasi Manusia masyarakat Australia Selatan, termasuk warga suku aborigin. Pada masa pemerintahannya banyak dibangun fasilitas kesehatan. Pada tanggal 29 Maret 1899 Thomas Buxton digantikan oleh Lord Tennyson sampai tanggal 17 Juli 1902. Pemerintahannya melakukan kebijakan efisiensi keuangan.[1]
Tanah-tanah di Australia Selatan telah dibuka untuk pertanian jauh lebih dahulu dibandingkan dengan New South Wales atau Victoria, karena para squatter tidak berhasil memperoleh pengawasan atas padang rumput penggembalaan. Ketika terjadi pertambahan penduduk secara dramatis di New South Wales dan Victoria dalam tahun 1850-an, Australia Selatan menjadi pemasok utama bahan makanan untuk kedua koloni itu.
 Ketika pemerintah Inggris mengeluarkan Australian Colonies Geverment Act Australi Selatan juga turut mempersiapkan diri untuk menyusun pemerintahan sendiri. Usaha ini dimulai sejak tahun 1853, namun baru dapat berlaku secara efektif sejak tahun 1856. Daerah pemukiman meluas dari hanya sekitar Adelaide saja. Namun perluasan pemukiman itu dibatasi oleh kondisi alam Australia Selatan yang sebagian besar terdiri dari gurun pasir atau semi gurun pasir dengan curah hujan sangat rendah. Dalam kaitan ini, Surveyor-General Goyder pada tahun 1865 menetapkan bahwa batas daerah pertanian yang aman hanya sejauh 150 kilo meter di sebelah utara Adelaide. Diluar daerah itu sudah mulai terbentang semi gurun pasir. Oleh karena itu pertumbuhan koloni itu terutama terbatas di bagian tenggara saja.

DAFTAR PUSTAKA :
[1] Santoso,Andayani Anik,Sejarah Australia dan Oceania,Penerbit Unipress IKIP:Surabaya
[3] Siboro J, 1989, Sejarah Australia, Penerbit Tarsito : Bandung.

No comments:

Post a Comment