Pesta P Manurung
A. Latar Belakang
Pemboman Nagasaki dan Hirosima
oleh sekutu secara tidak langsung membawa dampak yang sangat besar terhadap
negara Indonesia. Melalui pemboman tersebut membuat negara Indonesia mengalami
kekosongan kekuasaan, dan menjadi momentum yang baik bagi Indonesia. Momentum
tersebut digunakan secapat mungkin dan membuat momentum tersebut menjadi
sesuatu yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada saat kekosongan
kekuasaan tersebutlah masayarakat Indonesia berserta pejuang-pejuang negara
memproklamirkan kemerdekaan negara ini.
Kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 yang diproklamirkan dijalan pegangsaan timur no 56 di Jakarta Selatan meresmikan negara Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang pada saat itu proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dan mulai saat itulah negara Indonesia menjadi negara merdeka dan lepas dari penjajah.
Namun pada saat itu ibarat sebuah rumah tangga yang baru nikah, Indonesia membangun disemua lini, mulai dari pertahanan, pendidikan dan kesehatan. Dan pada saat itu negara Indonesia belum kuat karena masih baru membangun dan menyusun system pemerintahan. Dan negara belanda yang dulunya pernah menjajah Indonesia berniat untuk menduduki Indonesia lagi. Mereka melakukan beberapa taktik yang jauh sebelumnya juga dilakukan oleh Belanda taktik tersebut adalah membuat janji yang enak didenganr. Namun belanda yang hobby ingkar janji melakukan hal yang sama juga pada saat palagan ambarawa ini. Bagaimana tujuan awal mereka yang hanya untuk membebaskan orang belanda yang menjadi tawanan Jepang. Namun pada kenyataannya mereka melanggar perjanjian karena justru mereka mempersenjatai tawanan tersebut.
B. ISI
Palagan ambarawa adalah sebuah
peristiwa perlawanan rakyat terhadap sekutu yang tejadi di ambarawa, sebelah
selatan semarang, jawa tengah. Pertempuran ambarawa ini berlangsung selama
empat hari mulai tanggal 12-15 desember 1945. Semangat juang pasukan TKR
menjadi penentu kemenangan dalam melawan musuh, pertempuran ini diawali
kedatangan tentara sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Mereka
datang untuk mengurus tawanan perang.
Pihak sekutu berjanji tidak akan
menggangu kedaulatan RI. Pihak Indonesia memperkenankan mereka masuk ke wilayah
RI untuk mengurus masalah tawanan perang bangsa belanda yang berada di penjara
Magelang dan Ambarawa. Setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Jawa tengah
Mr. Wongsosonegoro untuk melaksanakan misinya dengan catatan tidak mengganggu
kedaulatan RI, maka tentara sekutu kemudian bergerak masuk ke Magelang dan
Ambarawa. [1]
Namun ternyata sekutu di boncengi
oleh NICA yang mempersenjatai bekas tawanan itu. Kejadian itu meluas menjadi
pertempuran setelah pasukan sekutu membebaskan para interniran Belanda di
Magelang dan Ambarawa. Dalam melaksanakan misinya ternyata tentara Sekutu
melampaui batas kewenangannya sehingga mengganggu kedaulatan Negara Republik
Indonesia. Mereka membebaskan dan mempersenjatai para bekas tawanan perang
Belanda dan bertindak sewenang – wenang terhadap rakyat, sehingga menimbulkan
amarah rakyat Indonesia. Insiden bersenjatapun timbul di kota Magelang hingga
menjadi pertempuran.
Pada tanggal 26 Oktober 1945,
terjadi insiden di kota Magelang yang berkembang menjadi pertempuran pasukan
TKR dengan pasukan gabungan sekutu Inggris dan NICA. Insiden itu berhenti
setelah presiden Soekarno dan brigadier Jenderal bethel datang ke Magelang
tanggal 2 November 1945. Mereka mengadakan gencatan senjata dan memperoleh kata
sepakat yang dituangkan dalam 12 pasal , naskah persetujuan itu diantaranya
berisikan:
- Pihak sekutu akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi APWI ( Allied prisioners war and interneers atau tawanan perang dan interniran sekutu).
- Jalan Ambarawa Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia-Sekutu.
- Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawahnya.
Pihak sekutu ternyata mengingkari
janjinya. Pada tanggal 20 November, di Ambarawa pecah pertempuran antara
pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Sumarto dan tentara sekutu. Pada tanggal 21
November, pasukan sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa. Namun
tanggal 22 November 1945, pertempuran berkobar di dalam kota, dan pasukan
sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar
Ambarawa. [2]
Pasukan TKR bersama-sama dengan
pasukan pemuda dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura bertahan di kuburan
Belanda, sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta Api dan membelah
kota Ambarawa. Sementara itu dari arah Magelang, pasukan TKR dan divisi V/
Purwokerto dibawah pimpinan Imam Androngi melakukan serangan fajar pada tanggal
21 November 1945, dan berhasil menduduki desa pingit dan desa-desa sekitarnya
yang sebelumnya diduduki oleh Sekutu.
Batalyon Imam Androngi meneruskan
gerak pengajarannya disusul tiga batalyon dari Yogyakarta, yaitu Batalyon 10
divisi III dibawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalyon 8 dibawah pimpinan
sardjono dan batalyon sugeng. Akhirnya musuh terkepung. Walaupun demikian,
pasukan musuh mencoba mematahkan pengepungan dengan mengancam kedudukan pasukan
dari belakang dengan tank-tanknya. Untuk menghindari jatuhnya korban, pasukan
mundur ke Bendano. Dengan bantuan resimen yang kedua yang dipimpin oleh M
Sarbibi daari Yogyakarta, gerakan musug berhasil ditahan di desa Jambu. [3]
Para komandan pasukan kemudian
mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin oleh colonel Holland Iskandar. Rapat
itu menghasilkan pembentukan komando yang disebut markas pimpinan pertempuran
dan bertempat di Magelang. Sejak itu, Ambarawa dibagi menjadi empat sector,
yaitu sector selatan, sector utara, sector barat, dan sector timur. Pada
tanggal 26 November 1945, pimpinan pasukan TKR dari Purwokerto, yaitu Letnan
Kolonel Isdimin, gugur dan digantikan oleh kolonel Soedirman. Situasi
pertempuran menguntungkan pasukan TKR. Pasukan Inggris terusir dari Banyubiru
pada tanggal 5 Desember 1945, yang merupakan garis pertahanan terdepan.
Pada tanggal 11 Desember 1945,
kolonel Soedirman mengambil prakarsa untuk mengumpulkan masing-masing komandan
sector. Dan colonel soedirman memberikan intruksi sebagai berikut:
"Ambarawa harus kita rebut dengan
serangan serentak Karena Ambarawa merupakan kunci bagi mereka untuk menguasai
seluruh Jawa tengah dan Jogjakarta. Ini akan membahayakan posisi Republik. Kita
akui terus terang bahwa kita kurang kuat dalam persenjataan kita. Tetapi
keadaan semacam ini tidak menghambat kita, atau mengurangi hasrat kita untuk
mempertahankan negara kita. Kami sudah menentukan suatu siasat, yaitu
pendadakan serentak dengan taktik Mangkara Yudha atau Supit Urang.Komandan
penyerangan dipegang oleh komandan sektor TKR. Pasukan pasukan dari badan
perjuangan sebagai barisan belakang. Serangan dimulai besok pagi pukul 04.30.
Selamat berjuang, Allah SWT bersama kita, Amin. Merdeka ! ".
Taktik Mangkara Yudha atau Supit
Urang merupakan tata yudha klasik yang pernah digelar pada jaman Majapahit,
kemudian digelar kembali oleh Kolonel Soedirman untuk mengusir Sekutu dari
Ambarawa.
Akhirnya, colonel Soedirman
mengambil suatu kesimpulan bahwa pasukan musuh telah terjepit. Dan untuk itu,
perlu dilaksanakan serangan terakhir. Serangan direncanakan pada tanggal 12
Desember 1945 pukul 04:30, yang dipimpin oleh masing-masing komandan yang akan
melakukan serangan secara mendadak dari semua sector. Adapun keberadaan
badan-badan perjuangan dapat menjadi tenaga cadangan.
Prajurit-prajurit kita yang gagah
perkasa terus maju dari segenap penjuru, bagai banteng ketaton patriot-patriot
itu terus menyerbu menerkam musuh, menggagahi tank-tank dan ranjau-ranjau
sambil menembus hujan peluru senjata musuh dengan tekad bulat "Rawe-rawe
rantas malang –malang putung "membebaskan kota Ambarawa atau gugur sebagai
bangsa. [4]
Pasukan-pasukan yang mendapat
perintah menguasai jalan besar Ambarawa – Semarang telah berhasil melaksanakan
tugasnya dengan baik. Jalan itupun kemudian dipertahankan agar pengepungan atas
musuh dalam kota Ambarawa dapat dilaksanakan dengan sempurna. Pasukan- pasukan
itupun kemudian memasang barikade-barikade serta menerjang setiap konvoi musuh
yang pergi dan datang dari arah Ambarawa - Semarang.
Satu setengah jam dari awal
penyerbuan, pasukan-pasukan kita sudah berhasil menghimpit dan mengepung musuh
di dalam kota Ambarawa. Bagi Sekutu ( Inggris ) hanya tinggal satu jalan ke
luar, yaitu jalan besar Ambarawa-Semarang. Pergelaran serangan umum di Ambarawa
itu berupa pendobrakan oleh pasukan-pasukan pemukul dari arah selatan dan barat
ke timur menuju ke arah Semarang. Bersamaan dengan pendobrakan tersebut,
diikuti gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya
gerakan "Supit Urang " sedang menjepit mangsanya yang ujung-ujungnya
bertemu di bagian luar kota arah Semarang.
Empat hari empat malam serangan yang
heroik itu berlangsung, menggempita di seluruh kota Ambarawa. Desing peluru dan
gema ledakan serta asap mesiu terus mewarnai udara Ambarawa sepanjang waktu.
Semangat bertempur pasukan-pasukan kita terus bertambah berkat
keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, sebaliknya moril musuh semakin
menipis, Persediaan amunisi mereka semakin menipis, bantuan yang mereka
harapkan tak kunjung tiba karena jalur perhubungan lewat darat maupun udara
terputus. Semakin hari mereka dicekam oleh rasa panik dan putus asa.
Setelah beberapa waktu lamanya
mereka berada di front pertempuran, akhirnya mereka sampai kepada keputusan
harus meninggalkan Ambarawa, merekapun kemudian mengadakan persiapan untuk
menerobos pasukan TKR untuk menuju ke Semarang. Pada tanggal 15 Desember 1945
dengan tergopoh-gopoh tentara sekutu mundur ke luar kota Ambarawa tanpa sempat
menyelamatkan mayat-mayat serdadunya. Mereka dilabrak terus dan diusir oleh
pasukan pemukul kita sampai ke luar kota Ambarawa.
Peristiwa palagan Ambarawa
merupakan peristiwa penting karena merupakan peristiwa pertempuran yang pertama
kali dimenangkan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Peristiwa tersebut
menjadi momentum bersejarah dalam pergelaran militer dengan gerak taktik
pasukan darat. Kemenangan yang gemilang dalam palagan Ambarawa tersebut,
selanjutnya setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri dan
berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 tahun 1999 diabadikan menjadi
" Hari Juang Kartika ".
[1] Sudirman, Adi. 2014. Sejarah
Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press. Hal 344
[2]
http://warofweekly.blogspot.com/2011/04/palagan-ambarawa.html
[3] Sudirman, Adi. 2014. Sejarah
Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press. Hal 345
[4]
http://warofweekly.blogspot.com/2011/04/palagan-ambarawa.html
DAFTAR PUSTAKA
Sudirman, Adi. 2014. Sejarah
Lengkap Indonesia. Jakarta: Diva Press.
Pusat Sejarah dan Tradisi
ABRI.1998.Pertempuran Surabaya.Jakarta:Balai Pustaka
http://warofweekly.blogspot.com/2011/04/palagan-ambarawa.html
No comments:
Post a Comment