MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA ISAM DI INDRAGIRI ABAD 13-17 M

KHAIRUL AMIN/SR/A

Agama islam bersama masuknya dengan berkembangnya ilmu dan budaya Melayu. Dalam hal ini berkembang adalah meluas atau menyebar luas keseluruh daerah. Pada abad ke 13-17 M, agama Islam berkembang diseluruh pelosok daerah yaitu: Daerah Kuantan Indragiri.[1]
Agama islam masuk dan berkembangnya didaerah ini Dalam abad ke 13 datang dari Kuntu Kampar dikembangkan olehSyeh Burhanuddin dan Muridnya, tetapi sebelum Agama Islam berakar kuat disini, Aditiyawarman telah berhasil menanamkan pengaruhnya didaerah Kuantan. Tujuannya ialah untuk dapat memonopoli perdagangan lada dalam daerah penghasil lada.
Dalam abad 14 ini disamping runtuhnya Kerajaan Kunto Kampar akibat penaklukan Adityawarman namun dalam abad ini pula kita jumpai masuknya islam ke tahap III yaitu agama islam masuk dan berkembang dari aceh dan malaka. Pada abad ini muncul kerajaan Islam Kunto Dar Es Salam di Rokan dan Kerajaan Siak Gasib di Siak dibawah oleh Sultan Ibrahim, yaitu Sultan Indragiri. Kata Indragiri berasal dari bahasa Sankrit, dari suku kata Indra yang mengenai Ketuhanan Agama Hindu dan juga dipakai untuk nama benda dan tempat yaitu dalam arti kata Negeri dan Negara. Dengan demikian kerajaan Indragiri dapat diartikan kerajaan mahligai sedangkan kata Indragiri artinya mahligai disuatu negeri dan Negara.[2]
Mula-mula Agama Islam masuk dan berkembang di Arabia, lalu menyebarkan ke daerah-daerah lainnya dan Afrika lalu menyebar ke Iran (Persia) dan India Utara (Gujarat dengan pelabuhan kembay, menyebar keseberang lautan iantaranya sampai ke Idonesia, melalui perdangan menurut pendapat : W.P GROEE VELD Tahun 674, sudah ada perdangan Muslim Arab sampai di pantai barat Sumatera.
Pada masa kebesaran Keraaan Aceh dibawah Pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) hiduplah seorang ulama besar yang bernama Syekh Abdur Rauf dari Singkil. Ia membuka Pesantren di kuala, oleh karena itu ia dikenal sebagai Syah Kuala. Nama tokoh tersebut menjadi nama sebuah Universitas Negeri di Aceh.[3]
Pada awal abad ke 15 M muncul Malaka sebagai pusat perdagangan Islam, sejalan dengan itu Malaka juga menggantikan peranan Samudra Pasai sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Hubungan perdagangan dengan pelabuhan - pelabuhan dipantai utara Jawa Timur, terus dilakukan oleh Malaka, sebagai pusat perdagangan, Malaka juga melangsungkan perdagangan dengan Brunai, bahkan terus ke Filipina.
Dari Malaka Islam menyebar kedaerah - daerah Kampar dan Indragiri yang terdapat di Propinsi Riau. Di Indragiri penyebaran Agama Islam dibantu oleh beberapa Ulama, diantaraya Syekh Burhanudin dan beberapa muridnya di Indragiri pada waktu itu penyebaran Islam sempat mendapat tantangan yaitu dengan masuknya pengaruh ADITYAWARMAN yang ingin menguasai daerah perdagangan lada. Dengan demikian penyebaran Islam mundur untuk sementaradi Indragiri dan Kuntu Kampar.
Beberapa tahun lamanya perkembangan Islam terhalang untuk selajutnya Islam kembali lagi tersiar, dengan demikian penyebaran Agama Islam dilanjutkan oleh salah satu murid-murid dari Syekh Burhanudduin yang bernama Dugo, Dugo ini tinggal Taluk Kuantan sebagai Mubaligh penduduk setempat mmnggilnya Tunku Lebai, yaitu elar Guru Agama Islam sebelum menjadi Syekh.[4]
Tuaku Lebai juga mempunyai murid untuk menyebarkan Islam Indragiri dan Kuantan salah seorang muridnya adalah Utih juga melanjutkan penyebaran Agama Islam di Indragii. Setelah meninggalnyaDatuk Nan Patih maka penyebaran Agama Islam di lanjutkan  oleh muridnya kepelosok Desa, dengan mandirikan Surau-surau yang di bantu ole masyarakat setempat.
Bertahun-tahun lamanya Utih bermukim di tanah Mekkah sambil belajar Agama Islam, kemudian Utih kawin di Mekkah dengan seorang Putri berasal dari Palembang, yang bernama  AIJAH sementara  Utih berada di Mekkah , ajaran Agama Islam sudah berkembang di masyarakat. Bertahun-tahun lamanya pertikaian antara pihak Agama dengan pihak Adat yang sangat sulit untuk mengubah perbuatan dan tigkah laku kaum  adat adalah Penguasa Adat yang belum  memeluk Agama Islam pada waktu itu.
Dengan demikian walaupun antara adat dengan agama telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari , sampai saat itu masih terdapat kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran Agama Islam. Hal seperti inilah yang diberantah Utih. Semenjak itu Utih selain menjalankan fungsi agama, juga mejalankan fungsi. Semenjak itu Utih selain menjalankan fungsi agama, juga menjalankan fungsi adat. Salah satu peninggalannya yng masih ada sekarang ialah Gantang Baghdad. Gantang ini adalah untuk menggantungkan zatkat. Sampai saat ini gantang tersebut masih tersimpan. Karena Uh menjalankan fungsi adat maka Utih diberi gelar Datuk Sinaro Nan Putih. Datuk Sinaro Nan Putih meninggal dalam tahun 1691 masehi di Taluk Kuantan. Kuburan beliau sampai sekarang masih dipelihara dengan baik dan kuburan itu oleh penduduk setempat dianggap keramat.
Setelah meinggalkannya Datu Sinaro Nan Putih maka penyebaran Agama Islam di lanjutkan murid-muridnya kepelosok-pelosok desa dengan mendirikan surau-surau yang dibantu ole masyarakat setempat. Sumber lain menyebutkan masuk dan berkembangnya Agama Islam ke Indragiri yaitu melalui pantai Barat Sumatera dibawa oleh seorang ulama yang bernama Sayed Ali Al Idrus. Beliau bukan seorang pedagang yang datang ke Indragiri, tetapi tugasnya khusus untuk menyiarkan Agama Islam. Sedangkan jalur-jalur yang dilalui beliau adalah dari Handal Maut singgah di Samudera Pasai setelah mendarat dipantai Barat Sumatera disitu terletak kota Air Bangis. Didaerah ini beliau mengembangkan Agama Islam untuk  beberapa lama. Kemudian menuju Timur dan sampai ke Kerajaan Siak. Di Siak pada waktu itu Agama Islam sudah berkembang, Karena beliau mencari daerah yang belum dimasuki Islam dan beliau berangkat ke Pelalawan ini beliau meneruskan perjalanan kearah Selatan kearah Indrgiri. Tujuan beliau adalah kesuatu negeri yang bernama Baturja dengan Tugas menyiarkan ajaran Agama Islam.
Sesampainya Sayed Ali Al Idrus di Desa Baturijal barulah lega hatinya, yang cita-citanya sampailah sudah. Karena memang penduduknya belum memeluk ajaran Agama Islam, sehingga ia bisa mengembangkan ajaran Agama Islam disana. Memang belum ada tokoh Agama Islam yang sampai di Baturijal hanya  Sayed  Ali Al Idrus lah orang pertama yang mengembangkan syiarnya Agama Islam, akhirnya mulailah ia menetapkan di Baturijal. Disini dengan lemah lembut dan sikap santun penuh kesabaran ia memikat hati penduduk. Lama kelamaan mulailah satu persatu penduduk memeluk ajaran Agama Islam, sehingga akhirnya satu kampung atau daerah itu memeluk ajaran Agama Islam.[5]
Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim yaitu Sultan Indragiri yang beribu kota di Rengat. Sultan Ibrahim mngangkat  salah seorang ulama dari keturunan Sayed Ali Al Idrus untuk menjabat sebagai Mufti kerajaan yang berkedudukan di Rengat. Untuk menyiarkan Islam pada waktu itu Sultan medirikan rumah-rumah Ibadah yang kemudian didatangi oleh Anak-anak remaja di Indragiri. Karena pesatnya kemajuan pada waktu itu maka Sultan pun mendirikan Mesjid Kerajaan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat sembayang jumat akan tetapi juga berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pengajaran Agama Islam. Dengan Demikin Agama Islam dapat tersiar dan berkembang diseluruh negeri yang berada di Indragiri.
Dengan masuk dan berkembangnya Agama Islam di Indragiri Agama Islam dapat dikatakan identitasnya orang Melayu, di dalam kehidupan sehari-hari ajaran Agama Islam merupakan sumber kehidupan yang penting bagi masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Indragiri khususnya ajaran Agama Islam nampaknya sangat cocok dan dapat diterima oleh penduduk ketempat tanpa adanya pemaksaan.
Dalam ajaran Agama Islam semua manusia adalah sama derajatnya disisi Tuhan. Maka berkembanglah  ajaran Agama Islam di daerah Peranap, karena Sayed Ali merupakan seorang tokoh Agama Islam yang bijak dan pandai dalam soal agama dan kemasyarakatan sehingga ia menjadi panutan oleh masyarakat setempat waktu itu, juga karena Sayed Ali mempunyai sifat dan tingkah laku yang baik berakhlak dan tinggi ilmu agamanya, juga luas pandangannya tentang agama  serta berpengalaman dalam menyiarkan Agama Islam, berjiwa berani dan hati yang ikhlas dalam melaksanakan tugasnya.
Sayed Ali Al Idrus kemudian kawin dengan seorang gadis dan mendapatkan seorang putra, putra ini kemudian di jadikan menantu oleh Sultan Salaludin yang berkuasa di Indragiri. Penerapan islam di Indragiri yaitu melalui perdagangan, perkawinan,pendidikan, tasyawuf, dan kesenian.[6]
1.      Perdagangan
Penerapan islam terjadi pada tahap awal yakni sejalan dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke_ 7-16M.[7]
2.      Perkawinan
Penerapan islam terhadap keluarga Raja/Bangsawan misalnya: segi ekonomi baik. Bisa kawin asal putri Raja/Bangsawan pandai mengucap dua kalimat syahadat.[8]
3.      Pendidikan
Yaitu pesantren, sekolah atau pondok yang merupakan lembaga yang penting dalam penerapan ajaran Agama Islam
4.      Penerapan Melalui Ilmu Tasawuf
Tasyawuf (orang suci) merupakan golongan orang-orang yang mencari, terdorong oleh cinta rindu ALLAH untuk mencapai itu mereka bertapa menyendiri dan merenungkan soal ke tuhanan dan makna hidup yang sebenarnya[9]
5.      Penerapan Islam Melalui Seni
Islam melalui seni dapat pula melalui cabang-cabang seni seperti: seni bangunan, seni pahat, seni ukir, seni tari, seni music, seni baca al-quran. Pada abad ke -13 M islam sudah berkembang di pelosok dunia timur tengah sebagai pusatnya, dan abad ke-13 M tersebut jalur perdagagangan antara Indonesia dan Timur Tengah semakin ramai, sehingga banyak Saudagar Arab, Persia, dan Gujarat datang ke Indonesia.
Di Indragiri ajaran islam sudah berkembang dan agma islam merupakan bagian dari kehidupan yang penting bagi masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Indragiri khususnya yang mayoritas orang melayu, jadi kebenaran nilai-nilai ke Islaman sudah menjadi acuan hidup masyarakat Indragiri yang sudah ditandai dengan adanya kegiatan yang baik, yang bersifat rutin maupun berupa perayaan dalam rangka Memperingati Hari Besar Islam
NOTES
[1] Harry J Benda, Tahun1980. Hlm. 28
[2] Muchar Luffi, Edisi Tahun1997. Hlm. 171
[3] A Razak Nur Tahun 2004. Hlm. 35
[4] Muchar Luffi, Edisi Tahun1997. Hlm. 171
[5] Isjoni Ishak, Dkk, Tahun. 2003. Hlm. 47
[6] Isjoni Ishak, Dkk, Tahun. 2004. Hlm. 56
[7] Umar Amin, Tahun. 2002. Hlm. 36
[8] Umar Amin, Tahun. 2002. Hlm. 13
[9] Sukmono Tahun, Tahun. 1973. Hlm.38
DAFTAR PUSTAKA
A Razak Nur. 2004. Sekelumit Kiah Dan Sejarah Kerajaan Indragiri Rengat. Dinas Pendidikan Kabupaten Indragiri.
Hugiono, Pengatar Ilmu Sejarah, PT. BINA AKSARA, Jakarta 1987
Isjoni Ishaq, 2004. Orang Melayu, Sejarah System Norma, Dan Nilai Adat, Pekanbaru, UNRI Pres.
H. Umar Amin, 2004. Di Indonesia Makalah Masuk Dan Penyebaran Agama Islam.
Mucttar Luffi, Sejarah Riau Tim Penyusun Dan Penulisan Sejarah Riau. Pekanbaru 1977.

No comments:

Post a Comment