PERISTIWA 2 SEPTEMBER 1985 DI-RIAU

DARMAWAN/SR/A

            ARIFIN ACHMAD  menjadi Gubenur Riau untuk dua priode. Setelah priode pertama berakhir 1971, maka Arifin pula melanjutkan kepemimpinannya diraiu. Hanya saja, untuk jabatan Gubenur Riau priode kedua ini, Arifin dipilih oleh anggota DPRD Riau hasil pemilu 1971.
            Hasil pemilu 1971 pemilu pertama dalam masa orde baru jumlah partai yang menjadi peserta pemilu 10 partai termasuk Golongan karya. Secara rinci jumlah kursi yang diperoleh adalah:
·         Golongan politik                   : 7 kursi
·         Golongan Karya                    : 25 kursi
·         GolonganKarya ABRI          : 6 kursi
·         Golongan Non karya ABRI  : 2 kursi
Arifin lansung dilantik oleh Mentri dalam Negeri, Amir Machmud pada tangal 5 Desember 1972. Masa tugas Arifin yang kedua ini berakhir 1977. Untuk menetapkan Gubenur Riau selanjutnya dipilih oleh anggota DPRD Riau hasil pemilu 1977.[1]
            Setelah Arifin, terpilih pula pengantinya H.R.Subrantas Siswanto menjadi Gubenur Riau Priode 1978-1980. Walaupun Suberantas ini adalah orang jawa tapi masa kecil dan masa perjuangannya dihabiskan diRiau. Bahkan, namanya termasuk salah satu pejuang Riau yang cukup berjasa pada masa-masa merebut Kemerdekan dan masa Agresi Belanda.
            Saya hanya mengenal Subrantas begitu saja. Tapi tak seintim dengan Gubenur Kharudin Nasution. Dalam pengamatan saya, Subrantas memang ada keinginan untuk memajukan Riau ini. Namun dia meningal dunia semasih memangku jabatan sebagai Gubenur Riau pada tahun 1980. Oleh karena itulah, barangkali, untuk mengenang jasa-jasanya maka namanya Subrantas diabadikan menjadi sebuah jalan diTampan.
            Setelah meningal Subrantas terhitung 9 Juli sampai 2 Oktorber 1980, Jabatan Gubenur Riau diganti oleh pelaksana tugas, Prapto Prayitno. Saya tak banyak mengenal pengantinya ini. Apalagi, masa tugasnya hanya sementara. Hanya beberapa bulan saja.[2]
            Selanjutnya, kepemimpinan Gubenur Riau diisi oleh H.Imam Munandar yang dipilih untuk priode 1980-1985. Saya tak begitu dekat dengan imam. Bahkan seingat saya.selama ulang tahun saya yang diperingati atas Prakarsa Prof. Tabrani Rab selalu dihadiri oleh Gubenur Riau yang berkuasa pada masa itu. Hanya Gubenur Imam Munandar saja yang tak pernah menghadiri ulang tahun saya.
            Setelah berakhirnya masa jabatan Imam Munandar pada priode pertama, tampaknya dia masih berkeingan untukmelanjutkan jabatan Gubenur Riau priode kedua. Tapi masyarakat banyak yang tidak suka dengan kepemimpinanya.dia suka berteriak-teriak dan memarahi anak buahnya.jadi, boleh dikatakan orangnya kasar. Sikap itu telah menjadi kebiasannya. Namun masyarakat Melayu Riau tidak suka dengan sikap begitu.
            Itulah sebabnya percalonan Gubenur Riau itu, selain nama Imam Munandar dikut pula dengan calon lain yakni Ismail Suko dan H.Abd. Rahman Hamid (mantan Walikota Pekanbaru). Saya ikut mencalonkan Ismail Suko pada saat meminta pendapat saya. Ternyata apa yang saya katakan dijadikan sebagai keikut sertaan sebagai anggota dewan.
            Dalam beberapa kali rapat tertutup, saya secara tegas memperingatkan anggota dewan agar pilih Ismail Suko yang Putra Daerah. Rapat-rapat itu dikadang kalakan diadakan dirumah saya dan dirumah lainnya. Saya selalu memberikan nasehat. Saya suka Ismail Suko. Saya suka oarang Sipil.[3]
            Uapaya menggalang kekuatan agar mendukung Ismail Suko sebagai calon yang didukung rakyat sebenarnya sudah berlansung jauh hari sebelum pemilihan. Waktu itu, dikalangan anggota DPRD Riau terhimpun"Kelompok 19". Pada malam sebelum pemilihan 2 September 1985, diakan rapat di rumah Said Wahid. Saya hadir dalam pertemuan ini sebagai saksi bersama beberapa tokoh lainnya.
            Keputusan rapat, menggalang dan menjaga keputusan bersama untuk melawan kekuasaan dan kehendak pemerintah pusat dalam proses pemiulihan Gubenur Riau. Bahkan untuk menyatakan kebulatan tekad itu sampai dilakukan sumpah mengunakan al-quran. Sumpah itu dilakukan  sekitar jam 22.00 wib. Semua yang bersumpah itu beragama Islam.
            Tepat pagi 2 Setember sekita pukul 11.00 WIB dilakukan pemungutan suara terhadap ketiga calon Gubenur Riau. Suasana diGedung Rakyat itu sangat ramai. Dipapan penghitungan suara sudah tercantum 3 nama calon yakni :
1. H. Imam Munandar
2. H. Abd. Rahman Hamid
3. Drs.H. Ismail Suko
            Dipimpin lansung oleh Ketua DPRD Riau, H. Masnur, satu-satunya anggota dewan itu masuk kebilik suara dan kertas suara dimasukan kedalam sebuah kotak. Dari 40 orang anggota dewan ternyata yang hadir 37 orang. Yang diantara yang tidak hadir Drs. Mujtahid Thalib yang menunaikan ibadah Haji.
            Setelah dilakukan penghitungan suara. Inilah saat yang mendebarkan banyak orang. Ismail Suko yang memegang jabatan Sekretaris DPRD lansung berdiri didekat papan penghitungan suara sebagaimana tugas yang harus diembannya. Dirjjen POUD, Toyiman yang mewakili Mendegri ikut pula menyaksikan peristiwa itu.  Satu demi satu dilakukan penghitungan suara.
            Hasil akhir mmemang sangat mengejutkan banyak orang. Imam Munandar, Calon Gubenur Riau yang diunggulkan justru kalah oleh calon pendamping, Ismail Suko.
Perimbangan suara:
1. H. Imam Munandar memperoleh 17 suara
2. H. Abd. Rahman Hamid memperoleh 1 suara
3. Drs.H. Ismail Suko memperoleh 19 suara.
            Saya sangat bergembira mendengar hasil pemungutan suara yang memengkan Ismail Suko. Saya berbahagia sekali. Meskipun selisih angka hanya 2 suara tapi Imam Munandar tetap saja kalah. Lebih hebat lagi, Dirjen PUOD, Toyiaman yang menyaksikan proses itu menyatakan hasil pemilihan sah yang disambut dengan tepuk tangan dan sorak hadirin.[4]
            Impian Masyarakat Riau untuk mendapatkan Gubenurnya dari kalangan puutra daerah sudah diambang pintu. Seolah-olah hanya menunggu masa pelantikan saja sebagai Gebenur Riau priode 1985-1990. Tapi ternyata, jalan Ismail Suko menjadi Gubenur Riau Kandas ditengah jalan. Ismail diancam dan dipaksa mundur.
            Ismail Suko tak boleh jadi Gubenur Riau meski pilihan wakil-wakil rakyat sudah menetapkan begitu. Waktu itu, aparat pemerintah yang mewakili kepentingan pemerintah pusat berusaha untuk mengubah keputusan hasil pemelihan itu.
            Itulah sebabnya, usai pemilihan, Kaditsospol Riau, Salam Herawanto menyatakan pemilihan Gubeur Riau itu tidak sah dan tidak fair. Alasanya. 19 orang anggota dewan itu tidak mengindahkan intruksi pusat. Bahkan mereka dianggap membelot pula. Waktu mencul pula desas-desus bahwa 19 anggota dewan itu akan di recall.
            Waktu itu ketua F-KP, Thamrin Nasution berusaha membela anggota dewan yang dituduh membelot karena telah Ismail Suko. Anggota dewan dan Ismail Suko harus diselamatkan. Untuk itulah, Thamrin meminta Salam Harawanto membuat pernyataan tertulis tentang ketidaksahan pemilihan Gubenur Riau itu. Permintaan itu tidak dikabulkan salam karena dia sudah bisa menduga bila milihan itu batal maka Imam Munandar bersama calon lain pasti gugur  peuntuk tampil dalam proses pemilihan berikutnya.
            Saya dengar pula hari itu juga, Bupati Kampar Letkol Syarifudin Syarif bersama Drs. Andi Zainal Asyikin(Karo Pemerintah Kantor Gubenur Riau) atas desakan pemerintah pusat barang kali datang kerumah Ismail Suko. Kedatangan mereka memeinta kesedian Ismail untuk mundur. Ismail tidak bisa memutuskan sendiri. Jadi, gagalah misi Syarifudin Syarif itu. Ditakdirkan tuhan, sewaktu pualang dari rumah kediaman Ismail, mobil yang ditumpangi Bupati Syarifudin Syarif menabrak tembok pagar rumahnya sehingga tewas.
            Sementara Ismail suko semakin terancam. Teror dan ancaman yang bermacam-macam pun berdatangan. Malam hari, Ismail dan keluarganya tidak bisa tidur tenang. Pada malam berikutnya, sekitar pukul 20.00 WIB Thamrin Nasution menelpon ketua DPD Golkar Riau yang juga wakil Gubenur Riau, Drs. Baharudin Yusuf. Waktu itu, Ismail itu sedang berada diirumah Baharudin. Thamrin meminta agar Ismail pada malam itu juga meningalkan Pekanbaru karena situasi sedang tidak aman.
            Atas pertimbangan kawan-kawan yang lain, Ismail Suko pun dilarikan keluar Riau. Semula, Tabrani Rab yang menyediakan mobil dan supir mengarakan ke Padang. Dari padang Ismail dibawa ke Jakarta. Dijakarta, Ismail bersembunyi dihotel Orchid dikawasan kemang.
            Keberadaan Ismail dihotel yang tidak terkenal itu juga diketehui juga oleh Baharuddin Yusuf. Setelah 2 hari berada disitu, Baharuddin bertemu dengan Sudharmono, keteua umum DPP Golkar. Hasil pertemuan itu mengharuskan Ismail dan atas desakan kawan-kawan lain dijakarta akhirnya Ismail tak punya pilihan lain. Diapun menandatangani surat pernyataan pengunduran diri sebagai Gubenur Riau terpilih.
             Pernyataan Ismail Suko dilaporkan oleh Sudharmono ke Mendegri, Soepardjo Roestam. Dalam jumpa persnya, mendegri Soepardjo sempat menyatakan bahwa Ismail Suko adalah Pahlawan karena kesiadaanya mengundurkan diri. Akhirnya, Imam Munandar kembali menjadi Gubenur Riau priode berikutnya.
            Peristiwa ini memeang banyak disebut sebagai "Peristiwa 2 September ". Tapi ada pula ada juga yang menyebutkan "september Kelabu".
Notes
1.        Fakhrunnas Ma Jabbar, Otobiografi Soeman HS. Yayasan Pustaka Riau. Tahun 2003. Hlm 171-173
2.        Fakhrunnas Ma Jabbar, Otobiografi Soeman HS. Yayasan Pustaka Riau. Tahun 2003. Hlm 173-174
3.        Fakhrunnas Ma Jabbar, Otobiografi Soeman HS. Yayasan Pustaka Riau. Tahun 2003. Hlm 176-180
4.        Sejarah Daerah Riau terbitan Depertemen pendidikan dan Kebudayaan, jakarta.1982 Hlm 22-23
DAFTAR PUSTAKA
1982.Sejarah Daerah Riau terbitan Depertemen pendidikan dan Kebudayaan, jakarta
Fakhrunnas Ma Jabbar,2003. Otobiografi Soeman HS. Yayasan Pustaka Riau.

No comments:

Post a Comment