NINIK SUGIARTI/S/A
A. Terjadinya Gerakan 30 September
Prinsip Nasakom yang diterapkan pada masa demokrasi terpimpin, memberi kesempatan kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Usaha PKI itu juga didukung oleh kondisi ekonomi nasional yang makin memprihatinkan dan kondisi sosial serta politik yang penuh gejolak pada awal tahun 1960-an. PKI bersama presiden dan Angkatan Darat kemudian menjadi kekuatan penting dibandingkan kekuatan lain dalam kehidupan politik nasional Indonesia pada saat itu.
PKI menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat.Propaganda ini berhasil menarik perhatian masyarakat. Hal ini karena kehidupan ekonomi rakyat pada tahun 1960-an sangat memprihatinkan. Daam kondisi demkian, mereka tentu sangat tertarik dengan janji-janji yang diberikan oleh PKI.
Kemampuan PKI memanfaatkan kondisi yang ada pada waktu itu menjadikan pengaruhnya makin meluas. Kalangan apa sajakah yang berhasil dipengaruhi PKI? Selain petani, buruh kecil atau pegawai rendah, pengaruh PKI juga berkembang di kalangan seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual dan para perwira ABRI.
Dalam situasi politik yang menguntungkan itu, usaha-usaha apa lagi yang diakukan PKI?
a. PKI mengusulkan pembentukan angkatan kelima di samping empat angkatan yang ada ( AD, AL, AU dan Kepolisian ). Anggota angkatan kelima ini diusulkan berasal dari anggota PKI yang telah menjadi sukarelawan Dwikora serta kaum buruh dan tani. Pada bulan September 1965, Angkatan Darat secara resmi menolak ide pembentukan angkatan kelima tersebut. Penolakan ini menjadi salah satu sebab sehingga PKI sangat membenci AD.
b. PKI menuntut dibentuknya Kabinet Nasakom. Usaha ini berhasil sehingga banyak tokoh PKI, seperti D.N Aidit, H.M. Lukman, dan Nyoto, duduk sebagai menteri.
c. Antara tahun 1964-1965 PKI makin agresif dan berani melakukan gerakan-gerakan yang mengacau.
d. Dalam rangka land ferom, PKI aksi sepihak, yaitu merampas tanah milik orang lain yang dianggap musuh, kemudian dibagi-bagikan kepada warga BTI yang belum memiiki tanah.
Beberapa bentuk aksi sepihak yang dilakukan PKI, antara lain, sebagai berikut:
a. Peristiwa Jengkol di Kediri ( 15 November 1964 ); dalam peristiwa ini sekitar 3.000 kader PKI, BTI, Pemuda Rakyat, dan Gerwani menghasut buruh untuk mengambil tanah milik negara.
b. Peristiwa Indramayu ( Oktober 1964 ); para anggota BTI berusaha menguasai tanah milik Negara dan orang kaya.
c. Peristiwa Bandar Betsy di Sumatra Utara ( Mei 1965 ); penganiayaan hingga tewas anggota BTI terhadap Pelda Sujono yang sedang bertugas mengamankan tanah perkebunan.
d. Peristiwa Kanigoro ( 13 Januari 1965 ); para pemuda PKI menyerbu masjid-masjid dan pesantern.
Pertentangan antara PKI dan Angkatan Darat makin meningkat memasuki tahun 1965.PKI melempar desas-desus tentang adanya Dewan Jendral di dalam Angkatan Darat.Desas-desus itu didasarkan pada Dokumen Gilchrist yang diungkapkan ole PKI. Menurut PKI,Dewan Jendral akan mengambil alih kekuasaan dengan bantuan Blok Barat khususnya Amerika Serikat.
Ditengah desas-desus tersebut, berita tentang makin memburuknya kondisi kesehatan Presiden Soekarno makin meningkat ketegangan di kalangan pimpinan politik nasional.Puncak ketegangan politik itu adalah terjadinya peristiwa penculikan dan pembunuha terhadap para perwira Angkatan Darat pada dini hari di penghujung tanggal 30 September 1965 atau awal 1 Oktober 1965.
Aksi itu dilakukan oleh sekelompok militer yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.Aksi ini dipimpin oleh Komandan Batalyon I Cakrabirawa Letnan Kolonel Untung. Adapun para korbannya sebagai berikut:
a. Menteri Panglima Angkatan Darat Letnal Jenderal Achmad Yani ditembak mati di rumahnya setelah berusaha menolak permintaan para penculik.
b. Deputi Khusus TNI AD Mayor Jenderal Haryono juga dibunuh di rumahnya setelah bersitegang dengan gerombolan penculik.
c. Deputi Pembinaan TNI AD Mayor Jenderal Suprapto ditangkap hidup-hidup di rumahnya.
d. Asisten I TNI AD Mayor Jenderal S. Parman ditangkap di rumahnya.
e. Asisten IV TNI AD Brigadir Jenderal DI Panjaitan ditangkap di rumahnya.
f. Direktur Kehakiman/Oditur TNI AD Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo ditangkap di rumahnya.
g. Letnan satu Piere Tendean, ajudan Jenderal TNI A.H. Nasution ditangkap di rumah Jenderal A.H. Nasution setelah menyatakan bahwa dirinya adalah Nasution yang dicari para penculik.
h. Pembantu Letnan Satu Polisi Karel Sasuit Tubun, gugur dalam melawan gerombolan penculik ketika para penculik memasuki halaman rumah Waperdam Leimena.
Para petinggi ABRI dan AD tersebut, baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, dibawa ke Lubang Buaya.Di tempat itu mereka yang masih hidup disiksa dan dibunuh secara kejam.Jenazah mereka kemudian dimasukkan dan ditimbun dalam sebuah sumur tua di Lubang Buaya.
Usaha pencuikan terhadap Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal A.H. Nasution tidak berhasil.Ketika para penculik memasuki rumahnya Jenderal Nasution berhasi meloloskan diri.Namun, putrinya yang baru berusia 5 tahun, Ade Erma Suryani Nasution tertembak oleh gerombolan penculik dan jiwanya tidak terselamatkan.Dari rumah Nasution para penculik berhasil membawa Lettu Piere Tendean.
B. Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1968
Hingga bulan Maret 1966, krisis politik sehubungan dengan terjadinya Gerakan 30 Septemer masih berlangsung.Aksi unjuk rasa yang dilakukan erbagai kesatuan aksi masih berjalan.Pada tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara erlangsung siding Kabinet Dwikora yang disempurnakan.Dalam sidang yang dipimpin oleh Presiden Soekarno ini, dibicarakan langkah-langkah untuk mengatasi krisis politik yang sedang memuncak pada saat itu.Akan tetapi, sebelum siding selesai, orang ajudan presiden melapor bahwa di sekitar istana terdapat pasukan tidak dikenal. Dalam suasana seperti itu, untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan, presiden memutuskan meninggalkan siding.Eliau diterangkan ke Istana Bogor bersama Waperdam I Dr. Subandrio dan Waperdam III Chaerul Saleh. Sementara itu, pimpinan sidang diserahkan kepada Waperdam II dr. Leimena.[1] Sulastri, Kawit.2005. WAJAR.CV.Graha Pustaka.Jakarta
Lahirnya Supersemar Peristiwa G30 S/PKI ternyata menjadi pemicu aksi protes terhadap kepemimpinan Presiden Soekarno, bahkan dituduhkan Soekarno berada di balik peristiwa tersebut. Presiden Soekarno juga dianggap tidak tegas dalam mengambil sikap terhadap PKI yang nyata-nyata telahmelakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya kesatuan-kesatuan aksi, seperti: KAMI (KesatuanAksiMahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KABI (KesatuanAksi Buruh Indonesia). Pada tanggal 26 Oktober 1966, berbagai kesatuan aksi tersebut bersatu dalam barisan Front Pancasila. Demonstrasi besar-besaran mulai dilaksanakan, mereka melakukan aksi mogok kuliah, menghentikan kendaraan di jalan dan corat-coret yang brnada mengecam kepemimpinan Soekarno dan PKI. Pada tanggal 12 Januari 1965 aksimahasiswa mengeluarkan tiga tuntutan rakyat yang dikenal dengan Tritura.
Adapun isi Tritura adalah sebagai berikut :
a. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
b. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI.
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi.
Kabinet Dwikora mengadakan sidang pada tanggal 11Maret 1966 di Istana Negara untukmembahas tuntutan tersebut.Sidang yang dipimpin olehPresiden Soekarno gagal karena adanya laporan bahwa di luar ada pasukan liar yang sudah mengepung istana.Presiden yang kemudian diikuti oleh Waperdam Soebandrio danDr.Chaerul Saleh meninggalkan sidang, terbangmenuju Istana Bogor.Sidang kabinet dilanjutkan dipimpin oleh Dr. Leimena, tetapi tidak menghasilkan keputusan apa-apa dan kemudian ditutup oleh pimpinan sidang.Pada sore harinya, Mayjen Basuki Rahmat, Brigjen Amir Mahmud dan BrigjenM.Yusuf atas ijin Men/ Pangad Letjen Soeharto menghadap Presiden di Istana Bogor.
Ketiga perwira ini menyarankan agar Presiden memberikan wewenang kepada Letjen Soeharto untuk mengambil langkah-langkah pengamanan dan penertiban umum.Presiden Soekarno mengadakan diskusi dengan ketiga Waperdam dan Bigjen Sabur (ajudan Presiden). Berdasarkan hasil diskusi Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan surat perintah kepada Men/Pangad Letjen Soeharto untuk mengatasi segala keadaan. Surat itulah yang dikenal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).[2] Badrika, Wayan.I.2006.Sejarah.PT.Gelora Aksara.Jakarta.
a. TindakLanjut Supersemar
Sebagai pemegang Supersemar, maka sejak tanggal 11 Maret 1966 Letnan Jendral Soeharto telah mempunyai hak dan tanggung jawab terhadap isi Supersemar.Supersemar menjadi landasan yuridis Letnan Jenderal Suharto (pengemban Supersemar) landasan yuridis Letnan Jenderal Suharto (pengemban Supersemar) untuk mengambil langkah-langkah di segala bidang demi keselamatan negara. Adapun langkah-langkah politik yang diambil Letjen Soeharto, antara lain sebagai berikut:
a. Tanggal 12Maret 1966, pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya dari pusat sampai daerah.
b. Tanggal 18 Maret 1966, mengamankan 15 menteri yang terlibat dalam G30 S/PKI. Kelimabelas menteri (dalam Kabinet Dwikora) tersebut adalah Dr. Subandrio, Dr. Chairul Saleh, Ir. Setiadi Reksoprodjo, Sumardjo, Oei Tju Tat, SH., Ir. Surachman, Yusuf Muda
Dalam, Armunanto, Sutomo Martopradoto, A. Astrawinata, SH, Mayjen. Achmadi, Drs. Achadi, Letkol Sjafei, J.K. Tumakaka, dan Mayjen. Dr. Sumarno.
a. Tanggal 25 Juli 1966 membentuk Kabinet Ampera menggantikan kabinet Dwikora. Adapun tugas pokok dari Kabinet Ampera dikenal dengan nama Dwi dharma yaitu dalamrangkamewujudkan stabilitas politik dan ekonomi.
Dalam melaksanakan tugas ini maka penjabarannya tertuang dalam program Kabinet Ampera yang dikenal dengan nama Catur Karya, meliputi :
1) Memperbaiki perikehidupan rakyat terutama dalam bidang sandang dan pangan.
2) Melaksanakan Pemilihan Umum paling lambat tanggal 5 Juli 1968.
3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan nasional.
4) Melanjutkan perjuangan anti imperalisme dan kolonialisme dalamsegala bentuk dan manifestasinya.
Dengan terbentuknya Kabinet Ampera ini timbullah dualisme kepemimpinan nasional. Soekarno masih menjadi Presiden Republik Indonesia, sementara Suharto menduduki jabatan Presiden yang memimpin Kabinet Ampera.
Untuk mengakhiri dualism ini, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Letjen Suharto. [4] http://cerita-maulinasimplegirl.blogspot.com/2011/11/g30spki.html
Kesimpulan
Telah kita ketahui bahwa G 30 S/PKI berusaha merebut kekuasaan negara dengan kekerasan.Tidakan yang mereka lakukan menimbulkan bencana nasional karena membawa korban, diantaranya adalah Pahlawan Revolusi.Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan keampuhan pancasila sebagai ideologi bangsa, dalam waktu singkat pemberontakan dapat ditumpas dan tyokoh – tokohnya ditangkap.Itu berarti paham komunis dan kekejamanya tidak dapat diterima oleh bangsa Indonesia.Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.Pancasila membuktikan dirinya sebagai kekuatan besar yang memiliki nilai – nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia.
Note
[2] Badrika, Wayan.I.2006.Sejarah.PT.Gelora Aksara.Jakarta.
[1] Sulastri, Kawit.2005. WAJAR.CV.Graha Pustaka.Jakarta
Daftar Kutipan
Badrika, Wayan.I.2006.Sejarah.PT.Gelora Aksara.Jakarta.
Sulastri, Kawit.2005. WAJAR.CV.Graha Pustaka,Jakarta.
No comments:
Post a Comment