K.H. Muhammad Ichsan Seorang Pejuang Pada Perang Soh-Soh

Lailatul Khairani

 

Sebelum tahun 1945, tak pernah ada indonesia, yang ada hanyalah sekumpulan pulau yang membentang di garis khatulistiwa yang oleh belanda di satukan ke dalam Hindia Belanda (the Netherland East Indies). Bagaimana rasanya bagi orang Belanda yang menguasai kepulauan indonesia yang sedemikian luas? Orang-orang belanda menjadi sebuah kelas istimewa, kelas sosial atas di Hindia- tentara, administratur, manajer, guru, perintis. Mereka hidup berhubungan tetapi terpisah dari warga bumiputera mereka. Dari tahun 1900 sampai 1942 para penguasa penjajah ini bekerja menjadikan kepulauan nusantara menjadi sebuah kolonial tunggal yang makmur, dan karna itu mereka mengharapkan balas jasa. Pada tahun 1945 ketika perang pasifik berakhir dan belanda berusaha memperoleh kembali kekuasaan mereka atas nusantara, mereka benar-benar sangat terkejut bahwa sebagian orang di kepulauan ini mau berjuang sampai mati untuk mengusir mereka.[1]

Kita seringkali mendengar sebutan pahlawan, Di pelajaran sejarah, kita mempelajari bagaimana perjuangan mereka. Pahlawan adalah sebutan yang sangat terhormat, hanya di sematkan pada tokoh-tokoh yang berjasa pada bangsa indonesia. Pahlawan merupakan tokoh yang harus di hargai pengorbanannya terhadap bangsanya, seperti kata Ir. Soekarno Bangsa yang besar merupakan bangsa yang menghargai pahlawannya. Dengan tekad yang kuat dan atas jasa dari pahlawan , akhirnya Indonesia dapat merdeka.

Di Saat Keinginan Bangsa Indonesia untuk merdeka telah tercapai, namun Belanda kembali ingin menguasai Bangsa Indonesia dengan cara memboncengi sekutu datang ke Indonesia dengan tujuan semula hanya untuk melucuti senjata Jepang dan membebaskan para Interniran Sekutu yang ditawan oleh Jepang. Namun, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menguasai kembali Bangsa Indonesia, hal ini dapat dibuktikan dengan serangan yang di lakukan Belanda ke seluruh wilayah Indonesia yang dikenal dengan Agresi Belanda sebanyak dua kali yakni Agresi Militer Belanda I yang dimulai pada tahun 1947-1948 dan Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948-1949.Pada Agresi Militer Belanda I , pertempuran di Bengkalis hanya terjadi diwilayah perairan dan daerah pantai saja. Belanda melakukan blokade laut di sepanjang pantai timur Sumatera, dimulai dari Panipahan hingga Kuala Enok. Blokade juga dilakukan terhadap sungai-sungai penting seperti Sungai Siak dan Sungai Rokan.Tembak menembak terjadi di pantai Bengkalis, Selatpanjang, Tanjung Layang, TanjungSamak, Tanjung Labu, Ketam Putih serta daerah-daerah lain sepanjang pesisir Pulau Sumatera.[2]

            Ketika agresi militer Belada I  peperangan hanya terjadi di perairan Bengkalis saja. Sebelum Agresi Militer Belanda II berlangsung, Belanda melakukan blokadeterhadap Bengkalis. Semua kapal-kapal yang hendak ke Singapura maupun sebaliknya ditahan oleh Belanda, juga untuk tujuan pelabuhan-pelabuhan lain di Selat Melaka. Ini menambah penderitaan masyarakat Bengkalis karena sebagian bahan-bahan pokok Bengkalis saat itu berasal dari Singapura. Beberapa peristiwa tercatat menggambarkan bagaimana Belanda berupaya melumpuhkan perekonomian Bengkalis. Pada tahun 1948 terjadi penyerangan yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II dan terjadi diseluruh wilayah Republik. Keadaan tersebut menjadikan seluruh wilayah Indonesia menjadi daerah Gerilya pasukan Indonesia, serta tiap-tiap daerah dibentuk Komando Pangkalan Gerilya(KPG). Rakyat dan TNI berkerjasama dalam mempertahankan kemerdekaan di daerah masing-masing termasuk daerah Bengkalis yang diserang oleh Belanda. Perjuangan TNI bersama rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan sudah tentu melalui perlawanan yang sangat sengit serta dengan semangat nasionalisme dan patriotisme dari para pejuang bangsa. Atasperjuangan dalam menahan serangan Agresi Militer Belanda tersebutlah di Bengkalis terjadi sebuah peristiwa yang dikenal dengan Perang Sosoh.

Belanda memulai penyerangannya di Bengkalis pada 29 Desember 1948 melalui laut dengan pasukan yang didatangkan dari Tanjung Pinang dibawah pimpinan Kolonel Trebel.Kota Bengkalis dipertahankan oleh satu kompi TNI yang dipimpin oleh Letnan II Masnur, satu kompi masrkas di bawah pimpinan Endut Gani, dan satu datasemen Polisi Tentara. Sementara Belanda menyerang dengan satu kompi Angkatan Laut dan KNIL di bawah pimpinan Letnan Satu Van Helden dan Letnan de Boer.6 Pada tanggal 30 Desember 1948 Belanda melakukan serangan untuk kedua kalinya dan berhasil menduduki kota Bengkalis. Upaya Belanda untuk menaklukan Bengkalis mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan TNI yang ada di Bengkalis. Pasukan TNI yang dipimpin oleh Letnan II Masnur mulai bertempur melawan Belanda dengan berlindung di belakang parit agar terhindar dari serangan peluru-peluru yang menghujam pasukan TNI. Serangan demi serangan yang dilakukan oleh Belanda dapat dihindarkan oleh pasukan TNI dengan memanfaatkan tanggul parit sebagai pelindung, namun pihak Belanda mendapatkan bantuan dari udara untuk menyerang pasukan pembela pertahanan kemerdekaan dan pasukan dari TNI tidak mempunyai senjata penangkis sehingga tembakan dari udara melemahkan pertahanan Indonesia. Pada tanggal 3 Januari, akhirnya pasukan Letnan II Masnur dapat menguasai kembali kota Bengkalis dengan berupaya keras bersama-sama pasukan Letnan II Soebrantas merebut kembali dari tangan Belanda. Namun, daerah tepian pantai belum bisa dikuasai oleh pasukan TNI. Tak lama kemudian pasukan Belanda datang lagi untuk membantu pasukan Belanda yang tersisa di daerah pinggir pantai. Dua pesawat mustag datang membantu pasukannya sehingga membuat pasukan TNI menarik diri dan menyingkir ke Desa Pedekik. Ketika pasukan TNI menyingkir ke Desa Pedekik dan ingin menyusun kembali rencana penyerangan terhadap Belanda, pasukan TNI tersebut mendapatkan dukungan dari pejuang daerah yaitu Pasukan Sabilillah yang datang dari Desa Selatbaru dan Bantan Tua. Pasukan Sabilillah dibentuk oleh Ali Dasuki yang saat itu menjabat sebagai penghulu Desa Selatabaru. Pasukan Sabilillah Desa Selatbaru dipimpin oleh Khalifah Darman dan beranggotakan 41 orang, sedangkan dari Bantan Tua yang di pimpin oleh Kyai Saleh atau dikenal dengan panggilan Imam Bulqin. Selain itu, pasukan TNI juga mendapat dukungan dari masyarakat Desa Pedekik sendiri yang dipimpin oleh Kyai Ikhsan. [3]

Kyai ikhsan atau K.H. Muhammad ichsan merupakan salah seorang pejuang dalam perang sohsoh, ia merupakan ketua di Pasukan Fisabilillah dalam melawan belanda di desa pedekik, ia menjadi orang yang dikejar-kejar oleh belanda pada saat itu,ia menyamar menggunakan pakain wanita kemudian lari kehutan sampai ke desa simpang ayam hingga berhasil meloloskan diri dari kejaran belanda. Sedikit cerita mengenai kyai ikhsan atau K.H. Muhammad ichsan pada saat ibu nya sedang mengandung beliau, ibunya sempat jatuh ke sungai dan terbawa arus, untung saja tidak terjadi apa-apa pada kandungannya. Kemudian beliaupun dilahirkan dengan sehat tanpa cacat apapun,beliau lahir dengan tali pusar yang sudah terbuka. Sejak dari kecil kyai ikhsan ini telah di hormati dan di segani banyak orang karna prilakunya yang santun dan berbudi pekerti yang baik hati. Ia juga termasuk orang yang ikut adil di dalam membuka desa pedekik, pada saat membuka tanah pedekik ini banyak terjadi terjadi keanehan-keanehan seperti munculnya makhluk-makhluk tak kasat mata dan ular-ular,dan ia ikut serta dalam pengusiran ular-ular tersebut. Pada usia sekitar 25 tahun ia menjadi seorang kyai dan merupakan salah seorang tokoh yang ikut andil dalam membuka kampung atau desa pedekik.K.H. muhammad ichsan memiliki 2 orang istri, istri pertama bernama Hj.musrifah memiliki 5 orang anak (3 laki-laki, 2 perempuan), dan istri keduanya bernama Hj. Rahma memiliki 10 anak ( 6 laki-laki,4 perempuan).Kyai ikhsan wafat di desa pedekik pada tanggal 29 juli 1988 di karenakan sakit tua.

Pada saat itu, tanggal 7 Januari 1949 tepatnya di sore hari Jum’at pasukan Sabilillah mulai bergerak meninggalkan Desa Selatbaru menuju Desa Pedekik. Melalui perjalanan jauh, akhirnya Pasukan Sabilillah sampai di Desa Pedekik dan langsung bergabung dengan beberapa pasukan TNI yang dipimpin oleh Letnan II Masnur dan Letnan II Soebrantas. Mereka berkumpul di Masjid Desa Pedekik (Masjid Sabilillah saat ini) dan menyusun rencana untuk merebut Kota Bengkalis dari tangan pasukan Belanda. Rencana penyerangan ke kota Bengkalis itu dilakukan tiga posisi, yaitu:

- Di kanan jalan besar bergerak pasukan Letnan II Masnur

- Di kiri jalan besar bergerak pasukan Letnan II Soebrantas

- Melalui jalan besar bergerak pasukan Sabilillah.7

Pada tanggal 9 Januari 1949, setelah sholat Maghrib terjadi tembak-menembak antara pasukan TNI dengan patroli Belanda di simpang Kelapapati- Pedekik, dan mendapat laporan tentang peristiwa ini segera diambil keputusan untuk menyerang patroli Belanda dan memulai penyerangan ke Kota Bengkalis. Sekitar pukul 21.00 Wib, pasukan gabungan TNI dan pasukan Sabilillah mulai bergerak, namun belum jauh bergerak pasukan TNI bersama pasukan Sabilillah bertemu dengan patroli Belanda disebuah kebun ubi milik masyarakat Pedekik, sehingga terjadilah pertempuran.

Pasukan TNI bersama pasukan Sabilillah di hujani tembakan oleh pasukan musuh dan karena kedua pasukan sangat dekat, pertempuran jarak dekat pun terjadi, saling menyerang antara satu sama lain dan darah pun tertumpah sehingga pertempuran tersebut dikenal dengan peristiwa Perang Sosoh. Peristiwa Perang Sosoh yang telah terjadi di Desa Pedekik bukan merupakan akhir dari perjuangan pasukan TNI bersama pasukan Sabilillah. Pasukan Belanda mendirikan pos militernya di Desa Bantan Tua tepatnya di Simpang Mama saat ini. Dengan tujuan untuk mempermudah pengejaran terhadap pasukan TNI serta pejuang lainnya yang pada saat itu sedang menyingkir ke Desa Selatbaru. Melihat situasi yang semakin sulit dan tidak aman, pasukan TNI dan Sabilillah kemudian mengungsi ke Bantan Air hingga ke Kelemantan. Pasukan Sabilillah berpencar sehingga menyulitkan pasukan Belanda dalam mencarinya. Sedangkan pasukan TNI dari Kelemantan mundur ke Tanjung Layang di Pulau Sumatera Belanda akhirnya meninggalkan Bengkalis, dan pada Maret 1949, H. Muhammad ditetapkan sebagai Bupati Militer Bengkalis dengan Dumai sebagai tempat kedudukannya.[4]

  

KESIMPULAN

Kita seringkali mendengar sebutan pahlawan, Di pelajaran sejarah, kita mempelajari bagaimana perjuangan mereka. Pahlawan adalah sebutan yang sangat terhormat, hanya di sematkan pada tokoh-tokoh yang berjasa pada bangsa indonesia. Pahlawan merupakan tokoh yang harus di hargai pengorbanannya terhadap bangsanya, seperti kata Ir. Soekarno Bangsa yang besar merupakan bangsa yang menghargai pahlawannya. Dengan tekad yang kuat dan atas jasa dari pahlawan , akhirnya Indonesia dapat merdeka.

Kyai Muhammad ichsan merupakan salah seorang pejuang dalam perang sohsoh  ,ia merupakan ketua dari pasukan fisabilillah dalam melawan belanda di desa pedekik, ia menjadi orang yang dikejar-kejar oleh belanda pada saat itu,ia menyamar menggunakan pakain wanita kemudian lari kehutan sampai ke desa simpang ayam hingga berhasil meloloskan diri dari kejaran belanda. Pada usia sekitar 25 tahun ia menjadi seorang kyai dan merupakan salah seorang tokoh yang ikut andil dalam membuka kampung atau desa pedekik. Peristiwa Perang Sosoh yang telah terjadi di Desa Pedekik bukan merupakan akhir dari perjuangan pasukan TNI bersama pasukan Sabilillah. Dengan tujuan untuk mempermudah pengejaran terhadap pasukan TNI serta pejuang lainnya yang pada saat itu sedang menyingkir ke Desa Selatbaru.

 



[1] Vickers Adrian. Sejarah Indonesia Modren. Cambridge University Press. Yogyakarta. 2005. Hal 1

[2] Nuryana, Isjoni, & Tugiman. Soh-soh War in Defending Indefendence In The Pedekik Village Of Bengkalis    District In 1949. Jom Fkip – Ur Volume 6 Edisi  2 Juli- Desember 2019. Hal 5

[3] Nuryana, Isjoni, & Tugiman. Soh-soh War in Defending Indefendence In The Pedekik Village Of Bengkalis  District In 1949. Jom Fkip – Ur Volume 6 Edisi  2 Juli- Desember 2019. Hal 6

[4] Nuryana, Isjoni, & Tugiman. Soh-soh War in Defending Indefendence In The Pedekik Village Of Bengkalis District In 1949. Jom Fkip – Ur Volume 6 Edisi  2 Juli- Desember 2019. Hal 7

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Nuryana, Isjoni, & Tugiman. Soh-soh War in Defending Indefendence In The Pedekik                      Village Of Bengkalis District In 1949. Jom Fkip – Ur Volume 6 Edisi  2 Juli- Desember 2019. 

 

Vickers Adrian (Ed). 2011. Sejarah Indonesia Modren. Cambridge University Press.Yogyakarta.

 

No comments:

Post a Comment