Hj. Syamsidar Yahya, Tokoh Perempuan Pendidikan di Riau (1960-an)

Dini Islami


Pendahuluan

Pada masa setelah kemerdekaan di Pekanbaru bidang pendidikan mulai digencarkan. Menjelang Propinsi Riau berdiri, cukup besar upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk membangun bidang pendidikan. Pada masa pembenahan wilayah dan  kondisi pendidikan yang masih memprihatinkan  karena itulah YKWI turutserta memberikan pendidikan bagi kaum perempuan Riau dan anak-anak, khususnya kepada mereka yang berada di Pekanbaru. 

YKWI didirikan pada tanggal 6 Juli 1952  oleh  Hj. Syamsidar Yahya dan kawan-kawan. Pada tahun 1954 KWI ditingkatkan menjadi yayasan dengan akte no. 6 tahun 1954 tanggal 5 Juli 1954. YKWI merupakan organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan dengan mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah dalam berbagai jenjang, kursus, wirid pengajian, dan lain-lain.[1]

Pada masa setelah kemerdekaan riau memang belum berkembang pesat, walau sudah ada beberapa sekolah namun kondisi pendidikan di riau juga masih jauh dari keadaan pada saat ini. Namun hadirnya yayasan YKWI ini banyak membantu proses bangkitnya pendidikan di riau khusunya dipekanbaru dan yayasan yang dibuat oleh Hj Syamsidar Yahya ini membuat sekolah pertama khusus untuk muslimah, dalam artian sekolah ini hanya di tujukan untuk kaum perempuan saja

Biografi Hj. Syamsidar Yahya

Hj. Syamsidar Yahya merupakan salah satu tokoh perempuan pendidikan di Riau. Perempuan kelahiran 11 november 1914 di bukit tinggi ini merupakan anak dari pasangan H. Yahya dan Siti Rafiah yang termasuk kedalam keluarga saudagar kaya dan terpandang. Hj syamsidar yahya menikah dengan Abdoel Moein Dt. Rangkayo Maharadjo[2]

Dilihat dari lingkungan dan keluarganya, beliau merupakan anak dari orang terpandang dan juga saudagar kaya yang tumbuh dan berkembang dengan sangat baik, syamsidar banyak mempelajari kondisi dan situasi daerahnya pada masa itu dan memiliki semangat juang baik dalam bidang pendidikan maupun kemerdekaan

Pada saat usia 6 tahun, Hj syamsidar yahya masuk ke Sekolah Meisjesschool atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sekitar yaitu sekolah keputrian, karena hanya menerima wanita saja. Setelah 3 tahun menempuh pendidikan di meisjesschool hj. Syamsidar melanjutkan pendidikannya di Meisjes Veruolgdschoo yang mana sekolah ini juga kelanjutan dari Meisjesschool dan juga hanya 3 tahun masa pendidikannya. Setelah berhasil menamatkan pendidikannya di tahun 1924 dalam usia 14 tahun Hj. Syamsidar melanjutkan pendidikannya di sekolah Madrasatul Diniyah lil Banat yang ada di padang panjang.[3]

Setelah tamat dari Diniyah Putri tahun 1930, Syamsidar mulai aktif dalam aktivis perempua dan  menjadikan ia remaja yang memberontak terhadap kondisi keterjajahan. Kursus-kursus politik yang diikutinya membuat ia sadar dan rnelihat kenyataan dalam masyarakat. Selain aktif berorganisasi ia juga ingin menambah pendidikannya, kemudian ia masuk ke sekolah normal kursus putri, sekolah kursus untuk sekolah guru yang berada di bukit tinggi. Sejak lulus Ia mulai meniti kariernya sebagai guru di Maninjau sambil berdakwah.[4]

Awal Mulanya Perjuangan Hj. Syamsidar di Riau

Maret 1950 Abdul Muin Dt. Rangkayo Maharajo, suami Syamsidar Yahya, dipromosikan untuk tugas baru. Ia ditugaskan di Rengat sebagai Patih (wakil bupati) Kabupaten Indragiri. Mereka berangkat sekeluarga dari payakumbuh.

Syamsidar Yahya merasa miris melihat kondisi masyarakat disekitar yang miskin, dan banyak yang tidak mengenyam pendidikan. Di Rengat ia bertekad untuk kembali mengurus pendidikan masyarakat dengan segala upaya yang ia bisa. Salah satunya ialah mendirikan lembaga pendidikan sebagai tempat mencerdaskan anak-anak bangsa. SMP pertama di Kota Rengat itu dibangun permanen pada tahun 1950-1951.

Syamsidar Yahya mencari guru dan tenaga pengajar lainnya  ke pusat kota dan ke Bukittinggi melalui rekan-rekannya. Dan murid- murid diambil atau dibujuk dari anak-anak yang pernah tamat SD, walau setengahnya sudah gadis dan jejaka tanggung. Semuanya diajak, dibujuk dan mulailah SMP berjalan. SMP ini berkembang dengan pesat karena langsung diawasi Syamsidar Yahya[5]

Narnun, keterlibatan Syamsidar di dalam memajukan sekolah itu tidak berlangsung lama. karena dua tahun kemudian, suaminya Abdul Muin dipindahkan lagi ke Pekanbaru untuk memegang jabatan baru sebagai Patih Bupati Kampar di Pekanbaru. Kepindahan suaminya ke Pekanbaru, ternyata membawa hikmah tersendiri di kemudian hari.  Setelah beberapa kali dipindah tugaskan Abdul Mu'in pun pensiun. Selanjutnya abdul mu’in aktif sebagai pengawas di Yayasan Kesatuan Wanita Islam (YKWI) Pekanbaru yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Di kota ini Syamsidar menumpahkan semua kemampuan, pikiran dan tenaganya di bidang dakwah dan pendidikan. Dan membuat yayasan pendidikan islam yang dinamai dengan yayasan kesatuan wanita islam (YKWI). Syamsidar yahya juga mendirikan organisasi kewanitaan lokal dipekanbaru (KWI) agar perjuangan dakwah nya lebih focus dan jelas.

Yayasan Kesatuan Wanita Islam, disingkat YKWI, didirikan oleh Syamsidar Yahya dan rekan-rekannya pada tanggal 6 Juli 1952 di Pekanbaru. Yayasan ini awalnya membangun sekolah rakyat islam (SRI). Setelah beberapa bulan SRI didirikan dibuka juga taman kanak-kanak I, dan 2 bulan kemudian diresmikannya sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama Islam (SKKPI) Madarasah Tsanawiyah Lilfatayat, sekolah ini dikhususkan untuk perempuan. Dan beberapa tahun kemudian mereka juga membangun sekolah guru kepandaian putri islam (SGKPI) sekolah ini dikhususkan untuk yang sudah menamatkan SKKPI dan ingin menjadi guru. Dan pada tahun 1981 SGKPI diintegrasikan menjadi MA dan kemudian menjadi SMA Widyia Graha dan pada tahun 1992 syamsidar juga mendirikan panti asuhan.[6]

Hj Syamsidar Yahya sangat amat banyak berperan dalam pendidikan di riau khususnya pendidikan bagi kaum wanita yang ada di daerah pekanbaru. Bukan hanya mendirikan organisasi YKWI saja melainkan juga sekolah sekolah wanita yang mengacu kepada pendidikan islam dan juga sebagai guru besar atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Riau sebagai ustadzah.

Selain mendirikan organisasi yayasan dan sekolah-sekolah Hj syamsidar yahya juga aktif berdakwah, bahkan nama Hj syamsidar yahya sebagai ustadzah sangat popular di pekanbaru. Untuk dana kegiatan syamsidar dan rekan-rekan melakukan pengumumpulan beras pada jamaah 1 orang segenggam, karena sedikit jadi tidak terasa diberatkan, dari yang sedikit tersebut terkumpul dan cukup untuk membayar gaji dan biaya operasional di sekolah yang mereka bangun. Berkat kemahiran syamsidar menggalang masa terkumpulnya jamaah lebih dari 300 orang setiap pengajiannya dan dana  atau beras yang dikumpulkan juga lumayan untuk menggaji tenaga kerja di sekolah-sekolah.

Ia dipandang sebagai tokoh masyarakat Pekanbaru khususnya dan masyarakat Riau pada umumnya Ia juga dikenal oleh masyarakat Pekanbaru pada saat itu, sebagai pemimpin perempuan yang memiliki cita-cita tinggi untuk memajukan kaumnya. Baik untuk kehidupan di dunia maupun untuk bekal di akherat. Cita-cita itu, ia perjuangkan melalui pendidikan dengan mendirikan sekolah dan melalui dakwah dengan aktif menjalankan wirid pengajian dan memberikan ceramah.

Setelah perjuangannya untuk pendidikan masyarakat diriau, terutama untuk kaum perempuan di Pekanbaru syamsidar yahya menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 6 april 1975 ia di kebumikan di kawasan kompleks yayasan YKWI pada hari senin 7 april 1975 tidak kurang dari 1000 jamaah muslim yang menyolatkan dan mengantarkan kepergian beliau.

Wafatnya syamsidar yahya mendapat banyak perhatian.  Meninggalnya sang tokoh pendidikan dan pendakwah diriau meninggalakn kenangan yang sangat sulit dilupakan masyarakat di riau. Nama dan jasanya akan selalu dikenang.[7]

wafatnya seorang guru besar tokoh pendidikan perempuan di riau sekaligus ustadzah yang dermawan meninggalkan duka yang amat dalam untuk masyarakat Riau khususnya pekanbaru jasa beliau akan selalu dikenang. Semoga segala rahmat tercurahkan untuk beliau.

 

kesimpulan

Hj. Syamsidar yahya merupakan tokoh perempuan pendidikan dan Perjuangan di Bumi Melayu Riau  Meski lahir, besar dan menjadi aktifis pergerakan perjuangan kemerdekaan di Sumatera Barat, namun perjuangan untuk mengisi kemerdekaan sepenuhnya didedikasikan di Riau. Syamsidar Yahya hijrah mengikuti karir sang suami, Abdul Muin ke Propinsi Riau. Di Riaulah Syamsidar Yahya melanjutkan jiwa pergerakan, sekaligus mendirikan dan mengembangkan lembaga pendidikan hingga akhir hayatnya. Ia tampil menjadi tokoh perempuan Riau. Seluruh jiwa, pikiran, tenaga dan jasadnya pun dipersembahkan untuk bumi Melayu Riau.

Jasa Hj syamsidar yahya dibidang pendidikan dan dakwah di riau sangat besar pengaruhnya. SeIama kurang lebih 25 tahun seluruh hidupnya dibaktikan di Riau bersama sang suami, Abdul Muin. Sepanjang rentang waktu itulah Syamsidar Yahya berbuat untuk bangsa Indonesia di Propinsi Riau.

Bukan hanya sebagai pendiri yayasan, organisasi, guru dan pendakwah saja Hj syamsidar yahya juga seorang ibu yang luar biasa yang mendidik anak anak nya dalam bidang agama. Dekat dengan masyarakat, sopan santun yang tinggi dan tutur kata yang lembut membuat ia dikenang hingga akhir hayatnya. Kecintaan Syamsidar terhadap tanah Riau akhirnya dibuktikan dengan menjadikan sebagai rumah abadi. Ia berkubur tak jauh dari yayasan pendidikan yang didirikannya di Pekanbaru.

 


[1] Wilaela. YKWI (1952-2010):  Sejarah Lima Puluh Delapan Tahun Pendidikan Perempuan di Pekanbaru hal. 223

[2] Mestika Zed, Armaidi Tanjung. 2011. Biografi Rangkayo Hj. Syamsidar Yahya. Padang. UNP press. Hal. 14

[3] Mestika Zed, Armaidi Tanjung. 2011. Biografi Rangkayo Hj. Syamsidar Yahya. Padang. UNP press. Hal 47

[4] Wilaela, Abdul G, Hasbullah, Widiarto. 2018. Prosopografi Tokoh Perempuan Pendidik di Riau (1927-2016). Pekanbaru: Asa Riau. Hal 60

[5] Mestika Zed, Armaidi Tanjung. 2011. Biografi Rangkayo Hj. Syamsidar Yahya. Padang. UNP press. Hal 112

[6] Mestika Zed, Armaidi Tanjung. 2011. Biografi Rangkayo Hj. Syamsidar Yahya. Padang. UNP press. 117

[7] Wilaela, Abdul G, Hasbullah, Widiarto. 2018. Prosopografi Tokoh Perempuan Pendidik di Riau (1927-2016). Pekanbaru: Asa Riau. Hal 55

 

Daftar Pustaka

Mestika Zed, Armaidi Tanjung. 2011. Biografi Rangkayo Hj. Syamsidar Yahya. Padang. UNP press.

Wilaela, Abdul G, Hasbullah, Widiarto. 2018. Prosopografi Tokoh Perempuan Pendidik di Riau (1927-2016). Pekanbaru: Asa Riau.

Wilaela. YKWI (1952-2010):  Sejarah Lima Puluh Delapan Tahun Pendidikan Perempuan di Pekanbaru

 

No comments:

Post a Comment