Rizki Ramadhan
Haji Muhammad
Amin Husin atau Haji Muhammad Amin merupakan seorang tokoh perintis kemerdekaan
Indonesia di daerah Riau. H. Muhammad Amin lahir di Sekijang, Tapung Kanan,
dihulu Pekanbaru pada tahun 1863. Beliau merupakan anak dari seorang Hakim
Polisi Provinsi Negeri Tapung Kanan pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura yakni
bernama Syamsuddin yang bergelar Datuk Bendahara Muda Sekijang. Pada saat itu
ayahnya menjabat sebagai Gubernur Provinsi Tapung Kanan[1].
H. Muhammad Amin merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Beliau memiliki 6
istri dan telah memiliki 6 orang anak.
Riwayat pendidikan Husin merupakan nama panggilan beliau semasa kecil. Beliau mendapatkan pendidikan agama pertama kali dari pamanya. H. Muhammad Amin mendapatkan pelajaran tentang dasar dasar agama islam. Memang pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura pendidikan yang diikuti
hanya ajarah agama Islam.Dalam peran
seorang H. Muhammad Amin merintis kemerdekaan Indonesia dimulai saat beliau
mendirikan atau menjadi pelopor berdirinya organisasi Sarekat Islam (SI) di
daerah Riau.
Sarekat Dagang Islam
merupakan sebuah oraganisasi politik yang dibentuk oleh H. Samanhudi pada tahun
1905. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan memberikan perlawanan terhadap
bangsa Cina yang menguasai perdagangan yang mana bangsa cina ini mendapat
proteksi dan juga diutamakan dibandingkan kaum pribumi oleh Belanda mengenai
perdagangan. Maka Sarekat Dagang Islam ini juga secara tidak langsung menentang
pemerintahan Belanda. Dari masa ke masa terjadi banyak perubahan pada Sarekat
Islam hingga menjadi partai politik Islam pertama Indonesia.
Pada tanggal 10
September 1912 Sarekat Dagang Islam berubah menjadi Sarekat Islam (SI) dengan
pergantian ini membuat tujuan SI tidak hanya berfokus pada bidang perdagangan
yang menjadi tujuan awalnya melainkan memiliki tujuan membantu bangsa Indonesia dalam segala bidang sekaligus menjadikan
bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan Belanda. Sebab Sarekat Islam ini
menginginkan penindasan, diskriminasi dan kekejaman terhadap rakyat Indonesia
ditiadakan[2].
Perkembangan
Sarekat Islam (SI) seiring dengan waktu tidak hanya di daerah Solo saja, tetapi
telah tumbuh dan berkembang dengan pesat ke seluruh daerah Indonesia termasuk
kedaerah pulau Sumatera salah satunya yakni daerah Riau.
Penyebaran partai
politik Sarekat Islam di Sumatera pertama kali di daerah Sumatera Barat.
Penyebaran ini awalnya dibawa dan dilakukan oleh pemuka agama dan
pedagang-pedagang yang datang ke Sumatera Barat hingga berkembang sampai ke
daerah Riau. Sedangkan di Riau khususnya Pekanbaru Sarekat Islam berdiri dipelopori
oleh H. Muhammad Amin Husin. Beliau yang telah sejak kecil belajar dasar-dasar
agama Islam yang didapatkan dari pamanya tanpa pikir panjang menerima Sarekat
Islam dan sekaligus mendirikannya untuk menjadi cabang Pekanbaru pada tahun
1916.
Setelah
mendirikan Sarekat Islam di Pekanbaru, dalam menjalankan organisasi ini
Muhammad Amin Husin memiliki peran yang
signifikan selain menjadi pendiri. Beliau juga sering bertemu dengan petinggi
Sarekat Islam seperti HOS. Cokroaminoto, H. Agus Salim dan yang lainya dalam
pertemuan itu Muhammad Amin sering memberitahukan tentang keadaan pendirian
Sarekat Islam di Riau khususnya Pekanbaru.
Namun seiring
berjalannya waktu setelah pendirian Sarekat Islam di Pekanbaru. Belanda
mengetahui telah didirikannya partai politik tersebut, tentu itu membuat resah
Belanda sebab dengan kegiatan-kegiatan politik yang dilakukan Sarekat Islam,
Belanda mengkhawatirkan akan terjadi perlawanan atau pemberontakan dari partai
politik ini. Maka Belanda mengambil tindakan dengan melarang kegiatan politik
Sarekat Islam di daerah Riau. Belanda hanya mengizinkan kegiatan seperti
kegiatan-kegiatan sosial.
H. Muhammad
Amiin beserta petinggi Sarekat Islam tidak berhenti sampai disitu mereka tidak
kehabisan akal karena dilarangnya kegiatan politik. Dengan memanfaatkan Istana
Hinggap yang merupakan rumah Tuan Kadi Kerjaan Siak, Muhammad Amin Husin
melakukan rapat secara diam diam di dalam rumah tersebut agar kegiatan politik
yang mereka lakukan tidak mendapatkan gangguan dari pemerintah Belanda. Dengan
melakukan rapat didalam rumah Tuan Kadi mereka mendapatkan perlindungan dari
kerajaan Siak sehingga mereka merasa aman.
Guna
membangkitkan rasa nasionalisme pada masyarakat Pekanbaru, ketika itu para
petinggi Sarekat Islam Pekanbaru memiliki cara yang dapat mengelabuhi Belanda.
Dalam caranya tersebut H. Muhammad Amin beserta petinggi Sarekat Islam yang
biasanya memberikan dakwah ajaran Islam di masjid-masjid secara diam-diam atau
secara tidak langsung memberikan kalimat-kalimat yang meningkatkan rasa
nasionalisme pada diri masyarakat Pekanbaru. Kalimat-kalimat tersebut biasanya
disampaikan dengan khiasan-khiasan yang dapat dimengerti. Cara ini dilakukan
agar pemerintah Belanda tidak mencurigai dakwah-dakwah yang dilakukan di tiap
masjid. Sekaligus demi menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat Pekanbaru dan
menentang penjajahan yang dilakukan Hindia Belanda terhadap bangsa Indonesia.
Selain menjadi
pelopor berdirinya Sarekat Islam di Pekanbaru, H. Muhammad Amin juga waktu itu
memprakarsai berdirinya Koperasi Sarekat Islam pada tahun 1917. Kegiatan
koperasi ini berjalan sebagaimana mestinya koperasi pada umumnya. Yang mana
koperasi ini diketahui oleh Muhammad Amin sendiri. Kegiatan koperasi dilakukan
di rumah kediaman Muhammad Amin bersama istrinya yang berada dekat dengan rumah
Tuan Kadi tidak jauh dari sungai siak[3].
Dalam merintis
kemerdekaan Indonesia khususnya di Riau. Usaha H. Muhammad Amin tidak selalu
diikuti dengan kemudahan. Muhammad Amin berusaha menghimpun pedagang-pedagang
untuk mengikut Sarekat Islam dan menentang Belanda. Dakwah-dakwah yang
dilakukannya terkadang mendapat hambatan seperti penolakan jangan lagi
melakukan dakwah di masjid-masjid masyarakat karena masyarakat takut dengan
kepemimpinan yang otoriter dari belanda. Selain itu dengan sikapnya yang menentang dan melakukan
perlawanan terhadap Belanda membuat dirinya mendapatkan perhatian khusus yang
harus diwaspadai Belanda. Akibat dari perlawananya itu beliau ditangkap dan
dipenjarakan dalam waktu yang lama dan dipindah-pindahkan agar pergerakan yang
dilakukannya untuk melawan penjajah tidak berhasil.
Selain melakukan
perlawanan melalui dakwah dan kegiatan politik Muhammad Amin juga berencana
melakukan pemberontakan yang bersifat fisik terhadap pemerintah Belanda yang
berada di Pekanbaru. Beliau berencana melakukan pemberontakan bersama para
tokoh pejuang dan masyarakat pengikut dari Pekanbaru. Rencana yang disusun oleh
beliau seperti dengan melakukan pembakaran gedung-gedung pemerintah Belanda dan
menangkap serta membunuh orang-orang Belanda dengan cara meracuni. Rencana
pemberontakan ini ingin dilakukan pada tahun 1927 tepatnya jam 7 dan tanggal 7.
Dengan rencana
yang telah disusun dengan matang dan tinggal menunggu hari. tetapi belum sempat
meletusnya perlawanan ini informasi tentang perlawanan yang inigin dilakukan
oleh Muhammad Amin dan pejuang lainnya telah diketahui oleh pihak belanda. Maka
dengan mengetahui itu pihak Belanda langsung mengambil tindakan dengan
melakukan razia secara besar-besaran guna mengantisipasi dan menggagalkan gerakan tersebut. Dengan
tindakan razia tersebut pemerintah Belanda berhasil menangkap tokoh-tokoh
pejuang yang dicurigai ingin melakukan perlawanan terhadap pihak Belanda
termasuk didalamnya Muhammad Amin Husin. Tokoh lainnya seperti Tuanku Abdul
Thalib, Jamal Lako Sutan, Datuk Mudo Kasyim beserta yang lainnya.
Muhammad Amin
Husin setelah berhasil ditangkap mulanya dipenjarakan di Pekanbaru. Kemudian
beliau dipindahkan ke penjara Siak lalu ke penjara Bengkalis dan ke dipindahkan
ke Jakarta. Selepas dari Jakarta di penjara Betawi dipenjara inilah Muhammad
Amin bertemu dengan sesama tokoh pejuang kemerdekaan yakni antara lain H. Agus
Salim dan H. Samanhudi. Beliau kemudian
dipindahkan ke Semarang lalu ke Ambarawa. Begitulah cara Belanda untuk menghentikan
gerakan-gerakan yang dilakukan Muhammad Amin dengan cara memindah-mindahkan
Beliau dan juga dengan waktu tahanan
yang lama yakni selama 7 tahun.
Setelah
dibebaskan dari penjara pada tahun 1934. Kemudian Muhammad Amin pindah ke
Malaysia dan menetap disana pada tahun 1938. Dengan telah merasakan dipenjara
itu tidak membuat surut semangat H. Muhammad Amin untuk menentang penjajahan
terhadap Indonesia. Di Malaysia usaha yang beliau lakukan dengan cara mendirikan
sebuah organisasi PIM yakni Persatuan Indonesia Malaysia. Organisasi ini
didirikan beliau guna membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa dan
mengembangkan ilmu pengetahuannya serta memberikannya pada masyarakat desa.
Namun disamping tujuan tersebut organisasi Persatuan Indonesia Malaysia ini
tetap pada pendirian seorang H. Muhammad Amin Husin yakni menentang penjajahan
yang dilakukan bangsa Belanda terhadap wilayah-wilayah Indonesia. Walaupun
tidak lagi berada di tanah air Indonesia, seorang Muhammad Amin tetap melakukan
pergerakan demi menghilangkan penjajahan.
Karena berada di
negeri orang dan terbatasnya usaha yang dapat dilakukannya maka selain
mendirikan organisasi PIM beliau juga membuat karya tulis yang berupa buku.
Bukunya tersebut berjudul “Samsul Bayan” dalam buku tersebut beliau menuliskan
ajaran-ajarannya supaya yang membacanya mengetahuin ajaran dan usahanya dalam
menghilangkan penindasan, kekejaman yang ditimbulkan dari penjajahan terhadap
Indonesia.
Setelah lama
menetap di Malaysia kemudian H. Muhammad Amin Husin akhirnya kembali ke
Indonesia. Beliau kembali ke Indonesia menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda
di Indonesia. Namun sesampainya di Indonesia bukan sambutan atau kenyamanan
yang didapatkannya melainkan Muhammad Amin kembali ditangkap oleh pasukan
belanda. Belanda masih memiliki rasa takut terhadap seorang H. Muhammad Amin.
Belanda khawatir kembalinya Muhammad Amin ke Indonesia membuat semakin cepatnya
kolonial belanda pergi dari bangsa Indonesia. Muhammad Amin ditangkap dan baru
dilepaskan ketika penjajahan belanda berakhir di Indonesia dan digantikan
dengan kedatangan Jepang.
Hingga pada
akhirnya tepat tanggal 12 Agustus 1968 Muhammad Amin tugasnya sebagai pejuang kemerdekaan
telah selesai. Beliau meninggal pada usia 105 tahun. H. Muhammad Amin Husin
meninggal dunia di Pekanbaru dan dimakamkan di pemakaman umum Senapelan,
Pekanbaru.
KESIMPULAN
H. Muhammad Amin
Husin kelahiran tahun 1863 merupakan seorang pejuang perintis kemerdekaan
Indonesia yang berasal dari Pekanbaru, Riau. Beliau anak kedua dari tiga
bersaudara merupakan anak dari seorang Gubernur Provinsi Tapung Kanan. Sejak
kecil Muhammad Amin mendapatkan pelajaran tentang dasar-dasar ajaran agama
Islam dari pamannya. Dimasa kerajaan Siak pendidikan yang terkenal di kalangan
masyarakat Riau adalah Pendidikan agama.
Dalam perannya
merintis kemerdekaan Indonesia, beliau dikenal sebagai pelopor berdirinya
Sarekat Islam Pekanbaru. Sebagai pendiri Sarekat Islam (SI) di Pekanbaru beliau
bersama tokoh pejuang lainnya melakukan kegiatan-kegiatan politik untuk
menentang keberadaan Belanda yang menjajah Indonesia. Selain kegiatan politik
Muhammad Amin bersama petinggi Sarekat Islam lainya melakukan dakwah-dakwah di
masjid-masjid yang didalamnya sekaligus untuk membangkitkan rasa nasionalisme
masyarakat Riau.
Selain gerakan
non fisik, beliau juga merencanakan perjuangan fisik yakni berupa membakar
gedung-gedung pemerintah Belanda dan membunuh pasukan Belanda. Namun rencana
itu dapat digagalkan oleh pihak Belanda. Beliau ditangkap bersama tokoh pejuan
lainnya dan dipenjarakan selama 7 tahun.
Setelah
dibebaskan Muhammad Amin pindah dan menetap di Malaysia dan mendirikan
Persatuan Indonesia Malaysia (PIM). Kemudian setelah lama menetap di Malaysia
beliau kembali ke Indonesia. Namun kembali ditangkap belanda dan dibebaskan
ketika jepang masuk ke Indonesia.
H. Muhammad Amin
Husin meniggal pada usia 105 tahun yakni pada tangal 12 Agustus 1968 di
Pekanbaru. Makan beliau terdapat di pemakaman Senapelan.
[1] Audy, Ristaudy., Tugiman dan Asri. “Peranan H. Muhammad Amin Husin Dalam Merintis Kemerdekaan RI Di Pekanbaru Tahun 1916-1945”. Jom Fkip – Ur Volume 6 Edisi 2 Juli – Desember 2019. Hal.4
[2] Sorayah, Rasyid dan Annisa Tamara. “Sarekat Islam Penggagas Nasionalisme Di Indonesia”. Jurnal Rihlah. Vol. 8, No. 1 Januari-Juni 2020. Hal. 68.
[3] Riau Daily Photo. Makam Haji Muhammad Amin Perintis Kemerdekaan Asal Riau. http://www.riaudailyphoto.com/2020/04/makam-haji-muhammad-amin-perintis.html. Diakses 25 November 2020.
DAFTAR
PUSTAKA
Rasyid, Soraya. Annisa Tamara. Sarekat Islam Penggagas Nasionalisme Di
Indonesia. Jurnal Rihlah. Vol. 8, No. 1 Januari-Juni 2020.
Riau Daily Photo. “Makam Haji Muhammad Amin Perintis Kemerdekaan Asal Riau.” http://www.riaudailyphoto.com/2020/04/makam-haji-muhammad-amin- perintis.html.
Diakses 25 November 2020.
Ristaudy, Audy. Tugiman. Asril. Peranan H. Muhammad Amin Husin Dalam
Merintis Kemerdekaan RI Di Pekanbaru
Tahun 1916-1945. Jom Fkip – Ur Volume 6 Edisi
2 Juli–Desember 2019.
No comments:
Post a Comment