"SISTEM MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT"


Syerli Susanti/e/s

1. Pengertian
Prasejarah atau nirleka (nir; tidak ada, leka;tulisan) secara harfiah berarti "sebelum sejarah", Dari bahasa latin untuk "sebelum" præ dan historia. Prasejarah manusia adalah masa dimana perilaku dan anatomi manusia pertama kali muncul sampai adanya catatan sejarah yang kemudian diikuti dengan penemuan aksara.
Pengertian sistem mata pencaharian
Sebelum mengenal lebih jauh tentang bagaimana sistem mata pencaharian, alangkah baiknya kalau kita mengenal terlebih dahulu dari segi arti sistem mata pencaharian itu sendiri, berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, sistem mata pencaharian terdiri dari dua unsur kata yaitu:

Sistem:
Berdasarkan buku Pengantar Ilmu Atropologi karangan Koentjaraningra, Pengertian sistem ada tiga yaitu:
1)      Sekelompok bagian (alat, dsb) yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu ; urat saraf dalam tubuh-pemerintahan,
2)      Sekelompok dari pendapatan, peristiwa, kepercayaan,dsb. Yang disusun dan diatur baik-baik-filsafat.
3)      Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu;-pengajaran bahasa
Mata Pencaharian:
Berarti, pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan (sumbu atau pokok), pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari. Misalnya; pencaharian penduduk desa itu bertani. "Dengan kata lain sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya".
Berdasarkan kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ketiga karangan Poerwandarminta, sistem mata pencaharian terdiri dari dua unsur yaitu:
Sistem
Pengertian sistem yaitu, sekelompok bagian (alat,dsb) yang bekerja sama untuk melakukan sesuatu dengan cara atau methode yang teratur.
Mata pencaharian
Berarti, pekerjaan yang menjadi pokok penghidupan, pekerjaan/pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari.
Jadi dapat di simpulkan, sistem mata pencaharian adalah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha pemenuhan kehidupan, dan menjadi pokok penghidupan baginya.
2. Sistem mata pencaharian pada zaman prasejarah
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting periode)
Masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan mereka untuk bertahan hidup dengan mengumpulkan makanan-makanan yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim mereka pada saat itu). Mereka hidup dengan cara berpindah-pindah (nomaden). Sebab mereka berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang ditempat yang mereka diami.
1.      Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih banyak.
2.      Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, sungai memiliki peran yang penting, yaitu dengan cara menyusuri sungai mereka bergerak dari satu tempat ketempat yang lain untuk mencari makanan. Namun pada masa ini belum dikenal alat pelayaran sungai. Masa berburu dan mengumpulkan makanan terjadi pada zaman paleolithikum (zaman batu tua), yang berbarengan dengan kala pleistosen yang terjadi sejak 2 juta tahun yang lalu. Masa berburu dan mengumpulkan makanan berlangsung selama 600.000 tahun.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka belum mengenal cara memasak makanan, karena mereka belum mengenal periuk belanga, yang dibuktikan dari peninggalan-peninggalan mereka. Untuk memasak makanan diperlukan api, secara lambat laun merekan dapat menyalakan api dengan cara menggosokkan batu dengan batu yang mengandung unsur besi, sehingga menimbulkan percikan api. Percikkan-percikkan api di tampung dengan semacam lumut kering. Sehingga terjadi bara api.
Dalam masa prasejarah indonesia corak kehidupan dengan cara berburu dan  mengumpulkan makanan di bagi menjadi dua masa. Menurut buku Sejarah Nasional Indonesia I karangan Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. Masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat lanjut.
           
1. Masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana
Pada awalnya manusia purba hidup di padang terbuka. Alam sekitarnya merupakan tempat mereka mencari makanan. Mereka hidup berkelompok, tinggal di gua-gua atau membuat tempat tinggal di atas pohon besar. Manusia yang tinggal digua-gua dikenal sebagai cavemen (orang gua). Dengan demikian mereka sangat bergantung pada kebaikkan alam. Mereka cenderung pasif terhadap keadaan. Kehidupan digua-gua pada masa ini menghasilkan lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua yang kemungkinan besar menggambarkan kehidupan sosial ekonomi mereka. Lukisan-lukisan pada dinding gua lain berupa cap tangan, babi, dan rusa dengan panah dibagian jantungnya, gambar binatang melata, dan gambar perahu. Lukisan dinding gua antara lain ditemukan di Sulawesi Selatan,, irian jaya, kepulauan kei, dan Pulau Seram.
Keadaan kondisi alam sangat berpengaruh terhadap sifat dan fisik makhluk hidup tanpa kecuali manusia. Pola kehidupan manusia yang sangat primitif sangat menggantungkan hidupnya pada ketersediaan alam, di mana daerah-daerah yang didiami harus cukup untuk memenuhi kebutuhannya, untuk kelangsungan hidup terutama di daerah yang cukup persediaan air.
Temuan artefak pada zaman palaeolitikum menunjukkan bahwa manusia pithecanthropus sudah mengenal perburuan dan menangkap hewan dengan cara yang sederhana. Hewan yang menjadi mangsa perburuan adalah hewan yang berukuran besar, seperti gajah, sapi, babi, atau kerbau. Saat perburuan, tentu diperlukan adanya kerja sama antar individu yang kemudian membentuk sebuah kelompok kecil. Hasil buruannya dibagikan kepada anggota-anggota secara rata. Adanya keterikatan satu sama lain di dalam satu kelompik, yang laki-laki bertugas memburu hewan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan mengurus anak. Satu kelompok biasanya terdiri dari 10-15 orang, Dalam kehidupan berkelompok, satu kelompok hanya terdiri dari satu atau dua keluarga. Pada masa ini manusia tinggal di gua-gua yang tidak jauh dari air, tepi pantai dan tepi sungai. Penangkapan ikan menggunakan mata panah atau ujung tombak yang berukuran kecil dan. Pada masa berburu dan meramu di temukan perkakas-perkaka,  antara lain kapak sumatera, mata panah, serpih-bilah, dan lancipan tulang Muduk. Ini meunjukkan adanya perburuan hewan-hewan kecil dan tidak membutuhkan anggota kelompok yang banyak. Budaya dan alat yang dihasilkan mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat potong, pengeruk tanah, dan perkakas lainnya. Alat-alat sederhana ini di buat dari batu, kayu, tulang yang selanjutnya berkembang dengan munculnya suatu kepercayaan terhadap kekuatan alam. Diduga alat-alat ini diciptakan oleh manusia pithecanthropus dari zaman palaeotikum.
           
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan atau Meramu makanan tingkat lanjutan
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut manusia purba sudah menghasilkan alat-alat dan menggunakan hasil-hasil kebudayaannnya yang digunakan untuk berburu dan meramu. Hasil-hasil kebudayaan yang ditemukan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut antara lain:
       I.            Kapak perimbas:
Tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara di genggam, diduga hasil kebudayaan pithecanthropus erectus. Kapak ini terbuat dari batu, dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu dan memecahkan tulang binatang buruan.
    II.            Kapak penetak
Bentuknya hapir sama dengan kapak perimbas, namun lebih besar dan masih kasar, berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu. Ditemukan hampir diseluruh wilayah indonesia.
 III.            Kapak genggam
Bentuknya hampir sama dengan kapak perimbas dan penetak, namun bentuknya lebih kecil dan masih sederhana dan belum diasah. Digenggam pada ujungnya yang lebih ramping, digunkan untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan.
 IV.            Pahat genggam
Bentuknya lebih kecil dari kapak genggam, berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian untuk dikonsumsi,.
    V.            Alat serpih atau flake
Bentuknya sangat sederhana, berukuran antara 10 hingga 20 cm, diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan penusuk untuk mengupas, memotong, dan menggali tanah, banyak ditemukan di gua-gua yang pernah ditinggali manusia purba.
 VI.            Alat-alat dari tulang,
Berupa tulang-belulang binatang buruan,. Alat-alat tulang ini dapat berfungsi sebagai pisau, belati, mata tombak, mata panah.
Perbedaan masa berburu dan mengumpulkan atau meramu makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut yaitu; pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, alat-alat yang digunakan manusia purba pada masa itu hanya berupa batu dan tulang belulang. Namun pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tinggat lanjut, alat-alat yang digunakan manusia pada masa itu mulai berkembang seperti, ditemukan alat-alat dari bambu yang dipakai untuk membuat keranjang, membuat api, membuat anyaman, dan perkakas seperti kapak dsb.

Daftar pustaka;
3. Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto. 2008 (Edisi Pemutakhiran). Sejarah Nasional Indonesia I: BALAI PUSTAKA.
4. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Atropologi,  (Jakarta:Rineka Cipta, 2009)

No comments:

Post a Comment