sejarah pergerakan kebangsaan Gabungan politik Indonesia (GAPI)


                                               MERIANI/SI IV/14A

Gabungan Politik Indonesia (GAPI) adalah suatu organisasi payung dari partai-partai dan organisasi-organisasi politik. GAPI berdiri pada tanggal 21 Mei 1939 di dalam rapat pendirian organisasi nasional di Jakarta. Walaupun tergabung dalam GAPI, masing-masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap program kerjanya masing-masing dan bila timbul perselisihan antara partai-partai, GAPI bertindak sebagai penengah. Untuk yang pertama kali pimpinan dipegang oleh Muhammad Husni Thamrin, Mr. Amir Syarifuddin, Abikusno Tjokrosujono.Inisiatif datang dari Thamrin, tokoh perindra, untuk membentuk suatu badan konsentrasi nasional. karena Melihat gelagat internasional yang semakin genting serta memungkinkan keterlibatan langsung Indonesia dalam perang, maka pembentukan badan ini terasa sangat mendesak, antara lain untuk memupuk rasa saling menghargai serta kerja sama untuk membela kepentingan masyarakat.Ada pun alasan yang tidak kalah penting adalah situasi internasional pada saat itu. Alasan ini pula yang melatarbelakangi inisiatif Muhamad Husni Thamrin (Parindra) mengadakan rapat tanggal 19 Maret 1939 untuk mendirikan badan konsentrasi yang baru. Sebagai realisasi dari rapat di atas, maka pada tanggal 21 Mei 1939 diadakan rapat umum yang menghasilkan pembentukan konsentrasi nasional, Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

          Kepengurusan federasi dijalankan oleh suatu sekretariat tetap yang terdiri atas sekretaris umum, sekretaris pembantu dan bendahara. Jabatan-jabatan ini untuk pertama kali diduduki olehMuhamad Husni Thamrin dari Parindra sebagai bendahara. Abikusno Tjokrosuyoso dari PSII sebagai sekretaris umum, dan Amir Sjarifudin dari Gerindo sebagai sekretaris pembantu, Anggota GAPI terdiri atas Parindra (Partai Indonesia Raya), Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia), PH (Partai Islam Indonesia), PPKI (Persatuan Partai Katolik Indonesia), PSII (Persatuan Sarekat Islam Indonesia), Persatuan Minahasa dan Pasundan. Dasar-dasar federasi meliputi hak menentukan nasib sendiri, persatuan Indonesia, demokrasi dalam usaha-usaha politik, ekonomi, sosial serta kesatuan aksi. Sedangkan tujuannya mengadakan kerjasama dan mempersatukan semua partai politik Indonesia dan mengadakan kongres-kongres rakyat Indonesia. Meskipun persatuan nasional merupakan dasar aksi GAPI, akan tetapi dalam kenyataannya perpecahan dalam tubuh kaum pergerakan tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagaimanapun hal ini akan mempengaruhi bahkan menghambat pencapaian tujuan GAPI. Perpecahan tersebut terlihat ketika berdirinya Golongan Nasional Indonesia di samping adanya Fraksi Nasional. Di samping itu, di antara anggota-anggota pun terdapat perbedaan yang tidak bisa diselesaikan. Terdapatnya anggota-anggota GAPI, Parindra, PSII, PII, Pasundan dan Gerindo yang mempunyai konflik: PII Sukiman dengan PSII Abikusno; Gerindo dengan Moh. Yamin.
         Sementara itu perpecahan kaum pergerakan tidak menjadi penghalang utama bagi GAPI untuk melakukan aksi-aksinya. Pada rapatnya tanggal 4 Juli 1939 GAPI memutuskan pendirian Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Pembentukan kongres ini merupakan pelaksanaan program GAPI. Pada tanggal 1 september 1939 hitler menyerbu polandia dan mulai berkobarlah Perang Dunia II di Eropa. GAPI menekan belanda supaya memberikan otonomi sehingga dapat dibentuk aksi bersama belanda-indonesia dalam melawan fasisme. Tentu saja belanda tidak bereaksi.
Disamping itu GAPI melakukan aksi Indonesia Berparlemen. Dengan aksi ini diharapkan pemerintah Nederland memberi peluang untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan rakyat melalui Kongres Rakyat Indonesia. Tujuan ini dikemukakan berhubung dengan timbulnya Perang Dunia II. Bertalian dengan hal di atas, GAPI juga menawarkan hubungan kerja sama Indonesia dengan Belanda, dengan harapan adanya perhatian Belanda terhadap aspirasi rakyat Indonesia. Hal ini untuk merealisasikan keputusan-keputusan konferensi GAPI yang dilangsungkan pada tanggal 19 dan 20 September 1939, antara lain sebagai berikut.
              Tuntutan GAPI, Indonesia Berparlemen, ternyata kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Alasan yang dikemukakannya adalah bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan status kenegaraan Indonesia akan dibicarakan setelah selesai perang. Kondisi Belanda yang diduduki Jerman sejak bulan Mei 1940 ini tentu merupakan salah satu alasan bagi pemerintah Belanda. Dan ketika pemerintah Netherland menjadi Exile Government di London
Pada bulan agustus 1940 mosi-mosi (Thamprin, Soetardjo, dan Wiwoho) mendapat tanggapan yang umumnya negatif dari pemerintah sehingga ditarik kembali oleh para sponsornya
Akan tetapi desakan yang terus-menerus dari GAPI -Indonesia Berparlemen telah memaksa Belanda membentuk suatu panitia - Commisie tot bestudering van staattrechtelijke hervormingen‖ (Panitia untuk mempelajari perubahan-perubahan tata negara). Panitia yang biasa disebut Commisie Visman -nama ketuanya Visman- ini dibentuk pada bulan November 1940 dan laporannya ke luar tahun 1942 (Pringgodigdo, 1980: 196). Commisie Visman sendiri meminta keterangan dari GAPI untuk melakukan penjelasan mengenai Indonesia Berparlemen.
Memorandum yang diajukan GAPI itu menunjukan bahwa bangsa Indonesia mempunyai keinginan dan kemampuan untuk mengurus sendiri bangsa dan negaranya. Hal ini juga sekaligus menghapus ketidakpercayaan pemerintah kolonial yang selalu menganggap bahwa bangsa Indonesia masih mentah dan belum bisa menyelenggarakan pemerintah sendi
Bottom of FormGagasan untuk membina kerja sama di antara partai-partai politik dalam bentuk federasi timbul kembali pada tahun 1939.
Oleh karena pembentukannya kurang lancar, Parindra lalu berinisiatif untuk membentuk kembali Konsentrasi Nasional. Alasan yang mendorong dan mempercepat terbentuknya federasi tersebut adalah sebagai berikut :
  • Kegagalan Petisi Sutarjo.
  • Sikap pemerintah Kolonial yang kurang memerhatikan kepentingan-kepentingan bangsa Indonesia.
  • Semakin gawatnya situasi internasional sebagai akibat meningkatnya pengaruh fasisme.
Selanjutnya, Parindra mengadakan pendekatan terhadap partai dan organisasi lainnya. Pendekatan dilakukan terhadap PSII, Gerindo, PII, Pasundan, Persatuan Minahasa, dan Partai Katolik untuk membicarakan masa depan Indonesia. Akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1939 berhasil didirikan suatu organisasi yang merupakan kerja sama partai politik dan organisasi di Jakarta. Organisasi itu diberi nama Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
Meskipun GAPI sudah terbentuk, masing-masing partai tetap bebas menjalankan program kerjanya masing-masing. Apabila terjadi perselisihan di antara partai-partai, GAPI bertindak sebagai penengah. Tokoh-tokoh pergerakan yang ikut memimpin GAPI adalah Muhammad Husni Thamrin (Parindra), Mr. Amir Syarifudin (Gerindo), dan Abikusno Cokro Suyoso (PSII).

Di dalam anggaran dasar diterangkan bahwa GAPI berdasarkan kepada :
  • Hak untuk menentukan diri sendiri.
  • Persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia.
  • Kesatuan Nasional dari seluruh bangsa Indonesia berdasarkan kerakyatan dalam paham politik, ekonomi, dan sosial.
GAPI menuntut pemerintahan Belanda agar di Indonesia dibentuk Parlemen (DPR) yang sebenarnya, bukan parlemen seperti Volksraad yang sudah ada sejak tahun 1918. Untuk menyokong aksinya, GAPI mmebentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Kongres Rakyat Indonesia  dilaksanakan pada tanggal 25 Desember 1939 di Jakarta. Selain dihadiri oleh anggota-anggota GAPI, kongres ini juga dihadiri oleh organisas-organisasi diluar GAPI. Adapun tujuan diadakannya Kongres Rakyat Indonesia adalah Indonesia Raya, bertemakan kesejahteraan rakyat Indonesia dan kesempurnaan cita-cita. Sasaran pertama yang hendakd dicapai adalah Indonesia berparlemen penuh. Kongres berhasil menyepakati berbagai keputusan antara lain, sebagai berikut.
  • Adanya kesepakatan untuk melancarkan tuntutan Indonesia untuk memiliki parlemen secara penuh.
  • Ditetapkannya bendera Merah Putih sebagai bendera persatuan Indonesia, lagu Indonesia Raya sebagai lagu persatuan, serta peningkatan pemakaian bahasa Indonesia bagi rakyat Indonesia dan ditetapkan sebagai bahasa Persatuan.
pemeintah colonial Belanda. Namun demikian, perjuangan GAPI bukanlah hal kecil artinya dalam pergerakan nasional. Keberhasilan GAPI antara lain sebagai berikut :
  • Berhasil menyatukan organisasi-organisasi pergerakan dalam satu wadah perjuangan.
  • Berhasil memperkuat rasa kebangsaan sebagai modal pokok untuk mewujudkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia

DAFTAR RPUSTAKA
-          Rushdy Hoesein. (http://sejarahkita.blogspot.com/2012_06_01_archive.html)diakses) 07-03-2014
-          Dimjati, M. (1951). Sedjarah Perdjuangan Indonesia. Djakarta: Widjaja.

No comments:

Post a Comment