Lahirnya API di Aceh Oleh Teuku Hamid Azwar

Novi Damayanti/E/S

Kemerdekaan hanya bisa dipertahankan bila kekuatan rakyat bersatu dalam sebuah wadah yang terorganisir dengan baik. Perjuangan tidak  selesaibegitu kemerdekaan diproklamasikan, karena nafsu belandauntuk menguasai Indonesia tak bisa diprediksi.
Pada tanggal 24 Agustus 1945, setelah kabar tentang proklamasi sampai di Aceh, dua pemuda Tanah Rencong tak sekejap pun menutup mata untuk tidur. Teuku Hamid  Azwar berdiskusi dengan Syamaun Gaharu untuk menyusun langkah yang akan dilakukan keesokan harinya. Agar pejuangan menghadapi Jepang dan sekutu lebih terkoordinasi, harus ada semacam wadah yang mewakili untuk berdiplomasi.Peperangan  yang sudah banyak terjadi  mendorongagar sedapat mungkin cara kekerasan
dihindari, namun tujuan tetap tercapai.Teuku Hamid Azwar adalah seorang pejuang di bidang strategi miiliter yang lihai dalam penyediaan logistik.Dia lahir di Kutaraja, Aceh, 23 Oktober 1916.Teuku Abdul Hamid Azwar suami dari Cut Nyak Manyak Keumala Putri (Cut Nyak Djariah) yang selalu memotivasi dan mengingatkan suaminya agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar.Ketika Teuku Hamid Azwar hendak bergabung dengan pasukan Jepang, Cut Nyak Manyak melarang dan menanyakan alasannya.Namun setelah dijelaskan bahwa keikutsertaannya dalam pasukan Jepang adalah dalam rangka menimba ilmu militer dan mengetahui strategi musuh, akhirnya Cut Nyak Manyak mengizinkannya.Kepercayaan yang diberikan isterinya akhirnya dibuktikan oleh Teuku Hamid Azwar ketika Indonesia baru saja mengumumkan proklamasi kemerdekaan.Teuku Hamid Azwar langsung berinisiatif mendirikan API, sebuah embrio TNI di Aceh.
          Malam itu, disepakati bahwa organisasi yang akan disusun bernama Agkatan Pemuda Indonesia.  Singkatan tersebut  juga bisa berarti Angkatan Perang Indonesia. Memilih personalia yang akan duduk dalam organisasi tersebut tidaklah mudah. 
          Bersama T. Muhamad Syah, Said Ali, Said Usman, dua pemuda Teuku Hamid Azwar dan Syamaun Gaharu mandatangi rumah T. Sarong di Kutaraja. Mereka  datag beramai-ramai dengan maksud mengkomunikasikan  pikiran tantang rencana pembentukan API. Teuku Hamid Azwar menjadi pemimpin rombongan yang menyampaikan maksud kadataganya." kita baru saja mendengar kemerdekaan RI di proklamasikan oleh Soekarno-hatta di Jakarta. Dengan demikian  kita perlu segera membentuk barisan pertahanan Negara sebagai tulang punggunng Republik Indonesia yang baru berdiri di Aceh"
 Untuk menyusun kesatuan ini diperlukan figur komandan yang mampu menghimpun, menggerakan potensi, dan pasukan guna merebut kemerdekaan dari militer jepang dan  mempertahankannya dari serangan sedadu belanda/NICA." Kami telah membicarakan bahwa orang yang paling tepat menjadi komandan devisi di Aceh adalah Teuku Sarong" kata Teuku Hamid Azwar.Didaulat menjadi komandon Teuku Sarong tampak terkejutmeskipun pada prinsipnya T.Sarong menyetujui pembentukan API.
"Saya setuju perlu ada komandan di antara kita, tapi bukan saya orangnya. Saya ini termasuk golongan teuku (bangsawan).Kalaupun golongan bangsawan yang harus ditampilkan, orangnya tidak lain kecuali Teuku Hamid Azwar sendiri.Namun tidak rasanya juga tidak etis kalau dipikir-pikir, sebab Residen Aceh sudah seorang bangsawan (Teuku Nyak Arief).Biasanya kuranng baik kalau dari golongan bangsawan pula menjadi panglima di Aceh" ujar Teuku Sarong menyampaikan pikirannya.
Agar musyawarah tersebut tidak berkepanjangan, Teuku Sarong mengusulkan yang tertua diantara yang hadir dan bukan dari golongan ningrat.Pilihan jatuh pada Syamaun Gaharu sebagai panglima, dengan Teuku Hamid Azwar sebagai kepala staf.
Memang Syamaun Gaharu adalah orang yang tertua dan dihormati oleh rekan-rekan seperjuangannya.Ia adalah guru Taman Siswa. Teuku Hamid Azwarpernah jadi muridnya ketika duduk di Taman Dewasa.Semuanya menyatakan persetujuannyadengan penunjukan tersebut.Maka nama-nama tersebut dibawa kepada Residen Aceh, Teuku Nyak Arief.
"Tapi Teuku Nyak Arif memperingatkan supaya perkataan tentara jangan dipergunakan dulu, karena kita belum mempunyai senjata.Di samping mengatur serta menyusun pembentukan tentara, beliau menganjurkan untuk berusaha dengan sekuat tenaga dengan kebijaksanaan dan keberanian merebut senjata Jepang sebanyak mungkin.Beliau juga menyarankan agar bekas tentara KNIL (Tentara Hindia Belanda) diikutsertakan," ujar Sjamaun Gaharu.
Dia mengatakan alasan Teuku Nyak Arif agar API turut merekrut bekas tentara KNIL dalam API didasari atas beberapa pertimbangan.Pertama karena bekas tentara KNIL pada umumnya terdiri dari bangsa Indonesia yang umumnya berasal dari suku Jawa, Ambon dan Manado.Selain itu, bekas tentara KNIL juga diketahui telah ahli mempergunakan senjata.
"Di samping itu, dengan merangkul mereka, kemungkinan Belanda memperalat mereka lagi bisa dicegah.Teuku Nyak Arif merencanakan penempatan bekas anggota KNIL ini sebagai anggota "Polisi Istimewa" (semacam Brigade Mobil) yang langsung di bawah komando Residen," ujar Sjamaun Gaharu.Teuku Nyak Arif berkata, '..saya sangat setuju dengan dibentuknya pasukan tentara. Tidak mungkin ada pemerintahan tanpa tentara.Karena itu saya akan meresmikan API, sebagai barisan resmi pemerintahan daerah Aceh."
"Tapi Teuku Nyak Arif memperingatkan supaya perkataan tentara jangan dipergunakan dulu, karena kita belum mempunyai senjata.Di samping mengatur serta menyusun pembentukan tentara, beliau menganjurkan untuk berusaha dengan sekuat tenaga dengan kebijaksanaan dan keberanian merebut senjata Jepang sebanyak mungkin.Beliau juga menyarankan agar bekas tentara KNIL (Tentara Hindia Belanda) diikutsertakan," ujar Sjamaun Gaharu.
Dia mengatakan alasan Teuku Nyak Arif agar API turut merekrut bekas tentara KNIL dalam API didasari atas beberapa pertimbangan.Pertama karena bekas tentara KNIL pada umumnya terdiri dari bangsa Indonesia yang umumnya berasal dari suku Jawa, Ambon dan Manado.Selain itu, bekas tentara KNIL juga diketahui telah ahli mempergunakan senjata.
"Di samping itu, dengan merangkul mereka, kemungkinan Belanda memperalat mereka lagi bisa dicegah.Teuku Nyak Arif merencanakan penempatan bekas anggota KNIL ini sebagai anggota "Polisi Istimewa" (semacam Brigade Mobil) yang langsung di bawah komando Residen," ujar Sjamaun Gaharu.
Rencana pembentukan angkatan perang tersebut mendapat sambutan baik dari Teuku Nyak Arief.Hal ini membuat Sjamaun Gaharu dan teman-temannya menyambut gembira.Hasil konsultasi dengan Teuku Nyak Arif segera disampaikan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia di Aceh.
"Mereka sudah tidak sabar lagi menunggu. Merdeka! Mereka menyambut dengan pekik yang gemuruh.Ya, hari-hari itu pekik merdeka telah diinstruksikan kepada masyarakat.Di mana-mana terdengar kata itu diserukan dengan bersemangat sambil mengacungkan tangan dan mengepal tinju.Dan sepanjang hari itu kami semua sibuk mempersiapkan acara peresmian dan susunan personil yang lebih lengkap untuk API," kata Sjamaun Gaharu.
Peran Teuku Hamid Azwar dalam mengemban fungsi API/TKR pada awal kemerdekaan di Aceh tampak sangat menonjol dan efektif. Pengakuan ini antara lain disampaikan oleh sejumlah rekan seperjuangannya, seperti T. Muhammad Syah mantan komandan Resimen-1 Divisi V/TKR Aceh, Teuku Sarong, Teuku Ibrahim Abdullah Masri dan TRI Azwar. Mereka semua di Banda Aceh, sedangkan Teuku M. Daud (Samalanga) di Jakarta, dan Haji Said Ali di Cisarua.
" Dalam barfikir, Teuku Hamid Azwar sering berada selangkah didepan kami dan visi Beliau menjangkau jauh ke masa depan," ujar rekan seperjuangannya, Jakfar Hanafiah. Hal ini mungkin bakat dan intelengensinya yang tinggi.Bakat ini sudah terlihat sejak pendidikan Giyu Gun di zaman Jepang.Instruktur Jepang selalu memberinya tugas untuk mempersiapkan suatu barisan, atau mengomandani suatu pasukan yangbelum ada komandannya. Mungkin instruktur Jepang  itu juga telah melihat  dan merasakan adanya nilai lebih pada diri Teuku Hamid Azwar.
          Pembentukan barisan pertahanan Negara di daerah Aceh lebih cepat dan lebih dahulu daripada daerah lainnya, karena dilakukan dalam waktu sepuluh hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI oleh Soekarno-Hatta, tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1945, bertempat di Centrel Hotel, Kutaraja. Teuku Hamad Azwar bersama Syamaun Gaharu dan perwira mantan Giyu Gun lainnya mendirikan API sebagai tulang punggung pemerintah RI yang berdiri di Aceh.
Dengan lahirnya API di daerah Aceh, dasar yang kuat untuk tumbuhnya tentara resmi Negara Republik Indonesia telah mulai diletakkan. Setelah Syamaun Gaharu dan Teuku Hamid Azwar terpilih untuk memimpin barisan  API yang baru dibetuk, mereka segera mempersiapkan strategi dan taktik perampasan senjata Jepang untuk memperkuat API.
           Sewaktu rakyat API  berubah nama manjadi TKR ( Tentara Keamanan Rakyat ) Teuku Hamid Azwar (29 tahun) menjadi staf pertama TKR Divisi V Komandemen Sumatera dengan pangkat Mayor. Demikian juga setelah TKR diubah menjadi TRI, beliau tetap menjabat sebagai kepala staf TRI Divisi V komandemen Sumatera.
          Tentara Jepang memberikan reaksi menentang pendirian  API. Bahkan pemerintah militer Jepang sempat mengancam dan meminta API segerabdibubarkan. Ancaman Jepang itu ditunjukkan selain kepada Residen Aceh, Teuku Nyak Arief, juga kepada pimpinan API Syamaun Gaharu, Teuku Hamid Azwar, dan perwira aks Giyu Gun lainnya.
             Dengan mengabaikan ancaman Jepang, pembentukan API berjalan terus dan cepat meluas  ke seluruh pelosok Aceh. Di tempat-tempat lain, API segera dibentuk dam mempunyai delapan Wakil Markas Daerah (WMD) setingkat dengan Resimen, yakni di Kutaraja, Sigli, Bireuen, Lhok Sukon, Langsa,  Kutacene, Meulaboh, dan Tapaktuan.
              Kedelapan Komandan WMD/Resime, seluruhnya berpangkat "Mayor" Para perwiranya adalah eks Giyu Gun. Setiap WMD membawahi beberapa batalyon, Komandan Batalyon berpangkat rata-rata "Kapten" dan "Mayor".

1.      Pembentukan API di Aceh
Pada awal pembentukan API, Teuku Hamid Azwar bersama dengan Syamaun Gaharu bekerja keras tidak kenal lelah.Mereka tidak tidur semalaman.Secara mendetail Teuku Hamid Azwar membuat analisis mengenai kemampuan personil yang ada.Renncana formasi organisasi disusun.Setiap orang dipertimbangkan kelebihannya dan direncanakan posisi baginya yang sesuai.Hasil  analisis yang dibuat malam itu menghasilkan formasi sementara.
Said Ali, yang mempunyai penngetahuan yang cukup mengenai senjata, dicalonkan untuk memegang bidang persenjataan. Untuk posisi komandan dalam menyerang lawan akan ditempatkan Usman Nyak Gade, karena ia dipandang sebagai seorang pemuda berani.
            Bekas tentara KNIL ( Tentara Hindia Belanda ) juga diikutsertakan, yang pada umumnya terdiri dari bangsa Indonesia sendiri ( biasanya Suku Jawa, Ambon, dan Menado ). Mereka telah ahli menggunakan senjata, dan kemungkinan belanda memperalat mereka lagi bisa dicegah.Bekas anggota KNIL ini ditempatkan sebagai anggota "Polisi Istimewa" yang langsung berada di bawah komando Residen Teuku Nyak Arief.
             Pada tanggal 25 Agustus 1945 pukul 10.00  pagi, dalam pertemuan kembali dengan para perwira eks Giyu Gun, Teuku Hamid Azwar bertindak sebagai pemimpin rapat sekaligus sebagai protocol acara. Sebagai orang tertua dan bekas guru, Syamaun Gaharu diberi kehormatan untuk memberi nama kesatuan oleh Teuku Hamid Azwar.Kesatuan tersebut  diberi nama oleh Syamuan Gaharu "API", singkatan dari  Angkatan Pemuda Indonesia, yang juga bisa berarti Angkatan Perang Indonesia. Secara serempak, usul nama dari Syamuan Gaharu disetujui oleh semuanya
Susunan personalia Markas Daerah APIdi seluruh daerah Aceh yang disusun oleh Teuku Hamid Azwardan disetujui oleh Syamaun Gaharuserta rekan-rekan esk Giyu Gun lainnya berkedudukan di Kutaraja, dan diumumkan secara resmi pada tanggal 27 Agustus 1945.
            API ini kemudian diresmikan sebagai "Pasukan Resmi Negara" oleh  Residen Teuku Nyak Arief pada tanggal12 Oktober 1945, setelah beliau pada tanggal 3 Oktober 1945 diangkat secara resmi sebagai Residen Negara Republik Indonesia Aceh oleh pemerintah pusat.
Seperti  antara lain diceritakan oleh Syamaun Gaharu dalam buku Cuplikan Pejuang di Daerah Modal, pada bulan Desember 1945 API diubah namanya menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dibentuklah TKR Devisi V Komandemen Sumatra. Sejak tanggal 7Januari 1945 Tentara Keamanan Rakyat diubah manjadi Tentara Keselamatan  Rakyat.
             Kemudian, sejalan dengan panyempurnaan yang terjadi dalam tubuh ketentaraan Indonesia, mulai tanggal 25 Januari 1946, Tentara Keselamatan Rakyat  diubah lagi namanya menjadi Tentara Republik Indonesia. Otomatis, TKR Divisi V Komandemen Sumatera yang di Aceh berganti nama menjadi TRIDivisi V Komandemen Sumatera.
             Perubahan ini diresmikan dengan suatu upacara militer  yang besar dan megah pada tanggal 17 Februari 1946 dilapangan Blang Padang Kutaraja. Peresmian ini disatukan pula dengan perigatan setengah tahun Indonesia merdeka.Upacara dan Apel Besar Divisi V, lengkap dengan persenjataan militernya.Bertugas sebagai komandan upacara Kapten Yakob Muli, Komandan Batalyon dari Resimen II Aceh Utara.
Pada hari tersebut  disahkan pangkat dan jabatan pewira dari TRI Divisi V dengan seluruh slagordenya. Jendral Mayor Tituler Teuku Nyak Arief, selaku Anggota Staf Umum TRI Komandemen Sumatera, bartindak sebagai Inspektur Upacara. Colonel Syamaun Gaharu dilantik sebagai Komandemen dan Mayor Teuku Hamid Azwar sebagai Kepala Staf  Divisi V Tentara Republik Indonesia Komandemen Sumatera.

Daftar Pustaka
Jakobi,1998.Dalam Perang Mempertahankan Proklamasi kemerdekaan 1945-1949 dan Peranan Teuku Hamid Azwar Sebagai Pejuang.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama bekerjasana dengan yayasan "Seulawah RI-001"

No comments:

Post a Comment