Biografi Kaisar Meiji Tenno

DEBORA NATALIA R

 

Kaisar Meiji, adalah anak dari Kaisar Komei dan Nakayama Yoshiko lahir di Kyoto, 3 November 1852 ia dilahirkan di sebuah rumah kecil milik kakek dari pihak ibu di ujung utara Gosho, dan meninggal di Tokyo, 30 Juli 1912 pada usia 59 tahun, beliau dikebumikan di Fushimi Momoyama no Misasagi.  Ia juga dikenal dengan nama Meiji Agung. Kaisar Meiji Tenno adalah kaisar Jepang ke-122 sesuai urutan tradisional suksesi, memerintah dari 3 Februari 1867 sampai meninggal dunia.

 

Nama pribadinya adalah Mutsuhito. Ketka ia masih kecil ia diberi nama Sachinomiya, atau Pangeran Sachi. Di luar Jepang ia kadang-kadang disebut dengan nama Kaisar Mutsuhito. Setelah Mutsuhito diangkat menjadi kaisar Jepang, ia mengambil gelar Meiji yang artinya "pemerintah yang tercerahkan".

Pada saat kelahirannya pada tahun 1852, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dan berada dalam keadaan pra industri, didominasi oleh pemerintah diktatorial militer Keshogunan Tokugawa dan Daimyo yang memerintah Jepang menjadi lebih dari 250 domain terdesentralisasi. Pada saat kematiannya pada tahun 1912, Jepang telah menjalani revolusi politik, sosial, dan industri di dalam negeri, dan muncul sebagai salah satu kekuatan besar di panggung dunia. Dia memimpin masa perubahan yang cepat di Jepang, sebagai bangsa yang bangkit dari Keshogunan feodal menjadi kekuatan dunia. Di masanya Jepang melakukan modernisasi di segala bidang sehingga dalam beberapa dasawarsa berhasil menyamai negara-negara Barat yang dikatakan maju saat itu. Era pemerintahannya dikenal dengan nama masa Restorasi Meiji.

Masa kecil Kaisar Meiji banyak diketahui dari kesaksian-kesaksian di kemudian hari. Kisah-kisah yang ditulis oleh penulis biografinya, Donald Keene sering kontradiktif. Salah satu kisah kontemporer tentang masa kecilnya menggambarkan dirinya sebagai pangeran muda yang sehat dan kuat, agak suka mengganggu dan sangat berbakat dalam sumo. Kisah lain mengatakan pangeran sangat rapuh dan sering sakit. Beberapa penulis biografi mengatakan kalau dia pingsan ketika pertama kali mendengar tembakan senjata api, sedangkan penulis lain menyangkal kisah tersebut. Pada 16 Agustus 1860, Sachinomiya dinyatakan sebagai pangeran pewaris takhta, dan secara resmi diadopsi oleh permaisuri ayahnya. Kemudian pada tahun yang sama, tanggal 11 November, ia diangkat sebagai putra mahkota dan diberi nama setelah dewasa yaitu Mutsuhito. Ia mulai mendapat pendidikan pada usia 7 tahun. Ia membuktikan diri sebagai siswa kurang perhatian, dan di kemudian hari menulis puisi menyesali dirinya yang seharusnya lebih mendalami latihan menulis. Kaisar Komei memiliki kondisi kesehatan yang prima, dan baru berusia 36 tahun pada Januari 1867 ketika ia jatuh sakit parah. Meskipun ia tampaknya agak sembuh, tapi keadaannya tiba-tiba memburuk dan meninggal dunia pada 30 Januari 1867. 

Putra Mahkota Mutsuhito secara resmi naik takhta pada 3 Februari 1867 dengan sebuah upacara singkat di Kyoto. Sebagai kaisar baru, ia meneruskan pendidikan klasik yang tidak memasukkan urusan politik.

Pada saat bersamaan, Shogun Yoshinobu sedang berjuang untuk mempertahankan kekuasaan. Ia berulang kali meminta persetujuan kaisar untuk tindakan-tindakannya, yang akhirnya ia terima, namun tidak ada indikasi kalau kaisar yang masih muda itu ikut serta dalam pengambilan keputusan. Perjuangan politik mencapai klimaksnya pada akhir 1867. Pada bulan November, persetujuan dengan keshogunan tercapai. Yoshinobu masih dapat mempertahankan gelar shogun dan sejumlah kekuasaannya, tapi kekuasaan legislatif akan diberikan kepada badan legislatif bikameral berdasarkan model Britania. Pada bulan berikutnya, perjanjian tersebut batal setelah para pemberontak berbaris ke Kyoto, dan mengambil alih Istana Kekaisaran. Pada 4 Januari 1868, kaisar secara seremonial membacakan sebuah dokumen di hadapan istana memproklamasikan "restorasi" atau pemulihan kekuasaan kekaisaran.

Langkah pertama yang dilakukan Kaisar Meiji Tenno adalah memindahkan ibukota Jepang yang semula di Kyoto ke Yedo dan kemudian mengganti nama Yedo menjadi Tokyo, yang memiliki arti "ibukota timur". Selanjutnya, Kaisar Meiji Tenno juga menciptakan bendera kebangsaan Jepang yaitu Hinomuro dan lagu kebangsaan Jepang yaitu Kimigayo. Shintoisme ditetapkan menjadi agama nasional di Jepang. Jabatan Shogun dan Daimyo dihapuskan (1868) dan para Samurai dibubarkan. Para Daimyo diangkat menjadi Pegawai Negeri sedangkan para Samurai diangkat menjadi tentang negara. Pada tanggal 6 April 1868, Kaisar Meiji Tenno memproklamasikan sebuah Sumpah Setia atau dikenal dengan nama Charter Outh dihadapan para Daimyo dan Aristokrat. Sumpah Setia tersebut memiliki isi yaitu akan dibentuk sebuah parlemen, seluruh bangsa harus bersatu untuk mencapai kesejahteraan, adat istiadat yang kolot dan yan menghalangi kemajuan Jepang harus dihapuskan, semua jabatan terbuka untuk siapa saja serta mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin untuk pembangunan bangsa dan negara.

Orang Jepang sangat bangga dengan Restorasi Meiji karena restorasi dan industrialiasi yang menyertainya menjadikan Jepang sebagai kekuatan unggul di Pasifik dan sebagai salah satu negara utama di dunia hanya dalam satu generasi. Walaupun demikian, peran Kaisar Meiji masih terus dapat diperdebatkan. Ia memang dapat mengendalikan Jepang, tapi seberapa besar pengaruhnya tidak diketahui. Perannya juga tidak akan pernah jelas apakah memang mendukung  Perang Sino-Jepang (1894–1895) dan Perang Rusia-Jepang (1904–1905). Kekuasaan politik Kaisar Meiji ternyata bertahan lama dibandingkan kaisar-kaisar sebelumnya. Kaisar Meiji adalah kaisar pertama Jepang yang tetap bertakhta setelah usia 50 tahun setelah Kaisar Ogimachi turun takhta pada tahun 1586.

Segera setelah naik takhta, pejabat-pejabat istana mencalonkan Ichijo Haruko sebagai calon permaisuri. Ia adalah anak perempuan dari seorang pejabat istana yang berusia tiga tahun lebih tua dari kaisar yang masih harus menunggu hingga selesai gembuku (upacara kedewasaan) sebelum dapat menikah. Keduanya menikah pada 11 Januari 1869. Istri dari Kaisar Meiji, setelah meninggal dunia disebut Permaisuri Shoken, sekaligus permaisuri kaisar yang pertama kali menerima gelar kogo (arti harfiah: istri kaisar, diterjemahkan sebagai Permaisuri) setelah ratusan tahun sebelumnya. Meski Permaisuri Shoken bukan permaisuri kaisar yang pertama kali menjalankan tugas kenegaraan, ia tidak dikaruniai keturunan. Lima belas anak Kaisar Meiji dilahirkan oleh lima selir resmi. Hanya lima anak di antaranya yang hidup hingga dewasa: seorang pangeran anak dari Putri Naruko (1855–1943, anak dari Yanagiwara Mitsunaru), dan empat putri yang dilahirkan Putri Sachiko (1867–1947, anak tertua Pangeran Sono Motosachi).

Anak-anak Kaisar Meiji Tenno adalah Putra Mahkota Yoshihito (Haru-no-miya Yoshihito Shinno), anak laki-laki ke-3, (31 Agustus 1879–25 Desember 1926) (naik takhta sebagai Kaisar Taisho), Putri Masako (Tsune-no-miya Masako Naishinno), anak perempuan ke-6, (30 September 1888–8 Maret 1940), Putri Fusako (Kane-no-miya Fusako Naishinno), anak perempuan ke-7, (28 Januari 1890–11 Agustus 1974), Putri Nobuko (Fumi-no-miya Nobuko Naishinno), anak perempuan ke-8, (7 August 1891–3 November 1933), Putri Toshiko (Yasu-no-miya Toshiko Naishinno), anak perempuan ke-9, (11 Mei 1896–5 Maret 1978)

Menjelang akhir hidup Kaisar Meiji, beberapa anarkis, termasuk Kotoku Shusui dieksekusi (1911) dengan dakwaan telah bersekongkol menyusun rencana membunuh kaisar. Persekongkolan ini disebut Insiden Pengkhianatan Besar (1910).

Kaisar Meiji menderita diabetes, nefritis, dan gastroenteritis, meninggal karena uremia pada usia 61 tahun. Meskipun pengumuman resmi Kantor Badan Rumah Tangga Kekaisaran mengatakan Kaisar Meiji meninggal dunia pada 30 Juli 1912 pukul 00.43, ia sebenarnya meninggal dunia di istana pada pukul 22.40 tanggal 29 Juli 1912. Setelah kematiannya, Parlemen Jepang pada tahun 1912 mengeluarkan resolusi untuk memperingati perannya dalam Restorasi Meiji. Sebuah taman Iris germanica di Tokyo yang pernah dikunjungi Kaisar Meiji dan Permaisuri Shoken dipilih sebagai lokasi pembangunan kuil Shinto bernama Meiji-jingu.

 

Daftar isi

·         Asril, Sejarah Asia Timur Jepang dan Korea

·         http://biografi-kaisar-meiji-tenno

·         http://aim-mualim.blogspot.com/2012/05/biografi-kaisar-mutsuhito.html

·         http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2011/09/kaisar-mutsuhito

 

 

No comments:

Post a Comment