SUMAN HS; TOKOH PENDIDIKAN & PEJUANG KEMERDEKAAN ASAL RIAU

Afrijon Saputra 

 

Suman Hs (Soeman Hasiboean, di dalam EYD; Suman hasibuan) merupakan tokoh sastra nanlegendaris yang berasal dari Provinsi Riau. Beliau lahir di bengkalis 4 April 1904 dan wafat di kota Pekanbaru pada tanggal 8 Mei 1999 dengan usia sekitar 95 tahun.[1]

Suman Hs merupakan nama pena nya, beliau banyak menghasilkan karya tulis nan melegenda, selama 12 tahun beliau sudah menerbitkan sekitar lima novel, satu kumpulan cerita pendek, dan tiga puluh lima cerita pendek beserta puisi. Lahir di bantan tua, Bengkalis, anak ke enam dari tujuh bersaudara, putra dari bapak Wahid Hasibuan dan ibu Turumun lubis. Suman Hs berasal dari keluarga petani dan ayah Suman juga berprofesi sebagai seorang guru ngaji di kampungnya. Berkat pekerjaan sang ayah yang sebagai seorang guru ngaji, suman terbiasa mengaji sejak usia belia dan memiliki cita-cita untuk menjadi seorang guru.

Ketika berumur tujuh tahun Suman Hs. Menenpuh pendidikan dasarnya di Sekolah Melayu (setingkat Sekolah Rakyat) di Bengkalis dan lulus pada 1918. Pada masa pemerintahan Belanda, dia bersekolah di Normaal Cursus (setingkat SMP) di Medan pada tahun 1919.[2]  

Di tempat itu, Suman Hs belajar sambil mengajar di bawah bimbingan Mohammed Kasim yang juga merupakan seorang penulis kala itu, Pada tahun 1920 Suman Hs akhirnya terpilih untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Normaal School (setingkat SMA) di Langsa, Aceh dan tamat pada tahun 1923.

Setelah lulus dari Normaal School, beliau diangkat menjadi guru Hollands Indlandsche School (HIS) di Siak Sri Indrapura hingga tahun 1930.[3] Suman Hs mengajar sebagai guru bahasa melayu sekitar tujuh tahun lamanya. Perjuangannya di dunia pendidikan tidak berjalan lancer, Suman Hs pada saat itu selalu bertentangan dengan Pemerintah Hindia Belanda maka pada tahun 1930 Suman Hs. dibuang ke Pasir pengrayan. Di sana, Suman Hs. menjadi Kepala di Sekolah Bumi Melayu.[4]

Selain merupakan seorang pengajar atau guru, beliau merupakan seorang sastrawan yang menghasilkan berbagai karya tulis yang sangat di minati pembaca, Kegemaran Suman Hs. terhadap dunia sastra dimulai sejak kanak-kanak, tepatnya sejak masuk Sekolah Melayu. Sejak saat itu, Soeman mempunyai kebiasaan ikut nimbrung percakapan ayahnya dengan kaum saudagar yang menceritakan kehidupan mereka di Singapura. Dari sinilah ia banyak berimajinasi, dan kemudian melahirkan beberapa cerita. Inspirasi datang dari kebiasaannya membaca buku dan berlama-lama di perpustakaan milik pemerintah Belanda. Dua buku yang menjadi favoritnya saat itu adalah Siti Nurbaya karya Marah Rusli dan Teman Duduk karya M. Kasim. salah satu novel pertama yang melejit yaitu novel kisah tak terirai yang kental dengan nuansa melayu. Di terbitkan oleh Balai Pustaka novel itu bercerita tentang seorang si yatim yang berna,a si Taram yang kawin lari dengan seorang wanita yang bernama SitI Nurhaida tetapi berujung di nikahkan nya kembali mereka karna sudah kembali ke rumah.

Novel kisah tak terirai rilis sekitar tahun 1929 dan meraup keuntungan sebesar 37 Gulden.[5] Adapun karya selanjutnya yaitu Pertjobaan Setia pada tahun 1931 yang menceritakan seorang tokoh yang bernama Sjamseddin yang ingin naik haji sebelum menikahi Hajjah Salwiyah yang merupakan putri dari seorang saudagar kaya. Novel ini di terbitkan kembali oleh Balai Pustaka.[6]  

Dan kedua buku novel tersebut berujung manis bahkan di buat kembali dengan bahasa yang di terjemahkan ke bahasa jawa yaitu Kisah Tak Terlarai di terjemahkan menjadi Asih tan kena pisah oleh Soeharja dan Pertcobaan Setia di terjemahkan ke bahasa sunda dengan judul Tjotjoba oleh Martapradana.

Sekitar tahun 1932 dan 1938 suman menerbitkan novel kembali dengan judul Kisah Tersesat dan Teboesan Darah yang di terbitkan kembali oleh Balai Pustaka. Hasil karya Suman Hs dapat di kategorikan sebagai hasil karya yang bagus dan cukup membanggakan di tengah perjuangan bangsa dalam memerdekakan diri dan persaingan sastra dengan sastrawan daerah lain, terhitung karya yang tenar saat itu berasal dari Sumatra Utara, dan Sumatera Barat salah satunya novel karya Marah Rusli yaitu Sitti Nurbaya.[7]

Suman Hs juga dianggap seorang pelopor penulis cerita detektif berbahasa Indonesia modern dan juga pelopor cerita humor indonesia. Sebelumnya, di Indonesia memang banyak beredar cerita-cerita detektif dan petualangan seperti Robin Hood, Detektif Conan dan Oliver Twist yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sementara cerita detektif asli berbahasa Indonesia belum ada ketika itu. Roman Mencari Pencuri Anak Perawan, ini adalah cerita detektif Suman Hs yang di anggap paling laris dan terkenal.

Setelah jepang mengambil alih kekuasaan di Indonesia pada tahun 1942, dan Suman terlibat dalam aksi pergerakan Suman di angkat menjadi seorang kepala sekolah (shinaku) di Pasir pangaraian dengan tekanan jepang.[8] 

Beliau terlibat Politik sebagai ketua shusangikai yakni sebuah Dewan Perwakilan Regional yang di sponsori jepang untuk Riau, lalu beliau mundur karena begitu kuat tekanan dari jepang dan ia merasa ingin mengabdi kepada masyarakat serta beliau merasa kalau ia dipilih oleh jepang bukan terpilih maka dari itu beliau memantapkan diri untuk mundur lebih cepat. Pada masa pemerintahan Jepang juga Suman Hs dan beberapa rekannya mengajak masyarakat untuk melawan pemerintahan jepang pada saat itu dengan Cara mengimbau masyarakatagar tidak menyerahkan hasil ladang kepada pemerintah Jepang. Suman Hs menilai kebijakan itu tidak masuk akal. Terlebih lagi jika mengingat hasil ladang masyarakat yang tidak seberapa besar. Suman Hs dan beberapa rekannya meminta masyarakat untuk menyimpan sebagian hasil padi mereka di rumah dan sebagian lagi di ladang. Tujuannya, jika tentara Jepang berhasil merampas sebagian hasil ladang rakyat, itu sebatas pada hasil ladang yang disimpan di rumah karena sisanya masih disimpan di ladang, dengan demikian rakyat diharapkan tidak menderita kelaparan.

Ajakan Suman Hs dan rekan-rekannya tersebut membuat pemerintah Jepang geram, Suman Hs hampir dijatuhi hukuman mati. Suatu hari, Suman Hs didatangi beberapa anggota polisi militer Jepang dan diajak berburu ke hutan, tapi ajakan tidak jadi terlaksana karena hujan deras turun selama dua hari, padahal ajakan berburu tersebut tidak lain merupakan siasat atau niat licik tentara Jepang karena tujuan utamanya adalah membunuh Suman Hs di hutan, Suman Hs pun lolos dari upaya pembunuhan setelah Jepang pada saat itu sudah menyerah kepada sekutu pada tahun 1945[9]

Hingga Presiden Sukarno memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agusutus 1945 masyarakat Riau belum mendapatkan berita kemerdekaan hingga September.ketika Suman Hs pindah ke kota Pekanbaru beliau di angkat menjadi ketua Dewan Perwakilan Regional Riau kembali di kota Pekanbaru. Tepat pada bulan yang sama Belanda kembali ke Indonesia dengan nama tunggangan yang di sebut NICA.

Pada 19 Desember 1948  Belanda mengambil alih kekuasaan di ibukota sementara Repoblik Indonesia yaitu kota Yogyakarta. Suman Hs tidak berhenti berjuang, bahkan pada masa Agresi Militer Belanda II (1948), Suman Hs menjabat sebagai Komandan Pangakalan Gerilya, sekaligus merangkap Wedana Rokan dan beliau di angkat menjadi wakil ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) serta beliau juga menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat di residenan Riau sejak tahun 1947 dan mewakili daerah Rokan Kanan dan Rokan Kiri.[10]

Lalu perkembangan politik semakin berkembang di Indonesia dan Suman Hs menjadi anggota dewan pengurus partai Masyumi Pada tahun 1950 berlangsungnya penyerahan kedaulatan oleh pemerintah Belanda kepada pemerintahan Indonesia, maka Suman Hs di perintahkan kembali ke pekanbaru dan di berikan jabatan sebagai ketua PPK dan Inspektur Penilik Sekolah untuk daerah Kampar.

Setelah pensiun Suman Hs mengusulkan perizinan pembangunan sekolah mengengah pertama kepada mentri pendidikan M.Yamin, dan akhirnya berdirilah sekolah menengah pertama dan satu-satunya di pekanbaru pada waktu itu, SMP Setia Dharma di dukung oleh Yayasan Sanata Dharma dan satu tahun berikutnya berhasil mendirikan SMA pertama di pekanbaru SMA Setia Dharma.[11]

Suman Hs sempat di tegur M.Yamin yang di sebabkan oleh isi pidatonya yang menyebut Riau di anak tirikan, kata anak tiri membuat M.Yamin kesal dan melayangkan surat teguran yang di berikan kepada Gubernur Sumatera Tengah waktu itu namun berjalan tidak ada permasalahan yang berarti di dalamnya karena M.Yamin justru menolak tawaran pemberian bantuan kepada SMA Santa Dharma dan nerniat mendirikan sekolah negri yang baru.

Kondisi politik mengalami goncangan ketika adanya pemberontakan PRRI/PERMESTA dan dapat di redam oleh pemeritah Indonesia, namun naas Suman Hs terfitnah dan di tuduh sebagai pro PRRI yang mengakibatkan beliau tertahan dan harus wajib lapor 1X24 jam. Setelah beberapa waktu Suman Hs kembali bebas dan di tunjuk sebagai anggota BPH dan sebagai petugas keuangan provinsi Riau seiring di tolaknya surat pensiun beliau oleh pemerintah provinsi Riau. [12] Pada tahun 4 September 1962 Suman Hs menjadi pelopor berdirinya Universitas pertama di pekanbaru yaitu Universitas Islam Riau (UIR) dan di susul Universitas yang di buat oleh pemerintah provinsi Riau yaitu Universitas Riau (UNRI) pada tanggal 1 Oktober 1962. Pada tahun 1966 hingga 1968 Suman Hs terpilih menjadi anggota DPRD. Setelahnya beliau tidak memangku jabatan apapun beliau masih aktif dalam kegiatan masyarakat dan siaran di radio RRI dengan sekmen khusus yaitu “Siaran Seni Bahasa Indonesia”. Atas pengabdian dan prestasi beliau atas rekomendasi Gubernur Riau saat itu Arifin Achmad, akhirnya Suman Hs di berangkatkan Haji menggunakan kas Negara.[13]

Abel Tasman berpendapat bahwa muncul sebuah polemik yang cukup hangat ketika roman Kasih Tak Terlerai diterbitkan oleh Balai Pustaka (1930). ketika itu staf Balai Pustaka banyak orang Sumatera Barat (Minangkabau) yang mungkin masih asing dengan kata “terlerai” karena kata tersebut tidak ada dalam bahasa Minangkabau. Akhirnya, kata “terlerai” diganti menjadi “terlarai” yang justru tidak ada dalam bahasa Melayu. Hingga cetakan terakhir, judul buku tersebut masih Kasih Tak Terlerai. Menurut Abel, kesalahan tersebut semestinya diperbaiki. “Tetapi tetap tidak ada perbaikan yang dilakukan oleh Balai Pustaka, meskipun kata “lerai” sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia.[14]

Setelah Haji Suman Hs menghabiskan masa tua di kediamannya di jalan Tangkuban Perahu No.8, Pekanbaru. Rumah beliau kecil dan beratapkan seng, di belakang rumahnya di bangun Hotel besar yang bernama hotel Grand Dian. Setiap pagi beliau pergi berjalan kaki berkeliling di sekitar rumahnya dan sesekali mengunjungi sekolah dasar 005 yang tidak jauh dari rumah beliau. Suman HS tutup usia berumur 95 tahun.[15]

Berkat perjuangan, pengorbanan, dan prestasi beliau namanya di ankat sebagai nama salah satu perpustakaan terbaik di kawasan asia tenggara dengan lebih dari sekitar 73.000 jenis buku. Di bangun 6 lantai terletak di pusat kota pekanbaru lebih tepatnya di jalan jendral sudirman nomor 462 di bangun ikonik dengan bentuk seperti Buku terbuka menjadikan Perpustakaan wilayah (Puswil)  Soeman Hs sebagai perpustakaan termegah di Indonesia sejak di resmikan pada tahun 2008

  

Kesimpulan;

Dari perjalanan hidup tokoh Suman Hs dari masa ke masa penuh tantangan dan lika-liku perjalan hidup, dari masa kecilnya yang di besarkan oleh seorang petani yang berkehidupan sederhana mampu berjuang menyekolahkan Soeman Hs hingga menjadi seorang sastrawan legendaris Riau yang di akui Nasional. nilai-niali baru yang di hasilkan seorang figure pedidikan yang sangat memperhatikan masa depan dengan pendidikan sebagai dasarnya. Berjuang tak harus memegang bambu runcing, dan juga sejata api, dengan sebuah pena dan tinta pun dapat berjuang. Lingkungan menjadi cerita, berkat nilai yang di sajikan  Suman Hs dalam tulisan nya dapat merubah orientasi diri kita bahwa cita-cita harus di raih dan harapan sebagai penuntunnya. Sejak awal Suman Hs melihat bahwa kemajuan masyarakat tergantung dari kemajuan pendidikan anggota masyarakatnya.sebagai seorang tokoh pendidikan Suman Hs sudah berhasil mendirikan dan membina beberapa lembaga-lembaga pendidikan di pekanbaru, lembaga pendidikan yang semulanya tidak ada menjadi ada di pekanbaru berhasil di dirikan beliau, sebut saja SMP-SMA Setia Dharma, hingga perguruan tinggi seperti Universitas Riau, Universitas Islam Riau, dan IAIN Sultan Syarif Qasim.

Dua perguruan tinggi di ambil alih pemerintah yaitu Universitas Riau dan IAIN Sultan Syarif Qasim dan berstatus negri, dan Universitas Islam Riau di urus langsung oleh Suman Hs di bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Islam. Sebagai ketua YLPI, Suman Hs berhasil mengembangkan sekolah dari jenjang yang paling bawah sampai ke jenjang yang paling tinggi.Usaha Suman Hs dalam menumbuhkan dan mengembangkan pendidikan di pekanbaru telah membantu pemerintah dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan.  Di samping itu jiwa patriotism Suman Hs tidak hilang dapat di anggap remeh karna beliau merupakan pimpinan atau komandan pasukan Grilya di Riau pada agresi militer Belanda. Di era modern seperti sekarang ini perlu adanya penggalakan tokoh inspiratif supaya kaum milenial juga tahu bahwa siapa tokoh yang membangun pendidikan di kota pekanbaru dan agar khalayak tau betapa bersahajanya sosok tokoh sastrawan Riau yang satu ini. Semoga beliau menjadi tauladan bagi kita, dan tak lupa menghargai jasa seorang guru. Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, dengan demikian nilai-nilai historis dan budaya dalam perjuanga sang guru sekaligus sastrawan Riau yang tergambar dari perjalanan hidup Suman Hs  dapat di pelajari dan di resapi serta benar-benar bermanfaat bagi orang-orang yang menghargai jasa para penemunya.

 



[1] Indarti yuni Astuti.  “Ensiklopedi sastrawan Indonesia”.  Permata Equator Media. Yogyakarta. 2008. Hal. 54

[2] Bpnbtanjungpinang. “Soeman HS : Tokoh Sastra & Pendidikan Yang  Terlupakan”, 6 Juni 2014, https://www.webcitation.org/6giRRgd7g.  Di akses 25 November 2020.

[3] Ibid.

[4] Ibid.

[5] Wikipedia. “Soeman Hasiboean”.  https://id.wikipedia.org/wiki/Soeman_Hasiboean Di akses 25 november 2020

[6] Suwardi,MS. “SUMAN HS”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Jakarta. 1983. Hal. 58

[7]Komunitas Paragraf. “In Memoriam Soeman Hs”, 2007, https://mantagisme.blogspot.com/2007/04/in-memoriam-soeman-hs.html. Di akses 25 November 2020.

[8] Wikipedia. Loc. Cit.

[9] Bpnbtanjungpinang, Loc. Cit.

[10] Suwardi,MS, Op. Cit.,  Hal. 34

[11] Ibid., 35

[12] Ibid., 37

[13] Ibid., 38

[14] Bpnbtanjungpinang, Loc. Cit.

[15]Arswendy. ”Biography of Suman Hs 1904-”.  https://sea.lib.niu.edu/islandora/object/SEAImages:YL-PG-006-SOEMAN-MFE Di akses 25 November 2020.

 

DAFTAR PUSTAKA 

Arswendy. ”Biography of Suman Hs 1904-”. https://sea.lib.niu.edu/islandora/object/SEAImages:YL-PG-006-SOEMAN-MFE Di akses 25 november 2020

Astuti, Indrarti yuni. 2008. “Ensiklopedi sastrawan Indonesia”. Permata Equator Media. Yogyakarta. 

Bpnbtanjungpinang. 2014. “Soeman HS : Tokoh Sastra & Pendidikan Yang Terlupakan”. https://www.webcitation.org/6giRRgd7g Di akses 25 november      2020

Komunitas Paragraf. 2007. “In Memoriam Soeman Hs”       https://mantagisme.blogspot.com/2007/04/in-memoriam-soeman-hs.html  Di     akses 25 november 2020

Suwardi, MS. 1983 .“SUMAN HS”.  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan     Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventaris dan Dokumentasi        Sejarah Nasional. Jakarta.

Wikipedia. “Soeman Hasiboean”.  https://id.wikipedia.org/wiki/Soeman_Hasiboean Di akses 25 november 2020

 

No comments:

Post a Comment