KEBUDAYAAN MESIR KUNO

ROSELMA BR PANJAITAN/PIS
Patung yang menggambarkan kegiatan masyarakat kecil Mesir Kuno. Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti.Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur untuk duduk dan tidur.
Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki bercukur untuk menjaga kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk mengharumkan dan menyegarkan kulit. Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang diberi warna putih, baik wanita maupun pria di kelas yang lebih elit menggunakan wig, perhiasan, dan kosmetik. Anak-anak tidak mengenakan pakaian hingga mereka dianggap dewasa, pada usia sekitar 12 tahun, dan pada usia ini laki-laki disunat dan dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga anaknya, sementara sang ayah bertugas mencari nafkah.
Musik dan tarian menjadi hiburan yang paling populer bagi mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal, tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia. Mereka juga menggunakan sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai macam hiburan, permainan dan musik, salah satunya adalah
Senet, permainan papan yang bidaknya digerakkan dalam urutan acak. Selain itu mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering dimainkan anak-anak, juga permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam Beni Hasan. Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk hiburan.
Peradaban Mesir Kuno berkembang selama kurang lebih tiga setengah abad. Dimulai dengan unifikasi awal kelompok-kelompok yang ada di Lembah Nil sekitar 3150 SM, peradaban ini secara tradisional dianggap berakhir pada sekitar 31 SM, sewaktu Kekaisaran Romawi awal menaklukkan dan menyerap wilayah Mesir Ptolemi sebagai bagian provinsi Romawi. Walaupun hal ini bukanlah pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di Lembah Nil, yang secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban independen Mesir.

Sepanjang Sungai Nil, pada milenium ke-10 SM, kebudayaan mengisar bijirin yang menggunakan jenis mata sabit terawal telah digantikan dengan kebudayaan penduduk pemburu, pengail, dan pengumpul-pemburu yang menggunakan peralatan batu. Bukti turut menunjukkan kehadiran manusia di barat daya Mesir, berhampiran sempadan Sudan, sebelum 8000 SM. Pertukaran cuaca dan/atau terlebih ragut sekitar 8000 SM mula mengeringkan padang ragut di Mesir, yang akhirnya mendorong kepada pembentukan Sahara (2500 SM), dan puak-puak awal dengan sendirinya terdorong untuk berpindah ke sungai Nil di mana mereka memajukan ekonomi pertanian setempat dan masyarakat yang lebih berpusat. Terdapat bukti ternakan dan penanaman bijirin di Timur Sahara pada milenium ke-7 SM. Sehingga 6000 SM penduduk Mesir purba di sudut baratdaya Mesir telah mengembala lembu dan membangun bangunan besar. Mortar dalam pembinaan bangunan telah digunakan menjelang 4000 SM. Tempoh Pradinasti Mesir berterusan sepanjang tempoh masa ini, sebelumnya dipegang oleh berbagai kebudayaan Naqada. pakar bagaimanapun memulakan Predinasti Mesir lebih awal, di Paleolithik Bawah (lihat Pradinasti Mesir).

Pada hakekatnya kebudayaan Mesir berkembang sejak 3000 SM, yang mana sudah kita ketahui berada di Lembah Sungai Nil, yaitu sungai terpanjang di dunia. Salah satu hasil-hasil dari kebudayaan Mesir Kuno yang telah banyak kita ketahui antara lain :

1. Piramida, yaitu bangunan yang terbuat dari batu yang disusun berbentuk kerucut yang berfungsi untuk menyimpan mummi. Mummi adalah mayat raja-raja Mesir Kuno yang diawetkan.
2. Obelisk, adalah tugu-tugu yang menjulang tinggi ke angkasa, sebagi tempat pemujaan.
3. Sphinx, adalah patung hewan-hewan mitologis yang bebadan singa dan bermuka manusia.
4. Hieroglyph, adalah huruf berbentuk gambar yang diukir pada batu. Hieroglyph ini menjadi dasar alphabet yang sekarang kita pakai. Penelitian tentang huruf Hieroglyph pertama kali dilakukan oleh Heredotus abad ke-6 SM, tetapi ia tidak berhasil; mengungkapkan isi tulisan tersebut.
5. Batu Roseta yaitu batu bertulis yang ditemukan di tepi Sungai Roseta. Dalam batu ini terdapat tulisan Hieroglyp dan tulisan Yunani kuno.
Isi tulisan Hieroglyph baru dapat diketahui setelah ditemukannya Batu Roseta,
Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua di benua Afrika yang berasal dari tahun 4000 SM. Hal ini diketahui melalui penemuan sebuah batu tulis di daerah Rosetta oleh pasukan Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte (1797-1799). Ketika itu pasukan Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte melancarkan serangan terhadap penduduk daerah Mesir (1797-1798). Batu tulis itu berhasil dibaca oleh seorang Perancis yang bernama Jean Francois Champollion (1800) sehingga sejak tahun itu diadakan penelitian guna mengungakap tabir sejarah Mesir Kuno yang berasal dari tahun 4000 SM. Maka untuk mengungkap isi tulisan Hieroglyph tersebut Napoleon menyuruh sejarawan Perancis yang bernama Champollion (yang mana telah dapat membaca tulisan yang ada pada batu tersebut) untuk meneliti seluruh isi tulisan tersebut sehingga dapat diketahui maksud dari batu tulis tersebut.

Hasil penelitian Champollion selama 20 tahun itu akhirnya dapat mengungkap sejarah Mesir Kuno sehingga menghasilkan perpustakaan Mesir Kuno yang ditulis diatas bahan Papyrus (tumbuhan air yang berada di tepi Sungai Nil).

Bangsa Mesir juga mempunyai seni budaya terhadap hal keagamaan yang mana mereka mempercayai adanya para dewa.Kepercayaan bangsa Mesir Kuno yang taat kepada para dewa sangat ini membantu akan terciptanya seni budaya sebagai ungkapan keagamaannya. Perilaku ini didasari oleh kepercayaan kehidupan setelah kematian. Mereka selalu membawa warisan yang indah dan bernilai tinggi untuk menemani jasadnya. Hal ini mendorong bangsa Mesir selalu berlomba untuk menciptakan seni dan benda seni agar dapat dibawa dalam kematiannya. Peninggalan-peninggalan ini tampak dalam bangunan pyramid. Sejarah Mesir Kuno ini sangat mempengaruhi sejarah budaya pada umumnya, penemuan tulisan hieroglief dan hieratic di dinding makam dan beberapa artefak lain. Dari penemuan ini maka dapat terungkap pula sejarah Mesir Kuno yang belum terungkap.


Kira-kira 33 abad sebelum masehi terjadi suatu perubahan tradisi yang mana dari mempercayai para dewa menjadi mempercayai matahari sebagai Tuhan.Yang mana saat itu bertachtalah Queen Nefertete di ancient Egypt didampingi Pharao Amenhotep IV alias Amenophis IV alias Achnaton. Nefertete adalah putri seorang penjabat tinggi yang bekerja untuk Farao dalam istana.Achnaton dan Nefertete bertachta dalam dinasti yang ke-18 dari Kerajaan Baru.Achnaton naik tachta pada tahun 1353 SM.Mengapa dia merubah namanya menjadi Achnaton? Karena dia merubah tradisi orang-orang Mesir. Yang mana biasanya mereka menghormati the gods atau para dewa, tetapi Achnaton mengganti hal ini menjadi satu tuhan ialah tuhan matahari Aton. Achnaton nama ini berarti Dia yang seperti Aton,dengan kata lain: Achnaton di-puja bagaikan the god of the sun sendiri.

Pada dasarnya hasil dari kebudayaan Mesir yang sangat indah dan megah yaitu adalah bangunan Piramida yang mana sudah kita ketahui bahwa bangunan ini sudah masuk dalam 7 keajaiban dunia, serta terdapat satu lagi bangunan yang tidak kalah menariknya yaitu bangunan patung Spinx yang bentuk badannya menyerupai singa dengan bentuk wajah mirip manusia.

Sejak dulu kedua bangunan ini dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya? Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.

Bahkan, seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.

Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti mengakibatkan bekas erosi.

Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.

Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan angin yang hebat selama ribuan tahun. Bahkan Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.

Jika diamati secara keseluruhan secara logis bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.
Daftar Pustaka

No comments:

Post a Comment