KEHIDUPAN SUKU BONAI DI PROVINSI RIAU


NAMA : IRMA LINDA / A / SR             
                                                             
Dalam perkembangan Sejarah Riau terdapat berbagai macam suku di Provinsi Riau diantara nya : Suku Talang Mamak, Suku Sakai, Suku Laut, Suku Akit, Suku Hutan dan Suku Bonai, tetapi saya akan membahas salah satu diantara suku yang terdapat di Provinsi Riau yaitu Suku Bonai.
Suku Bonai
Adalah suku yang masih mempertahankan hidup terasing dipedalaman Provinsi Riau, secara geografis suku bonai terdapat di dua Kabupaten yaitu.
1.      Rokan Kanan (Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Kampar)
Muara dilam 159 jiwa, kewalian sontang 430 jiwa, kewalian kepenuhan 300 jiwa.
2.      Rokan Kiri (Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir)
Bencal ibul 373 jiwa.
Di daerah Riau terdapat 1203 jiwa, dengan jumlah laki-laki 590 jiwa dan perempuan 613 jiwa.
Dengan rentang umur antar 0-20 tahun sebanyak 732 jiwa, 21-40 tahun sebanyak 261 jiwa, 41-... tahun sebanyak 210 jiwa.
Akan tetapi mereka lebih cenderung dikatakan hidup atau berada di Hulu Sungan rokan kanan dan rokan kiri,  dari mana asal usul mereka tidak diketahui secara pasti tetapi hanya ada cerita-cerita rakyat dari suku bonai itu sendiri. Yang mengatakan bahwa suku bonai dikabupaten rokan hulu terdapat di sungai rokan kiri, walau pun ada yang tinggal di rokan kanan tetapi tidak sepopuler tradisi yang dimiliki oleh nenek moyang mereka yang berada di rokan kiri sekarang ada yang berada di ulak patian semangat mereka untuk tetap memegang tradisi yang datang dari suku bonai tersebut "kampung nonam".
Dari mana mereka berasal?
Kita akan membahas asal mereka menurut cerita, berawal dari dua orang sultan yang membawa enam orang  dari aceh,menghului sungai rokan setibanya mereka di kualo sako mereka melakukan pembagian harta namun dari pembagian tersebut tersisa satu meriam, dan akhirnya mereka menjatuhkan ke kualo yang bertujuan agar diantara keduanya merasa adil dari benda yang jatuh tersebut menjadi buayo putieh penunggu Kualo Sako yang diyakini oleh masyarakat Poikan (pencari ikan)
Saat kedua kelompok tersebut melihat ada jangung hanyut dari rokan kiri maka mereka memberi tamsil bahwa sungai yang kiri mereka yakini ada penghuninya, tentunya banyak masyarakat dan banyak pula ragamnya maka dikirimlah sultan Harimau yang lebih memiliki kekuatan tau ilmu batin, (Sultan Harimau dan Sultan Jangguik) pemeluk islam utusan dari Sultan Mansyursyah 1 dari Malaka dengan tujuan mengembangkan islam. Sultan Harimau dan Sultan Jangguik berasal dari Minangkabau atau Tapanuli Selatan, maka pemanggilan Sultan diubah menjadi Sutan, bila dikaitkan dengan penguasa yang memerintah di Rokan adalah keturunan dari Sultan Sidi saudara Sultan Sujuk, tentulah gelar sultan asal Rokan didapat  karena dia memerintah.
Disaat Sultan Harimau menjumpai kampung-kampung yang enam tersebut maka setiap kampung diberi satu orang utusan yang sebelumnya telah dihuni oleh sebagian orang sakai (konon dari Duri, disebut dengan batin delapan), mulai saat itu pula kampung nonom itu dari hilir (Kualo Sako) kemudik, ada pun enam kampung tersebut bernama :
1.      Boani atau disebut juga kampung Nogori
2.      Sontang
3.      Torusan Puyuh atau Toruih Puyuh
4.      Titian Gadiang
5.      Toluk Sono atau disebut juga Kasang Mungkai dan
6.      Sungai Murai atau disebut juga Muaro Dilam (sekarang termaksuk kedalam Kecamatan Bonai Darussalam)
Bagi orang-orang bonai nama daerah dari enam kampung tersebut banyak persamaannya sebab kampung-kampung tersebut berada disekitar daerah kampong nonom, lama kelamaan terjadilah perkembangan dari kampung nonom tersebut setelah Sultan Harimau ke Bukik Langgak (kerajaan tertua dari rokan kiri dan diteruskan ke Rokan 1V Koto). Ada diantara keturunan dari kampung nonom tersebut ada yang merantau sampai ke Brunai Darussalam sekarang, menurut cerita turun temurun dari T. Khairul Zaman dari Alm. Tengku Abdul AR yang berada di Brunai Darussalam, dimana nama Brunai tersebut berasal dari nama suku Bonai, Berunai Darussalam ( kampung Bonai) dan kampung Kuntodarussalam adalah nama-nama daerah yang disebutkan suku penghuni dan penguasa.
Selain hal diatas yang telah diuraikan, ada terdapat daerah lain yaitu.
Urang Bonai di Ulak Patian
Asal suku bonai di ulak patian berasal dari kampong nonom di rokan kiri kecmatan bonai darussalam, mereka mengatakan berasal dari bonai nonom batin dari kampung titian gadiang sei. Murai dan rao-rao (kampung yang terletak di kualo sako) datang secara berkelompok pada tahun 1935 dengan mendaulautkan seorang bogodng bernama Mudo Kacak, mereka ini adalah orang yang berasal dari suku bonai yang belum beragama islam, hanya mengetahui sedikit saja tentang islam namun dari pengakuan pak rasyid dengan diperkuat dengan cerita yang disampaikan oleh T. Khairulzman, nenek moyang dari mereka ini adalah dari suku sakai –bonai  yang menempati daerah sekitar pedalaman Tanjung Pauh antara toluk sono dan sontang, menuru Rasyid mereka ini tidak mau memeluk islam kuat bedeo. Pertama masuk didaerah Deo Limbuk, sebelumnya mereka memasuki daerah ini sesuai cerita asal usul nama Ulak Patian, daerah Deo Limbuk terletak 3km dari Ulak Patian sekarang, merupakan daearah yang agak tinggi dari keseluruhan daerah Ulak Patian namun tetap saja  terendam banji  jika air dalam.
Konon ada yang mengatakan bahwa suku bonai berasal dari kata "Manai" yang artinya bagi suku bonai "pemalas" tidak diketahui apakah arti dari pemalas itu ada hubungannya dengan identitas suku bonai itu sendiri. Sedangkan pendapata lain yang mengatakan istilah bonai adalah di wilayah pemukiman suku bonai itu sendiri pada masa lalunya banyak terdapat tumbuhan pohon bonai (sejenis poh on yang memiliki ukuran "tidak lebih dari 4 meter", berdaun kecil-kecil, dengan buah yang berbentuk bulat-bulat berwarna kemerahan apabila tengah masak akan berwarna kehitaman yang memiliki rasa agak asam), buah ini merupakan bahan baku dari masakan ikan dengan cara air secukupnya dengan ikan sehingga kuah dari masakan ikan tersebut akan terasa asam.
Dalam kehidupan bonai mereka hidup dengan cara berkelompok hubungan  antar mereka  sangat erat  baik indivudu ke individu maupun antar kelompok. Suku bonai juga melakukan hubungan dengan suku lain tetapi hubungan yang terjadi hanya ditepi sungai rokan dimana mereka berada, dalam kehidupan suku bonai, mereka sangat menghargai kepala suku yang bisa membantu mereka dalam hal-hal kehidupan sedangkan struktur adat yang tertinggi dipegang oleh "datuk bendaro"  dimana peran datuk bendaro ini yang memimpin para kepala suku.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari  mereka (suku bonai) mempunyai mata pencaharian yang beragam mulai dari bertani, mengumpulkan hasil hutan, berburu, menangkap ikan dan mereka juga telah mengatahui cara berternak, meskipun alat yang digunakn oleh suku bonai masih sederhana, jika kebutuhan sehari-hari mereka telah terpenuhi maka sisa dari hasil yang mereka punya atu miliki mereka jual disekitar kampung mereka saja (barter).Suku bonai secara umum telah beragama islam tetapi pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari mereka masih diwarni dengan kepercayaan dari nenek moyang yang terdahulu, mereka juga masih mempercayai roh halus serta dukun yang mempunyai ilmu yang yang tinggi dalam suku binao dukun mendapat perlakuan ynag baik dimasyarakat suku bonai. Merak juga masih memengang adat istiadat yang kuat seperti banyaknya larangan-larangan atau kepantangan dalam kehidupan mereka seperti : pantang dalam (kehamilan, bertani, perkawinan, dan lain-lain pada bulan atau waktu tertentu) apa bila kepantangan tersebut mereka langgar akan mendapat hukuman maupun malapetaka bagi mereka. Beberapa budaya dan tradisi dari suku bonai adalah
1.      Tari buong kwayang, merupakan tari yang mereka yakini sebagi tari pengobatan tradisional yang dikemas dalam tari tradisional, tari ini telah terdapat syair yang bernuansa islam  dalam syair pembuka  terdapat kata salammualaikumsibolah kanan, salammualaikum sibolah kiri.
2.      Cegak (awang-awang selesai baju)semacam tari dalam acara perhelatan perkawinan maupun hari bear lainnya dimana dri tari ini beberapa orang membalut atau menyelimuti tubuhnya dengan (sampah daun) daun pisang kering lalu menari dengan diiringi oleh musik gondang borogong.
3.      Tahan kuli, yaitu sejenis acara adat (mirip debus)dengan melukai diri tanpa bekas.
4.      Lukah gilo, yaitu lukah yang menggila dipegang oleh beberapa orang
5.      Tahan kulik, merupakan penyaluran kebatinan bodeo dalam tradisi islam seperti (silek, bagkik, solek 21 hari dan jonkobet)
6.      Koba.
Suku bonai juga mempunyai makanan khas (Ulak Patian) yang dahulu dijadiakan hidangan untuk menyambut tamu. 
·         Anyang kalu, yaitu ikan kalu yang diiris-iris tubuhnya dengan dicelupkan beberapa saat dalam air yang mendidih lalu diperaskan kulit kayu bintungan yang sudah ditokok (memiliki rasa yang kolek)lalu digunakan bumbu spodeh, cabe, dan disiram dengan asam jeruk (limau)boleh juga dioles keikan dan boleh juga tidak
Setelah masuknya agama islam kedalam masyarakat suku bonai maka sebagian dari mereka pecah dan menjadi beberapa suku yang diakui kerapatan adat luhak kepenuhan, antara lain :
a.       Suku molayu panjang.
b.      Suku molayu bosa
c.       Suku kandangkopuh
d.      Suku bono ampun
e.       Suku kuti
f.       Suku moniliang.
Masyarakat suku bonai berbicara dengan menggunakan bahasa bonai, dimana menurut para ahli bahasa dikelompokkan kedalam Rumpun Bahasa Melayu, bahasa bonai sekilas mirip dengan bahasa melayu tetapi beberapa perbendaharaan kata juga mirip dengan bahasa Batak Mandeling dan bahasa Minangkabau.
Dalam Pendidikan
Pada umumnya suku bonai memiliki pendidikan yang sangat rendah jarang diantara mereka yang tamat dari SD (sekolah dasar), sebab dalam kalangan mereka belum ada pemahaman akan pentingnya pendidikan didukung juga dengan kehidupan mereka yang tidak menetap (nomaden) serta perekonomian yang masih rendah. Jika pun ada yang berpendidikan bearti telah keluar dari kelompok atau keturunan dan menikah dengan suku lain (campuran).  Dalam mengatasi hal tersebut maka pemerintah melakukan jawatan sosial dengan memberikan tempat untuk pemukiman mereka (tempat tinggal atau rumah) memberikan lahan untuk diolah, dan pendidikan yang secara bertahap dilakukan oleh pemerintah.  Pada saat ini kehidupan masyarakat suku bonai sebenarnya telah banyak mengalami perubahan (kemajuan) dalam berbagai bidang seperti : pendidikan dan kesehatan, tetapi dibeberapa desa juga masih terdapat kondisi yang kurang layak. Dalam kehidupan sehar-hari masyarakat suku bonai, sebagian berprofesi petani diladang (bercocok tanam) serta berternak untuk menambah penghasilan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
·         Ruswan, dkk. 1985. Struktur Bahasa Bonai. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
·         Ruswan, dkk 1983/1984. Sistem Morfologi Nomina dan Adjektiva Bahasa Bonai. Jakarta : Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
·         http://news.liputan6.com/read/15635/suku-bonai-mengusir-penyakit-dengan-tarian
 

No comments:

Post a Comment