PAHLAWAN DARI SULAWESI SULAWESI UTARA SAM RATULANGI


Andri/SI3/A

     SIAPAKAH SAM RATULANGI ITU ?
DR. Ratulangi ini adalah perintis, penegak, dan pembela kemerdekaan Republik Indonesia. Ia adalah pahlawan Kemerdekaan Nasional yangtelah menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk mengejar cita –cita Indonesia merdeka, bersatu, adil dan makmur.
Dr. Ratulangi dilahirkan di Tondano, Sulawesi Utara pada tanggal 5 November 1890. Lebih tepat dilahirkan di distrik Kasendukan, Ayahnya bernama Jizias Ratulangi dan ibunya Gerungan. Jadi nama lengkapnya adalah Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (G.S.S.J. Ratulangi). Rakyat Minahasa dan Kawan-kawannya memanggilnya dengan nama, singkatan dari Samuel. Orang tua Ratulangi orang yang terpandang di daerahnya. Ia mempunyai kedudukan sebagai kepala distrik daerah Kasendukan. Ayah Ratulangi adalah seorang yang Nasionalis yang senantiasa menjunjung tinggi kepribadian bangsa. Ia termasuk orang­­ yang rajin membaca buku
RIWAYAT dan PERJUANGANYA
Kasendukan adalah daerah pegunungan di tepi sebuah danau diMinahasa. Daerah itu memiliki pemandangan yang sangat indah. Sebagaimana orang lain di daerah itu, orang tua Ratulangi tinggal di sebuah rumah yang besar. Rumah keluarga semacam itu terbuat dari kayu. Tiap generasi memperluas rumah itu sehingga semakin lama semakin besar. Di rumah keluarga inilah Ratulangi lahir dan dibesarkan. Ia bebas bergaul dengan pembantu-pembantu ayahnya yang banyak itu.
Di kasendukan terdapat sekolah dasar Belanda, namanya Europeesche Lagere School (ELS). Pada usia enam tahun Ratulangi di masukan ke sekolah itu. Ia senang dengan semua guru-gurunya, akan tetapi ia kurang senang dengan sekolahnya. Ia lebih senang membantu kawan-kawannya di kebun atau mengembalakan kuda dan sapi di padang-padang rumput. Walaupun demikian ia tidak pernah ketinggalan pelajaran di sekolah. Setelah tamat dari Sekolah Dasar, Ratulangi di terima di Hoofdenschool, Tondano. Ia termasuk murid-murid yang terpandai di sekolanya. Ia berhasil memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pelajaran di Jawa.
Pada tahun1904, Ratulangi meninggalkan tanah Minahasa. Pada waktu itu ia berusia 14 tahun. Di Jakarta ia memasuki sekolah teknik, Koningin Wihelmina School (KWS). Dalam waktu empat tahun (1904-1908) ia berhasil mendapat ijazah KWS, dengan nilai-nilai yang sangat tinggi. Setelah tamat dari Koningan Wihelmina School Ratulangi bekerja sebagai ahli mesin pada pembangunan kereta api di Priangan Selatan. mula-mula ia merasa gembira bekerja di sana, akan tetapi kegembiraan yang di rasakan itu tidak berlangsung lama, dikarenakan pihak belanda berlaku tidak adil kepadanya, orang Indonesia asli menerima gaji lebih rendah dari pada kawan-kawan sekolahnya yang termasuk golongan  Indo-Belanda. Padahal angka-angka yang diperoleh mereka di segala bidang jauh lebih rendah dari apa yang telah di peroleh Ratulangi. Dalam keadaan menyedihkan ini Ratulangi berjanji kepada dirinya sendiri. Ia harus memperolehilmu lebih banyak dari orang orang Belanda, hanya dengan inilah deratat dan martabatnya terangkat.
Malang tak dapat di tolak, beberapa bulan kemudian ia mendapat kabar duka orang tuanya meninggal dunia, ia pulang kekampung halamanya. Setelah menyelesaikan urusan  keluarganya, Ratulangi bersama-sama dengan Samsi, Gunawan Mangunkusumo , Samud, W. Laoh dan, T.G. Mulia, berangkat ke belanda untuk melanjutkan pendidikan mereka. Tahun 1913-1915 Ratulangi belajar di Universitas Amsterdam. Setelah menyelesaikan pendidikanya pada tahun 1915 ia memperoleh ijazah guru, yaitu" Middelbare Acte en Paedagogiek."
Ia adalah seorang yang tak pernah puas dengan ilmu pengetahuannya setelah tamat belajar di Belanda ia melanjutkan pendidikanya di Universitas Zurich, Swiis pada tahun 1915. Setelah menyelesaikan pendidikanya selama empat tahun 1915-1919 di Universitas Zurich, Ratulangi mendapat gelar Doktor dalam Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dari Universitas Zurich.
Setelah menyelesikan  pendidikannya di Eropa, Dr Ratulangi mengabdikan dirinya dalam lapangan pendidikan dan asuransi bagi negri tercinta yaitu Indonesia.  Di tahun 1919-1922  Ratulangi menjadi guru sekolah menengah pertama di Yogyakarta. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan guru di masanya. Dan Pada tahun 1922-1924 Dr Ratulangi diangkat menjadi Direktur Maskapai Asuransi Indonesia di Bandung. Di tahun yang sama beliau diangkat sebagai Sekretaris Dewan Minahasa di Manado. Dr. Ratulangi berhasil menghapuskan "Herendienst" dan membuka transmigrasi baru di Modoinding dan Kanarom. Tanggal 16 Agustus 1927 ia bersama-sama dengan Dr. Tumbelaka mendirikan partai Persatuan Minahasa. Partai ini mulanya bersifat lokal; tujuanya untuk mempertinggi kehidupan rakyat Minahasa. Tetapi di bawah pimpinan Dr. Ratulangi partai politik Perstuan Minahasa berkembang menjadi partai besar.
Nama Dr. G.S.S.J. Ratulangi semakin terkenal di kalangan rakyat Minahasa. Terutama setelah ia menduduki jabatan Sekretaris Dewan Minahasa. Banyak tindakan Dr. Ratulangi yang menguntungkan rakyat Minahasa. Ia berhasil menghapuskan kerja paksa(rodi), menyelenggarakan transmigrasi, mendirikan yayasan dana belajar dan sebagainya semua tindakannya bitu untuk menarian taraf hidup rakyat di daerahnya.
Setelah beberapa bulan kemudian,di tahun 1927 rakyat Minahasa memilih Dr. Ratulangi menjadi wakilnya untuk duduk sebgai anggota Volksrad (Dewan Rakyat). Ketika itu perjuangan bangsa Indonesia sedang mendapat cobaan dan mencapai puncaknya. Kemudian atas kebijaksanaan Dr. Ratulangi, partai politik Persatuan Minahasa yang di pimpinya menjadi anggota Gabungan Politik Indonesia (Gapi), yang terkenal dengan tuntutanya "Indonesia Berparlemen". Gapi merupakan suatu front kebangsaan, suatu federasi yang mempersatukan semua partai politik di Indonesia. Tujuannya menyelenggarakan kongres rakyat dan menyelenggarakan tindakan bersama dalam lapangan politik, ekonomi, social. Kesatuan aksi tersebut ditunjukan untuk mencapai "Demokrasi dan Pemerintahan sendiri". Dr. Ratulangi termasuk salah seorang penggerak dan pendiri Gapi. Ia ikut memainkan peranan penting dalam mengembangkan usaha-usaha Gapi.
Teman- teman seperjuangan Dr. Ratulangi yang paling akrab adalah Muhammad Husni Thamrin dan Sutardjo Kartodihadikusumo. Ketiga-tiganya merupakan tiga serangkai yang selalu menghadapi wakil- wakil Belanda.
Pemerintah Belanda berusaha menjatuhkan nama Dr. Ratulangi. Usaha tersebut gagal, Orang- orang Belanda menamakan Dr. Ratulangi sebagai "Pembenci Belanda'. Tetapi sebenarnya tidak demikian. Ia tidak pernah membenci Belanda tetapi senantiasa berjuang melawan kekuasaan belanda di Indonesia.
Di masa kependudukan jepang, Pada tahun 1943 Dr. Ratulangi menerima tawaran Jepang. Ia diangkat sebagai penasehat pemerintah bala tentara Jepang di Jakarta. Pada tahun1944 ia di pindahkan ke Ujung Pandang untuk menduduki jabatan penasehat angkatan laut. Dr. Ratulangi senantiasa mempergunakan kedudukan resminya untuk membina semangat rakyat. Ia mendirikan organisasi Sumber Daerah Rakyat (Sudara). Dalam kehidupan yang sangat sulit pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Pada permulaan bulan Agustus 1945, Dr. Ratulangi memimpin misi Sulawesi ke Jakarta untuk mengikuti sidang Panitia Persiapan  Kemerdekaan Indonesia. Setelah Republik Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus. Dr. Ratulangi diangkat menjadi Gubernur Sulawesi dan ibukota pemerinthannya berada di Ujung Pandang. Namun pemimpin-pemimpin pergerakan nasional di Sulawesi belum dapat mengambil tindakan. Mereka masih menunggu kedatangan Dr. Ratulangi dari Jakarta. Baru pada tanggal 19 Agustus 1945, gubernur Ratulangi mengumumkaan secara resmi kemerdekaan republik Indonesia di depan rakyat Sulawesi. Untuk mempertahankan tegaknya Republik Indonesia Gubernur Ratulangi membentuk badan perjuangan rakyat yang di beri nama Pusat Keselamatan Rakyat. Seluruh lapisan masyarakat di Sulawesi mendukung segala kebijaksanaan Dr. Ratulangi. Ia juga membuat petisi kepada PBB, yang di tandatangani oleh 540 pemuka rakyat Sulawesi. Petesi itu menyatakan bahwa Sulawesi tidak dapat di pisahkan dari Republik Indonesia.
Tahun 1946-1948 Dr. Ratulangi dengan stafnya di penjarakan di Ujung Pandang lalu di buang ke Serui, di pulau japen, dekat Irian Jaya. Penduduk Serui menamakan Dr. Ratulangi beserta stafnya " Tuan-tuan Merdeka. Dengan diam-diam Dr. Ratulangi berhasil mendirikan Partai Kemerdekaan Irian. Setelah rombongan Dr. Ratulangi dibebaskan, dari Irian Jaya rombongan di angkut dengan menggunkan pesawat terbang ke Surabaya. Dengan menumpang kereta api rombongan sampai di ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Di Yogyakarta Dr. Ratulangi mendapat tugas baru. Beliau di angkat menjadi penasehat pemerintah pusat dan menjadi anggota delegasi Indonesia dalam perundingan yang dilangsungkan antara pemerintah Republik Indonesia  dengan pemerintah Belanda pada tahun 1948-1948.
Dr.G.S.S.J. Ratulangi telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya pada tanggal 30 Juni 1949, pada saat itu Perang Kemerdekaan kita hampir mencapai kemenangan.
 Demikianlah perjuangan-perjungan Dr.G.S.S.J. Ratulangi untuk Negara tercinta ini "INDONESIA" hampir separuh hidupnya, buah pikiranya, perjuangannya dan dedikasinya untuk Indonesia. Seluruh bangsa Indonesia berhutang budi kepadanya. Atas jasanya terhadap Nusa dan Bangsa, pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan almarhum Dr.G.S.S.J. Ratulangi sebagai Pahlawan Nasional. Dan pemerintah telah menganugrakan gelar Anumerta berurut-turut :                                                                         1. Bintang Gerilya pada tanggal 10 November 1958
2. Bintang Mahaputra pada tanggal 17 Agustus 1960
3. Satyalencana Peringatan Perjungan Kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 1961
Dr. Ratulangi merupaka sumber inspirasi dan suri tauladan yang mejulangb tinggi beliau telah berkorban, demi cita-cita, kemerdekaan, persatuan, keadilan sosial, dan perikemanusiaan. Dr. Ratulangi termasuk dalam barisan manusia- manusia besar Indonesia yang berjajar menghiasi layar sejarah perjuangan rakyat Indonesia
  
 Buku seri Pahlawan, Sutrisno Kutoyo dkk, penerbit Mutiara Jakarta 1979.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Kutoyo sutrisno dkk, 1979, buku seri pahlawan, Jakarta; Buku seri pahlawan
2        .http://id.wikipedia.org/wiki/Sam_Ratulangi

No comments:

Post a Comment