PERLAWANAN RAKYAT BATAK (SI SINGA MANGARAJA XII ) (1875-1907)



Darlis S Gultom/A / SI3
Kerajaan Batak terletak  di wilayah Tapanuli, dengan pusat kedudukan dan pemerintahannya terletak di Bakkara ( sebelah barat daya Danau Toba ). Sejak  tahun1860, misi kristen mulai memasuki Silindung dan Toba. Pos-pos zending juga mulai berdiri di daerah tersebut. Sejalan dengan itu pemerintah kolonial Belanda mengerahkan ekspedisi militernya ke daerah Barus dan Singkel dan kemudian memasuki pedalaman Aceh. Dalam keadaan itu, raja Batak Si Singa Mangaraja XI meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya, Patuan Bosar Pulo Batu dengan gelar Si Singa Mangaraja XII.
·        Alasan Si Singa Mangaraja XII melakukan perlawanan terhadap Belanda:
Pertama, Raja Si Singa Mangaraja XII tidak mau daerah kekuasaannya dikuasai dan makin diperkecil oleh Belanda. Ia tak terima kota Natal, Mandailing, Angkola, Sipirok di Tapanuli Selatan di kuasai oleh Belanda.
Kedua, Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica (lingkungan Hindia-Belanda).
Ketiga, Si Singa Mangaraja XII memandang gerakan kristenisasi akan membahayakan tanah Batak.
·         Proses Jalannya Perang Batak
Untuk mewujudkan tujuan Pax Netherlandica (lingkungan Hindia-Belanda), Belanda menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai lanjutan pendudukannya atas Tapanuli Selatan, dan Sumatera Timur. Belanda menempatkan pasukan pendudukannya di Tarutung dengan dalih melindungi para penyebar agama kristen yang tergabung dalam Rhijnsnhezending. Tokoh penyebarnya bernama Nommenssen (orang Jerman).
            Menghadapi perluasan wilayah yang dilakukan oleh Belanda, maka pada tahun 1877, Si Singa Mangaraja XII, mengadakan kampanye keliling daerah untuk mengajak rakyat mengusir zending-zending kristen. Sejalan dengan itu Si Singa Mangaraja meminta bantuan kepada Sultan Aceh untuk merencanakan penyerangan terhadap kedudukan Belanda di daerah Tapanuli Utara yakni, zending di Silindung. Namun isu itu terdengar oleh garnisiun militer Belanda di Sibolga. Sehingga pada tanggal 8 Januari 1878 tentara di pos Sibolga diperintahkan untuk memasuki daerah Silindung dan mengawasinya. Namun kedatangan militer Belanda ke Silindung segera dijawab oleh Si Singa Mangaraja XII dengan pernyataan perang.
            Peperangan berlangsung kira-kira tujuh tahun dan terjadi pada daerah-daerah seperti di Bahal Batu, Buntar, Siborong-borong, Balige, Lumban Julu, dan Laguboti.
            Dengan memanfaatkan benteng alam dan juga beberapa benteng buatan, beberapa kali pasukan Si Singa Mangaraja berhasil mematahkan serangan Belanda. Dan untuk menghindari sergapan Belanda, berkali-kali Si Singa Mangaraja memindahkan pusat pemerintahanya. Pada tahun1894, Belanda mengerahkan kekuatan untuk menguasai Bakkara sebagai pusat kekuasaan Si Singa Mangaraja XII. Pertempuran sengit terjadi di daerah Pakpak Dairi, sebelah barat Danau Toba.
·         Akhir Perang Batak
Pada tahun 1907 pasukan Belanda berhasil memotong hubungan Si Singa Mangaraja XII dengan Aceh dan membatasi ruang gerak pasukan Si Singa Mangaraja di sekitar Barus dan Singkel. Pada bulan Juni 1907 pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Hans Christofel berhasil menemukan Si Singa Mangaraja di dekat Aek Sibulbulon, daerah Dairi. Dalam kondisi terkepung, Si Singa Mangaraja besrta pengikutnya tetap melakukan perlwanan. Dan dalam pertempuran itu, Si Singa Mangaraja beserta dua orang puteranya, Sutan Nagari dan Patuan Anggi, serta seorang puterinya Lopian gugur bersama pasukan lainnya. Istri dan anak-anaknya yang masih hidup kemudian ditawan dan di buang keluar daerah Batak. Jenazah Si Singa  ke Mangaraja XII dibawa ke Tarutung dan dimakamkan didepan Tangsi Militer Belanda. Tahun1953 dipindahkan ke Soposurung Balige. Perlawanannya diteruskan oleh Parsihu Damdam.
Daftar Pustaka
Iskandar, Mohammad. 2007.Sejarah Indonesia dalam perkembangan zaman. Jakarta: Ganeca Excat.
Badrika, I Wayan. 2006. SEJARAH. Jakarta: Erlangga.

No comments:

Post a Comment