Oleh : Rusni Lendrawati/SI5
Keadaan ekonomi bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan sangat kacau dan memperihatin-kan. Kondisi ini tidak dapat dilepaskan dari ekonomi warisan penjajahan Jepang yang telah merusak hampir seluruh potensi ekonomi indonesia untuk kepentingan perang Jepang di Asia Timur Raya, disamping itu pada masa pendudukan Jepang peredaran uang sangat tak terkendali mata uang yang beredar selain uang Jepang ada juga uang De Javasche Bank dan uang Pemerintah Belanda. Pada masa kedatangan sekutu ke Indonesia keadaan moneter semakin parah karena pada setiap daerah yang diduduki sekutu selalu mengeluarkan uang cadangan yang ada pada Bank-Bank yang dikuasainya. Pemerintah Indonesia yang baru berdiri harus menanggung seluruh kekacauan ekonomi tersebut diatas, walaupun pemerintahan tidak punya kemampuan karena pemasukan pemerintah dari sektor pajak dan bea sangat minim, ekspor mengalami kemacetan karena Belanda melakukan blokade ekonomi terhadap Indonesia sementara pengeluaran pemerintah terus bertambah untuk membiayai pemerintahan
1. Sistem Ekonomi Liberal
Kemerdekaan yang berhasil dirahi oleh bangsa indonesia tentunya tidak secara instan kita kita menikmati adanya kebebesan dan kemakmuran.pasca kemerdekaan banyak bidang kehidupan yang harus kita bangun dan salah satunya bidang ekonomi. Namun demikian, pemerintah telah mencoba untuk memperbaiki ekonomi melalui langkah-langkah berikut:
a. Nasionalisasi De Javasche Bank
Dengan tidak berubahnya bentuk dan status De Javashce Bank maka fungsinya tetap seperti semula, begitupun dengan personil dan kepemimpinannya. Namun bank tersebut tidak dikelolah oleh orang indonesia melainkan oleh orang-orang Belanda. Atas ketentuan yang ada memnghambat pemerintahan indonesia dalam menjalankan kebijakan moneter dan ekonomi yang dikehendakinya. Oleh karna itu, tedapat desakan-desakan agar De Javasgce Bank dinasionalisasikan dan menjadi bang milik pemerintah indonesia. Pada tanggal 15 Desember 1951, diumumkan Undang-undang No. 24 tahun 1951 Tentang Nasionalisasi De Javashce Bank N.V. menjadi bang indonesia (BI) yang berfungsi sebagai bank Sentral dan bank Sirkulasi.
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Seorang tokoh ekonomi yang mencurahkan perhatian terhadap perkembangan dan pembangunan ekonomi dalah Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Ia berpendapat bahwa pembangunan ekonomi indonesia adalah pembangunan ekonomi baru yaitu mengubah struktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional. Salah satu cara yang diusulkan adalah memberi kesempatan kepada pengusaha pribumi untuk membangun ekonomi nasiona. Dan memberikan bimbingan kepada pengusaha lokal atau dengan bantuan memberi kredit.gagasan sumitro kemudian dimasukkan kedalam program kabinet Natsir (september1950-April1951),sewaktu ia menjabat sebagai mentri Perdagangan. Program ekonomi ini dikenal dengan program Benteng/Gerakan Benteng. Program Benteng memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Menumbuhkan dan membina wiraswastawan indonesia atau pribumi sambil menumbuhkan nasionalisme ekonomi atau "indonesiasi"
b. Mendorong para importirnasional agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan impor asing
c. Membatasi impor barang-barang tertentu dan emberikan lisensi impor hanya kepada para importir indonesia
d. Memberi bantuan dalam bentuk kredit keuangan kepada para penguasa indonesia.
2. Ekonomi di Masa Demokrasi Terpimpin
Berubahnya kebijakan politik indonesia, yaitu dengan keluarnya dekrit tentang kembalinya UUD ke UUD 1945 pada tanggal 5 juli 1959 maka bidang ekonomi pun ikut berubah. Langkah pertama yang ditempuh pemerintah adalah merencanakan kembali pembangunan, yang dipimpin oleh Prof. Muh. Yamin namun rencana ini gagal dilaksanakan akibat menurunnya tingkat pemerintah. Langkah lanjutan yang ditempuh oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
a. Devaluasi Uang
Uang kertas yang bernilai Rp 500 didevaluasi menjadi Rp 50 dan Rp 1.000 menjadi Rp 100. Semuanya disimpan bank yang bernilai dari Rp 25.000 dibekukan.
b. Menekan Laju Inflansi
Tercatat pada priode tahun 1960-1965 penerimaan negara hanya berkisar di angka Rp 53,6 miliar sampai Rp 923,4 miliar. Usaha untuk menutup defisip dilakukan dengan cara mencetak uang baru. Pada tahun 1966 inflansi telah mencapai 600% dan kebijakan lain yang ditempuh oleh pemerintah adalah menyatuhkan semua bank yang dikuasai oleh negara termasuk Bank Negara Indinesia.
c. Melaksanakan Pembangunan Nasional
Berdasarkan ketetapan MPRS Nomor11/MPRS/1960 tentang garis-garis Besar Pola PembangunanNasional Semesta Berencana tahapan pertama (1961-1969) maka pemerintah pada tahun 1961 mulai melaksanakannya. Untuk menunjang pelaksanaan program tersebut, maka dibangunlah gedung pameran Pembangunan Nasional Semesta (Gedung Pola),namu program ini gagal karna banyaknya korupsi,penyimpangan, maupun ketidak tepatan dalam pelaksanaannya. Untuk mengatasi kegagalan program tersebut, maka pada tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno menyampaikan Deklamasi Ekonomi (Dekon) di Jakartadengan tujuan utamanya adalah untuk menciptakan sebuah sistem ekonomi nasional yang bersifat demokratis, serta mampu berdiri di atas kaki sendiri.
Kemerosotan ekonomi yang belum bisa diatasi lewat berbagai program yang dilancarkan membuat pemerintah kembali mengeluarkan peraturan tertanggal 17 April 1963, yaitu tentang pembentukan Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (Kesop) dalam usaha perdagangan. Menurut Sartono K, dkk. Gambaran kondisi ekonomi kita pada masa orde lama adalah sebagai berikut:
a. Volume uang meninggat terus-menerus akibat defisit anggaran belanja
b. Arah uang tidak membangkitkan produksi atau melancarkan arus barang
c. Arus barang mundur akibat kurangnya produksi dalam negeri sebagai konsenkuensi kurangnya spare parts
d. Kepentingan rakyat kecil dikorbankan dengan dihentikannya impor beras
e. Menumpuknya hutang yang penggunaannya penuh manipuh lasi dan tidak bertanggung jawab
f. Kelangkaan barang, bahan baku, dan spare part.
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, I Wayan.2006. Sejarah untuk SMA kelas XII, Jakarta:Erlangga.
Tuapan, Muhamad.2010.Sejarah Bilingual untuk SMA semester 1dan 2.Bandung: Yrama Widya.
No comments:
Post a Comment