PERANG KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA

FEBBY INDRI R/PIS
Setelah perang dunia kedua berakhir, Korea sedang bergejolak. Korea Selatan dengan didukung Amerika Serikat berhadapan dengan Korea Utara yang dibantu oleh Rusia.
Awal mula kedatangan orang-orang Korea Utara di Seoul disambut baik oleh Korea Selatan terutama pemuda dan mahasiswa. Semboyan-semboyan yang seringkali diucapkan oleh kaum komunis dan janji-janji yang diucapkan mereka terdengar merdu bagi rakyat yang telah menderita. Lama-kelamaan, janji tersebut tidak terpenuhi. Korea Utara memerlukan banyak buruh untuk memperbaiki jalan-jalan mereka. Kaum buruh dimobilisasi tanpa memperhatikan nasib mereka. Sementara itu, hasil padi dan ternak dari petani disita oleh Korea Utara. Rasa senang tadi makin memudar dan semakin menjadi-jadi ketika ada paksaan untuk masuk ke militer bagi pemuda-pemuda Korea Selatan membuat Korea Selatan memberikan perlawanan. Kekejaman yang dilakukan orang Korea Utara di Seoul dibalas dengan kekejaman yang dilakukan oleh Korea Selatan.Polisi Korea Selatan menangkapi sembrangan orang yang dicurigai sebagai orang Korea Utara dan menyiksa mereka jika tertangkap.
Dan perangpundi mulai,perang ini terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953 Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB. Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.

Korea Utara menyerang (Juni 1950)

Meskipun PBB menerima banyak pesan yang memberitahu bahwa Korea Utara akan melakukan invasi, PBB menolak semuanya. Sebelum perang, pada awal tahun 1950, perwira CIA stasiun Cina Douglas Mackiernan menerima ramalan intelejen Cina dan Korea Utara yang meramalkan bahwa tentara Korut akan menyerang ke Selatan.
Dengan alasan membalas provokasi Korea Selatan, Tentara Korea Utara (tentara Korut) menyebrangi paralel ke-38, dibantu tembakan artileri, Minggu pagi tanggal 25 Juni 1950. tentara Korut mengatakan bahwa pasukan Republik Korea (ROK), di bawah pimpinan "bandit pengkhianat Syngman Rhee", telah menyebrangi perbatasan "terlebih dahulu", dan mereka akan menangkap serta mengeksekusi Rhee.Pada tahun-tahun sebelumnya, kedua Korea telah saling menyerang satu sama lain.
Beberapa jam kemudian kemudian, dewan Keamanan dan PBB dengan suara bulat mengecam invasi Korea Utara terhadap Republik Korea, melalui Resolusi 82 DK PBB, meskipun Uni Soviet dengan hak vetonya memboikot pertemuan sejak Januari. Pada 27 Juni 1950, Presiden Truman memerintahkan angkatan udara dan laut AS untuk membantu rezim Korea Selatan. Setelah memperdebatkan masalah ini, DK PBB, pada 27 Juni 1950, menerbitkan Resolusi 83 yang merekomendasikan negara anggota memberikan bantuan militer kepada Republik Korea. Ketika menunggu pengumuman fait accompli dari dewan kepada PBB, Wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet menuduh Amerika memulai intervensi bersenjata atas nama Korea Selatan.
Uni Soviet menentang legitimasi perang tersebut, karena (i) data intelejen tentara Korea Selatan yang menjadi sumber Resolusi 83 didapatkan dari intelejen AS; (ii) Korea Utara (Republik Demokratik Rakyat Korea) tidak diundang sebagai anggota sementara PBB, yang berarti melanggar Piagam PBB Pasal 32; dan (iii) perang Korea berada di luar lingkup Piagam PBB, karena perang perbatasan Utara-Selatan awalnya dianggap sebagai perang saudara. Selain itu, perwakilan Soviet memboikot PBB untuk mencegah tindakan Dewan Keamanan, dan menantang legitimasi tindakan PBB; ahli hukum mengatakan bahwa untuk memutuskan suatu tindakan diperlukan suara bulat dari 5 anggota tetap DK PBB.[31][32]
Korea Utara memulai "Perang Pembebasan Tanah Air" dengan melakukan invasi darat dan udara dengan 231.000 tentara, yang berhasil menguasai objek dan wilayah sesuai dengan yang direncanakan seperti Kaesŏng, Chuncheon, Uijeongbu, dan Ongjin, yang mereka dapatkan setelah mengerahkan 274 tank T-34-85, 150 pesawat tempur Yak, 110 pesawat pengebom, 200 artileri, 78 pesawat latihan Yak, dan 35 pesawat mata-mata.
Sebagai tambahan pasukan invasi, tentara Korut memiliki 114 pesawat tempur, 78 pesawat pengebom, 105 T-34-85, dan 30.000 pasukan yang berpangkalan di Korea Utara. Di laut, meskipun hanya terdiri dari beberapa kapal perang kecil, juga terjadi pertempuran yang cukup sengit antara keduanya.
Di pihak lain, tentara Korea Selatan masih belum siap. Pada South to the Naktong, North to the Yalu (1998), R.E. Applebaum melaporkan bahwa tentara Korea Selatan memiliki tingkat kesiapan tempur yang rendah pada 25 Juni 1950. Tentara Korea Selatan hanya memiliki 98.000 tentara (65.000 tentara tempur, 33.000 tentara penyokong), tidak memiliki tank, dan 22 pesawat yang terdiri dari 12 pesawat tipe penghubung dan 10 pesawat latihan AT6. Selain itu tidak ada pasukan asing yang berpangkalan di Korea saat itu - meskipun terdapat pangkalan AS di Jepang.
Dalam jangka waktu beberapa hari saja, banyak tentara Korea Selatan — yang kurang loyal terhadap rezim Syngman Rhee — lari ke selatan atau malah berkhianat dan bergabung dengan tentara Korea Utara.

4 Januari 1951 - Tentara Korea Utara yang dibantu Cina berhasil menguasai Seoul.

27 Juli 1953 - Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan saat itu, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Secara resmi, perang ini belum berakhir.
60 tahun kemuadian…..
26 Maret 2010 - kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam. Korsel menaruh curiga pada Korut. Hubungan kedua negara memanas.
24 November 2010 - Korut melakukan serangan artileri ke pulau Yeonpyeong yang menjadi markas militer Korse
Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah mengalami perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang terbatas. Meskipun kedua negara memiliki dukungan negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja tak pernah terjadi perang berskala dan intensitas besar maupun massif. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara ini adalah perang Proxy, atau perang yang tak melibatkan kekuatan utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Perang tahun 1950-1953 berakhir dengan tanpa kemenangan, kecuali angka korban jiwa yang signifikan di kedua belah pihak. Ketika itu, politik global masih bi-polar, Amerika Serikat dan Uni Soviet, perang masih dalam tataran perang militer, kemajuan tekonologi dan peradaban dunia tak sepesat sekarang. Ketika beragam permasalahan bilateral kedua negara bersaudara ini makin kerap terjadi, bisa saja pihak yang merasa terdzalimi, akan melakukan perlawanan. Siapa yang menzalimi dan terdzalimi tentu subyektif bagi kedua negara. Hal sekecil apapun bisa saja menjadi pemicu perang.

Korban perang

Tentara PBB dan AS menghitung jumlah tentara China dan Korea Utara yang tewas berdasarkan laporan korban-tewas di lapangan, interogasi tahanan perang, dan intelejen militer (dokumen, mata-mata, dan lain-lain).Korban tewas: AS: 36.940 terbunuh, China:100.000—1.500.000 terbunuh; kebanyakan sumber memperkirakan 400.000 orang yang terbunuh; Korea Utara: 214,000–520,000; kebanyakan sumber memperkirakan 500.000 orang yang terbunuh. Korea Selatan: Rakyat sipil: 245.000—415.000 terbunuh; Total rakyat sipil yang tewas antara 1.500.000—3.000.000; kebanyakan sumber memperkirakan 2.000.000 orang tewas.
 DAFTAR PUSTAKA
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Utara#Perang_Korea
Sumber : Lubis,Mocthar.2010,cacatan perang korea. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

No comments:

Post a Comment