PERLAWANAN RAJA HAJI (1782-1784)

MESTIKA SARI/B/SR3

    Raja Haji Fisabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV atau Raja Haji Marhum Ketapang memerintah kerajaan Melayu mulai dari tahun 1777-1784. Raja Haji Fisabilillah menjadi figur legendaris dalam perjuangan kerajaan melayu. Perjuangan Raja Haji Fisabililah dalam mengusir Belanda berbuah hasil, salah satu keberhasilannya adalah memukul mundur pasukan Belanda dari perairan Riau dan menenggelamkan salah satu kapal Belanda, Maraca Van Warden.

Ketika Sultan Mahmud Syah III menjadi Sultan di Riau pada tahun 1782, Raja Haji menjabat sebagai Yang Dipertuan Muda Riau yang ke-VI, tahun 1777-1784. Pada waktu Gubernur Belanda berkedudukan di Melaka. Sultan Riau mempunyai kedaulatan penuh terhadap seluruh daerah takluknya. Yang Dipertuan Muda Riau, Raja Haji mempunyai sifat tegas, keras, berani dan cakap mengatur pemerintahan dan ekonomi. Ia seorang yang ahli pula dalam siasat perang laut. Akibatnya selama Raja Haji mengatur pemerintahan di Riau kekuasaan Raha Haji semakain bertambah luas dan berpengaruh.
    Akan tetapi pengaruh Raja Haji yang semakin besar di Riau hingga ke Pahang dan Johor dirasakan sangat mengancam kekuasaan Belanda di Melaka. Belanda merasa tidak aman dan takut kalau sewaktu0waktu Raja Haji akan menyerang langsung ke Melaka. Untuk menghindarkan ancaman dari Raja HaJi, ,maka Belanda membuat suatu siasat mendekati Raja Haji secara bersahabat. Oleh Gubernur Belanda di Melaka dikirimkan seorang utusan kepercayaannya bernama Jacob Pieter van Braam ahli strategi perang laut yang terkenal dengan nama julukan "Raja Laut". Mereka datang dengan kapal Malaka's Welvaren.
    Kedatangan utusan Belanda disambut secara bersahabat oleh Sultan Mahmud Syah III dan Raja Haji di istana Penyengat tahun 1780. Perundingan dihadiri juga oleh pembesar kerajaan seperti Bendahara Tun Abdul Majid, Temenggung Tun Abdul Jamai, Raja Indra Bungsu, Datuk Bendahari, Datuk Syahbandar, Datuk Laksamana, Raja Tua Encik Andak, Penggawa Bentara Kanan dan Penggawa Bentara Kiri.
    Penandatanganan perjanjian antara Jacob Pieter van Braam diadakan diatas kapal Malaka's Welvaren tersebut diatas. Hasil dari pertemuan tersebut, lahirlah suatu perjanjian 1780 yaiut mengenai persahabatan dan keamanan bersama antara kerajaan Riau yang terdiri dari 12 pasal. Salah satu dari pasalnya berbunyi sebagai berikut: Segala musuh Kompeni Belanda dianggap menjadi musuh bagi Raja Riau. Jika terjadi penahanan-penahanan baik berupa tawanan musuh ataupun barang-barang sitaan, maka seluruh tahanan dan barang sitaan tersebut akan dibagi dua antara Kompeni Belanda dan Raja Riau.
    Kedua pihak berjanji akan melaksanakan perjanjian tersebut. Akan tetapi tak pernah menjadi kenyataan. Pihak Belandalah yang semula mengingkari perjanjian yang telah dibuatnya.
    Sekitar 1782 datang ke perairan Riau dan berlabuh dumuka pulau Bayan sebuah kapal Kompeni bernama Bestsy memuat candu 1154 peti. Peristiwa ini dilaporkan oleh Raja Haji kepada Residen Gerrit Pangal di Tanjungpinang Riau. Residen Gerrit Pangal melaporkan kepada Gubernur Belanda di Melaka. Kompeni Belanda langsung membawa sebuah kapal Perancis dengan nakhodanya Mathurin Baerbaron untuk merampas kapal Kompeni Inggeris Betsy tanpa mengikut sertakan Raja Haji dalam perampasan itu. Tingkah laku Belanda yang menginjak-nginjak itu sangat menyinggung parasaan Sultan Riau dan Raja Haji. Apalagi tawanan dan barang-barang sitaan yang dirampas Belanda di pulau Bayan sedikitpun tidak diserahkan kepada Sultan Riau. Setelah lama menunggu kabar dari Melaka tentang pelaksanaan perjanjian tersebut maka Raja Haji menentukan sikap untuk pergi sendiri menagih janji ke Melaka.
    Sebelum sampai ke Malaka, Raja Haji singgah terlebih dahulu ke Muar untuk mengatur siasat menghadapi Belanda, baik secara diplomasi politik maupun dengan cara kekerasan militer. Setelah siasat diatur dengan teliti, Raja Haji mengirim utusan ke Melaka untuk menyampaikan kepada Belanda bahwa ia akan datang ke Melaka untuk menuntut perjanjian yang telat dibuat. Sebelum sempat Raja Haji datang ke Melaka, Gubernur Belanda mengirim Van Braam yang didampingi oleh seorang Kapten Melayu sebagai wakilnya untuk berbicara dengan Raja Haji di Muar.
    Raja Haji semakin kecewa setelah bertemu dengan Swa Van Braam Dijelaskan oleh Swa Van Braam bahwa tawanan dan barang-barang sitaan akan dibagi dua apabila dilakukan penangkapan bersama-sama. Setelah mengengarkan penjelasan yang licik itu, Raja Haji dengan spontan merobek-robek surat perjanjian didepan mata Swa Van Braam. Setelah dirobek-robek dikembalikan agar disampaikan kepada Gubernur di Melaka. Tindakan Raja Haji yang sangat demonstrative ini menimbulkan ketegangan dipihak Belanda.
    Sementara Raja Haji pulang ke Riau, Belanda mengadakan permusyarawatan merundingkan tindakan apa yang harus diambil terhadap tindakan apa yang harus diambil terhadap kerajaan di Riau. Ketika berunding datanglah seseorang yang menyampaikan berita palsu yang menyatakan bahwa Raja Haji dengan armadanya sedang menuju ke Melaka. Berdasarkan berita inilah Belanda berpendapat lebih baik mengadakan penyerangan terlebih dahulu ke daerah Riau sebelum Raja Haji dan armadanya sempat memukul Melaka.
    Sesampainya Raja Haji ke Riau, ia memerintahkan mempersiapkan perlengkapan perang, membuat kubu-kubu pertahanan di tempat-tempat yang dianggap penting antara lain: Teluk Keriting, dan di Pulau Penyengat. Setiap kubu petahanan diserahkan pimpinannya pada seorang panglima yang terkenal nama-namanya: Encik Sumpok dan Encik kubu-kubu pertahanan di Pulau Penyengat diserahkan pada orang Siantan.
    Perhitungan dan ramalan Raja Haji ternyata tidak meleset. Tidak beberapa lama setelah Raja Haji mempersiapkan angkatan perangnya untuk menjaga setiap kemungkinan yang datang, saat itu tibalah armada Belanda diperairan Riau yang dipimpin oleh  kenalan lamanya yaitu Jacob Pieter avn Braam. Kapal perang Malaka's Welvaren yang besar ikut memperkuat armada yang datang menyerang itu. Armada itu berkekuatan 7 buah kapal dengan anggota pasukan sejumlah lebih kurang 594 orang.
    Datanglah armada Belanda, disambut Raja Haji dengan tembakan meriam dari setiap kapal dan dari setiap kubu pertahanan. Seketika itu berkecamuklah perang antara kedua belah pihak. Bunyi meriam, senapan, tarkul dan pemburasnya gegap gempita diseluruh perairan. Rakyat beserta seluruh lasykar bahu membahu menangkis serangan Belanda. Belanda tidak berdaya mendekati pusat pertahanan Raja Haji karena itu Belanda meminta bantuan ke Melaka. Bantuan Belanda datang dengan 17 buah kapal berkekuatan lebih kurang 600 serdadu dibawah pimpinan Ketua Mahkamah Pengadilan Belanda di Melaka.
    Setelah beberapa lama berperang, dengan kemahirannya berperang dilaut, Jacob Van Braam dapat mematahkan perlawanan Raja Haji yang perkasa. Pasukan Jacob Pieter Van Braam berhasil mendarat dipulau Penyengat. Pertahanan kubu-kubu orang Siantan dipulau Penyengat dapat ditundukkan Belanda dengan mempergunakan anjing-anjing perang yang terlatih. Seluruh orang-orang Kiantan dan rakyat mempertahankan kubu tersebut disembelih oleh Belanda. Penyengat seolah-olah bersiramkan darah pahlawannya.
    Raja Haji sendiri pada waktu itu bertugas dikubu pertahanan pulau Bayan. Berita pendaratan dan penyembelihan yang dilakukan Belanda di pulau penyengat segera diketahui oleh Raja Haji. Dengan hati yang sangat gemas Raja Haji langsung memimpin serangan balasan terdahap Belanda di pulau Penyengat.
    Pendaratan Raja Haji di Pulau Penyengat mendapatkan perlawanan hebat dari serdadu Belanda. Dengan tangkas Raja Haji dapat menundukkan perlawanan Belanda setelah melalui pertempuran hebat. Lasykar Raja Haji yang amat marah terhadap keganasan Belanda mengamuk bagaikan singa kehausan darah. Perang sosoh ynag langsung dipimpin oleh Raja Haji benar-benar mengerikan Belanda. Serdadu Belanda yang terdesak terpaksa mempertahankan diri dengan cara bersembunyi di selah-selah tembok dan diantara puing-puing rumah-rumah yang berantakan. Pertempuran mereda bila hari malam.
    Pada malam hari terjadi pembunuhan – pembunuhan yang dilakukan oleh lasykar Raja Haji sehingga sangat menakutkan pihak Belanda. Siang harinya dengan semangat yang menyala-nyala peperangan diteruskan. Dalam pertempuran ini pihak Belanda hampir-hampir tak kuasa menahan gempuran lasykar Raja Haji. Banyak sekali korban yang jatuh dipihak Belanda.
    Pimpinan serdadu Belanda Van Braam hampir-hampir kehilangan akal. Kapal Malaka's Welvaren diledakkan pasukan Raja Haji yang nekat berjibaku. Amoldus Lemker dan 500 orang serdadu Belanda yang berada dikapal itu tewas semuanya. Untuk merebut penyengat bala bantuan Belanda didatangkan.
    Sembilan bulan lamanya pertempuran berjalan dengan sengitnya, namun perlawanan dari pihak Raja Haji tidak dapat dipatahkan. Semangat tempur lasykar Raja Haji semakain tinggi. Sebaliknya pihak Belanda merasa jemu dan putus asa. Bantuan yang dinantikan kemudian dari malaka dan betawi tak kunjung tiba. Unutk menghindarkan jatuhnya korban yang lebih banyak, Van Braam mengirim utusannya yang bernama Cik Abu unutk mengadakan genjatan senjata dengan Raja Haji. Setelah genjatan senjata ditandatangani terjadilah pemberhentian tembak menembak dilau dan di darat selama waktu yang tidak ditentukan batasnya.
    Hanya satu usul dari pihak Belanda yang ditolak oleh Raja Haji. Raja Haji tidak dapat menerima permintaan Belanda untuk memasukkan sebuah kapal perang besar keperairan Riau yang dikatakan oleh Belanda tanpa senjata dan anak buah yang lengkap. Usul itu ditolak karena Raja Haji sungguh menyadari bahwa usul itu hanyalah merupakan siasat licik yang ingin dijalankan oleh Belanda untuk menaklukkan Kerajaan Melayu Riau.
    Walaupun Raja Haji menolak usul yang berbungkus tipu muslihat itu, namun Belanda tanpa menghiraukan perjanjian itu memasukkan juga sebuah kapal perang besar ke perairan Riau. Tak ayal lagi kedatangan kapal perang yang telak ditolak dalam perjanjian itu, disambut Raja Haji dengan dentuman meriam dari semua kapal-kapal perang dan segenap kubu pertahanan. Dalam pertumpuran ini terbunuh seorang Komisaris Belanda.
    Van Braam benar-benar menyadari bahwa peperangan tak mungkin dapat diteruskan lagi. Ia terpaksa membuat perjanjian perdamaian dengan Raja Haji untuk kedua kalinya. Berita tentang peperangan Raja Haji dan Belanda di Riau diikuti dengan seksama perkembangannya oleh Raja Selangor. Yaitu, anak dari saudaranya (Sultan Ibrahim Shah, Selangor I Raja Ibrahim) yang menyebabkan Selangor terlibat secara langsung dalam persengketaan antara Belanda dengan Johor.
    Raja Selangor sangat benci terhadap orang-orang Belanda yang berada di Melaka. Setelah mengadakan perundingan dengan segenap pembantunya Raja Selangor memutuskan unutk membantu Raja Haji berperang melawan Belanda. Berangkatlah Raja Selangor ke Melaka dengan tujuan untuk mengusir Belanda dari Melaka dan membantu Raja Haji yang sedang berperang di Riau.
    Gerakan lasykar Raja Selangor diketahuai oleh Belanda di Melaka. Belanda berusaha mematahkan penyerbuan lasykar Selangor ke batang tiga. Namun dibatang tiga terjadi juga pertempuran sengit dengan  berkobar-kobar. Serangan pasukan Belanda dapat ditangkis oleh Raja Selangor. Banyak korban ya g terjatuh dikedua belah pihak. Belanda yang sedang kekurangan serdadu dan perlengkapan perang karena sedang berperang di Riau, kewalahan menghadapi Raja Selangor. Untuk mengindari jatuhnya kota Melaka, Gubernur Belanda buru-buru mengirim utusan kepada Van Braam agar segera pulang ke Melaka untuk memperkuat pertahanannya di Melaka. Armada di perairan Riau terpaksa ditarik ke Melaka. 
    Raja Selangor merubah siasatnya untuk menyerang Melaka setelah Van Braam dan aemadanya tiba di Melaka. Raja Selangor berlayar ke Riau menemani Sultan Mahmud Syah II dan Raja Haji. Semua kelemahan pertahanan Belanda di Melaka dijelaskan oleh Raja Selangor kepada RAJA Haji. Raja Selangor menyarankan agar Raja Haji dan lasykarnya menyerang perlawanan dan dalam saat demikian kembali datang batuan dari Batavia untuk pihak Belanda. Pada tanggal 16 Juni 1784, datang kapal perang bantuan dari pihak Batavia untuk Belanda yang bernama "Princes Louisa" dibawah pimpinan Federick Rudolph Carel untuk membantu pasukan Jacob Pieter Van Braam di daerah teluk Ketapang Melaka.
    Karena jengkelnya tidak dapat menundukkan pasukan gabungan Riau, Rembau dan Selangor itu, Jacob Pieter van Braam merencanakan mengadakan serangan dan pendaratan mendadak ke kubu Raja Haji, agar kubu-kubu dibawah pimpinan panglima dari Rambau dan Selangor tidak dapat mengirimkan pasukan bantuan. Kubu Raja Haji akan dikepung dan pendaratan akan dilindungi oleh kapal perang Utrecht dan Princes Louisa.
    Demikianlah, pada tanggal 18 Juni 1784, diwaktu subuh 734 (tujuh ratus tiga puluh empat) orang serdadu Belanda lengkap dengan senapang, sangkur dan pedang didaratkan di teluk ketapang dari kapal-kapal Belanda dengan lindungan kapal perang Utrecht dan Princes Louisa yang senantiasa memuntahkan pelurunya ke arah kubu Raja Haji.
Dalam pertempuran pada subuh hari tanggal 18 Juni 1784 itu, pasukan Melayu di Riau di bawah pimpinan Raja Haji, panglima Telibing, Arung Lengge, Daeng Selikang, dan Haji Ahmad bertempur dengan penuh keberanian melawan pasukan Belanda yang datang menyerang dengan senapang dan sangkur dan pedang dan dibantu serta dilindungi oleh tembakan-tembakan meriam dari kapal perang Belanda Utrecht dan Princes Louisa.
Dalam pertempuran yang kalam kabut itu, malang tak dapat ditolak, sebuah peluru meriam Belanda menembus dada Raja Haji, Beliau gugur dan tewas seketika. Raja Haji gugur di medan perang  Teluk Ketapang.Jenazah Raja Haji Fisabilillah pada mulanya dimakamkan di Melaka, namun Raja Ja'far sebagai kepala pemerintahan pada masa itu memindahkan jenazah Raja Haji Fisabilillah dari Melaka ke Pulau Penyengat. Diatas bukit di selatan Pulau Penyengat jenazah Raja Haji Fisabilillah bersemayam dengan tenang. Pada tahun 1997 Pemerintah Republik Indonesia memberikan tanda jasa sebagai Pahlawan Nasional kepada Raja Haji Fisabillah berjasa dan perjuangannya dalam pengusir Belanda.

Daftar Pustaka
•    Tim Penyusun universitas Riau : " Sejarah Riau".
:Reproduksi
Biro Bina Sosial Setwilda Tingkat I Riau
Proyek Pelestarian dan Pengembangan
Tradisi Budaya Melayu
Tahun 1998/1999
•    Wikipedia: perjuangan Raja Haji Fisabillah
•    Pulau Penyengat kesultanan Melayu Riau_Indonesia Travel Photografi Blog Ransel Kosong.htm


No comments:

Post a Comment