KOLONI DI AMERIKA

ABDULLAH/PIS

KOLONI TENGAH
Masyarakat di koloni tengah jauh lebih bervariasi, cosmopolitan dan toleran dibanding koloni New England. Pensylvania berfungsi dengan lancar dan berkembang pesat di bawah pimpinan
William Penn. Pada 1685, populasinya mencapai 9000 orang. Jantung koloni itu adalah Philadelphia, kota dengan jalan lebar dan teduh oleh pepohonan, rumah dari batu dan bata yang kokoh, dan galangan kapal yang sibuk. Pada akhir periode kolonial, hampir seabad kemudian, ada 30.000 orang yang tinggal di sana, mewakili berbagai bahasa, kepercayaan, dan perniagaan. Bakat mereka dalam menjalankan bisnis yang sukses menjadikan kota itu salah satu pusat Kerajaan Inggris yang makmur. Walaupun sekte Quakers mendominasi Philadelphia, di bagian
lain Pennsylvania, kepercayaan lainnya terwakili dengan baik. Orang Jerman menjadi petani paling trampil dalam koloni itu. Yang juga penting adalah industri rumahan seperti menenun, membuat sepatu, membuat lemari dan kerajinan lain30 garis besar sejarah amerika 31 nya. Pennsylvania juga merupakangerbang utama menuju Dunia Baru bagi para Scots-Irish, yang pindah ke koloni itu pada awal abad ke-18. "Orang asing yang pemberani namun melarat" demikianlah sebutan salah seorang otoritas Pennsylvania bagi mereka. Kaum Scots-Irish membenci orang Inggris dan curiga pada semua pemerintahan. Mereka cenderung bermukim di tepi kota, tempat mereka membuka lahan dan hidup dengan berburu dan bertani ala kadarnya. New York menjadi contoh terbaik akan sifat poliglot Amerika. Pada 1646, populasi di sepanjang Sungai Hudson mencakup orang Belanda, Perancis, Denmark, Norwegia, Swiss, Inggris, Skotlandia, Irlandia, Jerman, Polandia, Bohemia, Portugis dan Italia. Orang Belanda terus menerapkan pengaruh sosial dan ekonomi yang besar di wilayah New York lama setelah runtuhnya New Netherland dan integrasinya ke sistem koloni Inggris. Atap curam berjenjang dengan ujung segitiga menjadi ciri permanen arsitektur kota, sementara para pedagang Belanda
menghasilkan atmosfer komersial yang ramai bagi Manhattan.
KOLONI SELATAN
Bertolak belakang dengan New England dan koloni tengah, koloni Selatan didominasi penduduk pedesaan. Pada akhir abad ke-17, struktur ekonomi dan sosial Virginia serta Maryland bersandar pada pemilik perkebunan besar dan petani kecil. Pemilik perkebunan dari wilayah Tidewater, ditunjang oleh tenaga budak, menguasai sebagian besar kekuatan politik dan lahan terbaik. Mereka membangun rumah besar, mengadaptasi gaya hidup aristokratik, dan berusaha sebaik mungkin menyamai dunia beradab di luar negeri. Petani kecil yang bercocok tanam di lahan yang lebih kecil, duduk di majelis-majelis populer dan membuka jalan hingga masuk ke dunia politik. Sikap mandiri mereka menjadi peringatan konstan bagi oligarki pemilik perkebunan agar tidak terlalu jauh melanggar hak manusia bebas. Pemukim di Carolina dengan cepat
belajar cara mengombinasikan agrikultur dan perdagangan, dan pasar menjadi sumber utama kemakmuran. Hutan lebat menghasilkan keuntungan: kayu gelondongan, ter dan damar dari pinus jarum menjadi material terbaik di dunia dalam pembuatan kapal. Tidak tergantung pada satu macam hasil panen seperti Virginia, North dan South Carolina juga memproduksi serta mengekspor beras dan indigo, pewarna biru yang dihasilkan dari tanaman setempat yang digunakan untuk mewarnai kain. Pada 1750, lebih dari 100.000 orang tinggal di
dua koloni North dan South Carolina. Charleston, North Carolina, merupakan pelabuhan terkemuka dan pusat perniagaan koloni tersebut. Di wilayah paling selatan koloni, seperti di wilayah lainnya, pertumbuhan populasi di daerah pinggiran mengalami peningkatan yang cukup berarti. Imigran Jerman dan Scots-Irish tidak mau tinggal di pemukiman asli Tidewater, tempat pengaruh Inggris terasa dengan kuat, dan memilih tinggal menjauhi pesisir. Mereka yang tidak berhasil mendapatkan tanah subur di sepanjang pantai, atau yang lahannya berubah gersang,
menemukan lahan subur di perbukitan yang terletak lebih ke barat. Walaupun kesengsaraan mereka begitu besar, pemukim yang resah terus saja berdatangan; pada 1730-an mereka berbondong-bondong datang ke Lembah Shenandoah di Virginia. Tak lama kemudian bagian dalam lembah itu penuh dengan peternakan. Karena hidup di tepi daerah Negara Pribumi Amerika, keluarga perintis membangun kabin, membuka lahan, juga menanam jagung dan gandum. Para lelaki mengenakan pakaian kulit yang dibuat dari kulit rusa atau domba, yang dikenal sebagai 'buckskin'; sementara para wanita mengenakan pakaian yang bahannya mereka tenun sendiri. Makanan mereka terdiri atas daging rusa, kalkun liar dan ikan. Mereka punya hiburan tersendiri: makanan panggang yang enak, tari tarian, pesta menempati ruma baru bagi pasangan yang baru menikah, lomba menembak dan kontes membuat selimut dari kain perca. Membuat selimut perca masih menjadi tradisi Amerika sampai hari ini.

DAFTAR PUSTAKA

History Matters http://historymatters.gmu.edu/
Biography of Americahttp://www.learner.org/biographyofamerica/
The Avalon Project at the Yale Law School: Major Collections http://www.yale.edu/lawweb/avalon/

No comments:

Post a Comment