GERAKAN AWAL REFORMASI DI PROVINSI RIAU

Siti Khairiah / B / SR 

            Gerakan reformasi di Riau dimulai tanggal 7 Mei 1998 dengan melakukan demo di Jl. Gajah Mada dan Jl. Sumatra dimana terjadi bentrok berdarah diantara mahasiswa dan pasukan anti huru-hara.  Pada 12 Mei 1998 mahasiswa melakukan berbagai rapat akbar, di antaranya dilaksanakan di kampus UNRI, pada kesempatan itu ikut menyampaikan orasi tokoh – tokoh mahasiswa.  Rapat akbar inilah yang kemudian menjad mumentum bersejarah lahirnya gerakan reformasi di Riau. Gerakan reformasi di pelopori oleh mahasiswa telah berhasil menduduki gedung DPRD Tk.1 Riau selama beberapa hari. Pemerintah Pusat telah di bentuk dan di beri nama Kabinet Reformasi Pembangunan. Program Kabinet ini merupakan reformasi total yang meliputi politik, ekonomi, hukum, agama, dan sosial budaya, serta menghapuskan dwifungsi ABRI. Reformasi itu dilandasi oleh hasil sidang Istimewa MPR yang telah menetapkan beberapa ketetapan antara lain : TAP X/MPR/1998 tentang POKOK-POKOK REFORMASI PEMBANGUNAN DALAM RANGKA PENYELAMATAN DAN NORMALISASI KEHIDUPAN NASIONAL SEBAGAI HALUAN NEGARA. Pada kabinet Reformasi telah dipercayakan Mentri Dalam Negeri kepada putra Riau yaitu H. Syarwan Hamid. Di Riau telah lahir pula tuntuan reformasi, di antaranya menuntut supaya hak Riau terhadap minyak bumi adalah 70%, tegakkan keadilan, tegkkan hukum, dan ajukan pejabat yang KKN ke pengadilan, kembalikan harkat dan martabat orang Melayu, bahkan saatnya lahir tuntutan supaya Riau menjadi negara yang Merdeka atau Riau Berdaulat, juga tuntutan agar Gubernur Riau adalah Putra Daerah.

            Pemilu 1999 telah mnghasilkan anggota DPR,MPR,dan DPRD provinsi dan kabupaten kota. DPR, dan DPRD sudan memiliki wewenang yang kuat dan ekslusif perlu diawasi setiap periode seperti adanya penanggung jawab presiden dan lembaga tinggi negara di MPR, gubernur,bupati,dan wali kota juga harus menyampaikan pertanggungan jawab tahunan dan akhir masa jabatan kepada DPRD. Kondisi itu sering menimbulkan kegoncangan pemerintah dan menjalar sampai kedaerah.  Pada saat itumasa jabatan Gubernur Riau fsudah akan berakhir pula, proses pergantian telah berjalan dan untuk memperkuat di pilihnya putra daerah sebagai Gubernur. Dengan dipelopori Himpunan Mahasiswa Riau (HIREPMARI) diselenggarakan Seminar Nasional di LIPI Jakarta dengan pembicara pada seminar itu ialah Tabrani Rab, Syarwan Hamid, Suwardi Ms, dan lain-lain. Pada pemilihan gubernur oleh DPRD Tk.I Riau, H.Saleh Djasit,SH berhasil mendapatkan suara terbanyak. Ia menjadi Gunernur Riau masa jabatan 1998-2003 menggantikan Soeripto terhitung sejka bulan November 1998. Pada masa jabatan Gubernur Riau masa 1998-2003 itu telah di tetapkan Visi Riau 2020 yang intinya ingin mewujudkan Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Pelaksanaannya dipedomani lima pilar pembangunan yaitu :

1. Peningkata Iman dan Taqwa
2. Peningkatan Sumber Daya Manusia
3. Pelaksanaan Ekonomi Kerakyatan
4. Peningkatan Kesehatan dan Olah Raga
5. Pengembangan Seni Budaya dan Pariwisata.
            Kelima pilar itu telah ditetapkan pada Rencana Strartegis dan Perencanaan Pembangunan Daerah Riau dan pada tahun 2002 telah dilaksanakan penyusunan Master Plan Riau yang penyusunannya oleh suatu konsultan Internasional aadan hasilnya sudah dserahkan keada pemerintah Provinsi Riau. Bergulirnya Reformasi diikuti pula oleh lahirnya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan antara pusat dan Daerah. Gerakan mahasiswa dalam berbagai format, mengutip Eggi Sudjana (2002), tidak bisa dilepaskan dari tiga dimensi, yaitu dimensi idealisme, intelektualisme, dan jaringan. Dengan adanya kombinasi tiga dimensi itu , gerakan mahasiswa akan lebih terarah atau sistematis yang memudahkan pada aplikatif.
Karateristik Gerakan Mahasiswa Riau

1.Gerakan Pra dan Kejatuhan Soeharto

            Sebagaimana halnya gerakana mahasiswa secara nasional, mahasiswa Riau di era ini terfokus pada satu isu yaitu pergantian kepemimpinan nasional. Di Riau, isu itu mulai bergulir setelah beberapa orang mahasiswa Riau mengadakan pertemuan di tingkat nasional, sekembalinya para aktifis yang berasal dari UNRI, IAIN, UIR dan Perguruan Tinggi lainnya, mulai isu itu di realisasikan dalam bentuk aksi demonstrasi. Gerakan Mahasiswa Riau dilaksanakan pada tanggal 15 April 1998 di kampus UNRI Gobah yang berakhir gaduh karena aksi penurunan bendera setengah tiang. Gerakan dengan isu turunnya Soeharto ini berlanjut pula tanggal 5 Mei 1998 yang dikemas dalam dialog reformasi di IAIN yang berakhir dengan aksi Sweping dan pembakaran terhadap foto Soeharto di halaman depan Kampus IAIN Susqa Pekanbaru. Puncak gerakan moral  mahasiswa Riau itu terjadi pada tanggal 7 Mei 1998 dengan aksi berdarah mahasiswa dengan aparat kepolisian. Pasca 7 Mei 1998, isu tuntutan lengserkan Soeharto selalu disuarakan meskipun tidak dalam aksi gabungan seperti tanggal 7 Mei tersebut. 7 Mei inilah hari bersejarah bagi mahasiswa Riau dalam memperjuangkan reformasi.

2. Gerakan Pasca Soeharto

            Setelah Mahasiswa beserta kelompok reformasi lainnya berhasil memaksa Soeharto mundur, maka isu gerakan mulai terpecah menurut kebutuhan dinamika pada waktu itu. Konsekuensi dari tidak adanya satu isu pengikat, maka mulai muncul tarik-menarik kepentingan yang berakhir pada munculnya konflik kepentingan itu sendiri, dan yang cukup fenomenal adalah muncul gerakan sentimen daerah dengan menjamurnya organisasi mahasiswa kedaerahan yang pada era sebelumnya berkembang secara radikal seperti pada era pasca kejatuhan soeharto. Pergerakan mahasiswa Riau pasca Soeharto, paling tidak diklasifikasikan pada tiga mainstream isu, yaitu reformasi bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.

a. Reformasi Politik 

            Pasca lengsernya Soeharto, dibidang politik mahasiswa Riau sangat concern dengan isu Riau Merdeka. Hal itu terlihat pada beberapa gerakan uatama yang diawali oleh partisipasi aktif mahasiswa yang tergabung dalam kelompok angkatan muda Riau dalam memenangkan opsi Merdeka ketika diadakan Kongres Rakyat Riau II. Berdasarkan hasil perhitungan suara pada tanggal 1 Februari 2000 pada sidang Pleno V dinyatakan bahwa opsi Merdeka mendapat 270 suara, Federal 146 suara, dan Otonomi 199 suara serta 9 suara abstain. Opsi Merdeka tidak terlalu dominan, terutama dikalangan generasi tua , hal itu tentunya berbeda dengan kaum Muda Riau yang dengan semangat mudanya mengupayakan menangnya Opsi Merdeka.

b. Reformasi Ekonomi

            Dampak positif dari reformasi ekonomi yang dirasakan oleh Riau adalah suksesnya perebutan CPP Block, jika kita kembali membuka sejarah perjuangan dan perjalanan pahit negri ini untuk mendapatkan hak atas eksploitasi minyak, maka kita akan sepakat bahwa betapa rakusnya indonesia. Minyak sebagai SDA yang tidak dapat diperbaharui merupakan satu kebanggaan yang dimikili masyarakat Riau. Dimana eksploitasi terhadap kekayaan minyak ini telah dilakukan semenjak puluhan tahun silam. Sudah dapat dibayangkan berapa sumbangan yang diberikan oleh Riau untuk " menyambung hidup'' Indonesia. Penghujung Maret, pemerintah Indonesia menyatakan tidak mempunyai pilihan untuk riau menyangkut pengelolaan CPP. Pemerintah tetap hanya mengembalikan 10% hak atas CPP kepada Riau, seperti dinyatakan Direktur Jendral Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, sesuai dengan rancangan Keppres yang pernah dibuat.

c. Reformasi Sosial 

            Hal itu tergambar dari sikap perlawanan mahasiswa Riau terhadap tempat – tempat maksiat , merka membungkus gerakan itu dalam rangka Agamis, pada akhir oktober 1999 beberapa elemen mahasiswa baik intern kampus maupun ekstern kampus, yakni IAN Susqa, UIR, HMI, PMII, IMM, PII, dan KAMMI. Diskusi berakhir dengan suatu kesepakatan bahwa " kita sudah muak menyampaikan aspirasi kepada aparat pemerintah, aparat penegak hukum, aparat keamanan bahkan sudah menjadi rahasia publik bahwa mereka terlibat ( membeking ) tempat – tempat tersebut, maka jalan terakhir yang mesti dilakukan adalah ' penghancuran ' terhadap tempat – tempat maksiat.
  
DAFTAR PUSTAKA
Suwardi, MS, dkk , SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT RIAU 1941 – 2002 Badan Kesejahteraan Sosial Provinsi Riau atas kerjasama MSI Cabang Riau, LVRI/DHD '45, dan LAMR.

No comments:

Post a Comment