SEJARAH DAN BUDAYA MELAYU KOTA TANJUNGPINANG



ELFA TIANA/PBM/BI

PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan berasal dari (bahasa sansekerta) yaitu "budayyah" yang merupakan bentuk jamak dari kata "budhi" yakni berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang mengkompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan dan kebiasaan. Pengertian kebudayaan dalam bahasa inggris disebut culture. Merupakan suatu istilah yang relative baru karena istilah culture sendiri dalam bahasa inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19.

Sebelumnya pada tahun 1843 para ahli antropologi member arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam,, sebagaimana tercemin dalam istilah algiculture dan holiculture. Menurut pendapat E.B. Tylor, dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture mendefinisikan pengertian kebudayaan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Herskovit memandang bahwa kebudayaan merupakan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang kemudian disebut sebagai superorganik. Andreas Eppink memandang bahwa kebudayaan mengandung bentuk dari keseluruhan pengertian nilai sosial,, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religious dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi cirri khas suatu masyarakat. Dan pendapat ahli yang terakhir dari Edward Burnett Tylor menyatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan dari yang kompleks yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

SEJARAH KOTA TANJUNGPINANG
Menggali, meneliti, mengkaji, serta menulis tentang Melayu rasanya tak akan pernah ada habisnya. Karena bangsa Melayu telah memainkan peranan yang sangat penting dalam peranan sejarah bangsa Indonesia bahkan dunia. Terletak di selatan Pulau Bintan, Kota Tanjungpinang merupakan kota yang sangat sarat akan sejarah, budaya, dan adat istiadat Melayu. Kondisi geografisnya yang terdiri dari beberapa pulau merupakan keistimewaan tersendiri bagi kota Tanjungpinang. Salah satu pulau yang sarat akan sejarah adalah pulau Penyengat, pulau ini tidak terlalu besar hanya 3,5 , akan tetapi terdapat banyak peninggalan berupa cagar budaya dengan wujud bangunan-bangunan arsitektur, makam, dan situs.
Di sisi lain, Pulau Penyengat terletak pada lokasi yang sangat strategis yaitu berada di sebelah barat Kota Tanjungpinang yang dapat ditempuh tidak lebih dari 15 menit melalui jalur transportasi laut. Pulau yang berhadapan dengan Kuala SSungai Riau ini sejak dulu telah menjadi tempat pemberhentian para pelaut terutama untuk mengambil air tawar. Pulau ini dinamakan penyengat karena konon suatu ketika, para para pelaut yang sedang mengambil air tawar diserang oleh sejenis lebah yang disebut penyengat sehingga jatuh korban jiwa dari pelaut.
Sejak saat itu pulau ini dinamakan Penyengat. Letaknya yang strategis menjadikan pulau ini sebagai pusat kubu pertahanan Kerajaan Riau oleh Raja Haji yang Dipertuan Muda  Riau VI (termahsyur dengan gelar Raja Haji Syahid Fisabilillah / Marham Teluk Ketapang) ketika melawan Belanda pada tahun 1782-1784.
Pulau Penyengat yang telah dibina dari sebuah pusat pertahanan menjadi negeri dengan sejumlah fasilitas yang memadai, pada tahun 1803 dijadikan mahar dari Baginda Raja Sultan Mahmud kepada Raja Hamidah atau Engku Puuteri, anak seorang Yang Dipertuan Muda Riau yang terkemuka yaitu Raja Haji Fisabilillah atau Mahram Teluk Ketapang. Selanjutnya Pulau Penyengat ini menjadi kediaman resmi Para Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau Lingga, sementara Sultan (Yang Dipertuan Besar) berkedudukan di Daik-Lingga.
Masjid Agung Sultan Riau, empat buah kompleks Makam Raja, dua buah bekas Istana dan beberapa gedung lama, Benteng Pertahanan, sumur dan taman merupakan beberapa peninggalan Suktan Riau yang terdapat di Pulau Penyengat.
Kota Tanjungpinang dengan posisinya yang agak tersuruk, terlindung dari pengaruh cuaca buruk dan alur laut yang cukup dalam sehingga merupakan temoat yang ideal bagi armada pelayaran untuk berlindung dari serangan badai atau untuk berteduh sementara mengambil air dan pembekalan. Menjelang berdirinya kerajaan Riau (1722), Tanjungpinang telah menjadi pertahanan kubu Raja Kechik dalam perang saudara memperbutkan tahta Kerajaan Johor melawan Teengku Sulaiman dan sekutunya. Kedudukan Tanjungpinang sebagai pusat pertahanan semakin jelas setalah berdirinya Kerajaan Riau. Sebagai benteng pertahanan dalam perang melawan Belanda (VOC) pada tahun 1782-1784, peran strategisnya memaksa Belanda mundur ke Malaka.
Sejak tahun 1784, Tanjungpinang mulai tumbuh sebagai tempat pemukiman dan kemudian menjadi kota yang berperan sebagai Bandar dagang. Pada tahun 1983 tanggal 18 Oktober dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang membawahi kecamatan Tanjungpinang Timur, dan Tanjungpinang Barat
Dengan semangat otonomi daerahh, Kota Administratif  Tanjungpinang berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 ditetapkan menjadi Kota Tanjungpinang. 

ARTI LAMBANG DAERAH
·         Bentuk Perisai bersudut lima warna hijau pucuk daun pisang berbingkai coklat melambangkan Kota Tanjungpinang yang berdasarkan Pancasila
·         Bintang berwarna putih melambangkan keagungan dan kesucian nur (cahaya) Ketuhanan yang menerangi sendi-sendi kehidupan Kota Tanjungpinang.
·         Payung berwarna kuning melambangkan kebesaran Melayu Riau dan melindungi kehidupan masyarakat, bertulang dua belas berwarna merah merupakan cermin nilai-nilai kehidupan beragama, pemerintahan dan masyarakat sebagaimana termaktub dalam pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji.
·         Padi dan Kapas, padi berwarna kuning dan kapas berwarna putih dengan kelopak hijau tua melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan, bersimpul tali satu kesatuan berjumlah 45 (empat puluh lima) garis dengan padi berjumlah 17(tujuh belas) dan kapas berjumlah 10(sepuluh) yang merupakan bhari jadi Kota Tanjungpinang yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 18(delapanbelas) kelurahan.
·         Gelombang laut  berwarna biru muda berjumlah 5(lima) melambangkan keluhuran Pancasila sebagai dasar negara dan landasan pemerintahan
·         Keris bertekuk 5(lima) berwarna kuning emas dan berhulu warna coklat berbentuk kepala burung serindit melambangkan agama sebagai tiang utama, jiwa kejuangan dan patriotism rakyat serta kebijaksanaan untuk mengamankan negeri.

SENI DAN BUDAYA
1.      LOMBA PERAHU NAGA
Diselenggarakan setiap bulan Oktober, atraksi ini selain bertujuan meningkatkan daya tarik wisata Kota Tanjungpinang, juga mempererat persaudaraan di antara warga masyarakat serumpun dan dunia sekaligus melestarikan budaya yang berkembang di tengah masyarakat.

2.      KESENIAN RAKYAT JOGET DANGDUT
Joget dikenal sebagai tarian tradisional, istilah lainnya adalah joget tandak atau joget lambak, yang disebut tandak karena penari wanitanya dapat diebeng menari melawan penari laki-laki. Penari laki-laki yang membayar penari perempuan disebut pandak. Joget dikenal sejak abad ke-17. Saat ini masyarakat juga mengenalnya dengan nama joget dangdut.

3.      ZAPIN
Zapin adalah tarian tradisional yang menggunakan alat music gambus dan marwas, lelaki dan perempuan menari bersama. Dulu zapin hanya dilakukan oleh perempuan. Jenis tari zapin langkah satu, langkah dua, langkah tiga, titi batang pusat balanak, anak ayam, dan lain-lain. Kini tari zapin telah banyak dikreasikan

4.      GAZAL
Gazal adalah music tradisional Melayu Kota Tanjungpinang yang kaya akan ritme. Terdiri dari Gitar, Harmonika, Biola, Gambus, maracas, dan Akordion dengan lagu-lagu Melayu dan juga keagamaan. Gazal biasanya dipertunjukkan pada acara Perkawinan, acara-acara rakyat dan hari-hari besar kenegaraan.

5.      PERMAINAN RAKYAT JONG
Jong adalah permainan tradisional masyarakat melayu. Bentuknya berupa perahu kecil dengan layar lebar tanpa pengemudi. Biasanya dimainkan oleh perorangan atau kelompok dengan cara mempertandingkan kecepatan jong-jong yang pertama kali mencapai daratan adalah pemenangnya. Permainan jong biasanya pada hari-hari besar dan pada acara perayaan kemerdekaan.

6.      GASING
Permainan gasing merupakan permainan tradisional yang turun temurun dari suku melayu. Permainan ini adalah permainan beregu yang masing-masing terdiri darei 10 orang. Gasing terbuat dari kayu yang baguis, kuat, dan tahan. Sebuah gasing dililit kepalanya dengan tali. Setelah talui tersebut dililit dengan kuat, lalu gasing dilemparkan/diputarkan dengan keras, dan tali dipegang tangan kuat-kuat agar tidak terlepas sementara gasing yang terlempar di tanah akan berputar. Gasing dilempar dengan kekuatan fisik, dan putaran gasing dapat dibuat berputar lebih lama dengan memukul gasing tersebut dengan tali. Gasing yang paling lama berputar adalah pemenangnya.

7.      LAYANG-LAYANG
Layang –layang dengan bentuk unik melayu umumnya dimainkan oleh kau m pria. Ada dua jenis permainan laying-layang yaitu sebung dan simbang. Jenis permainan laying-layang sebung adalah permainan laying-layang untuk dipertandingkan jenis simbung hanya dipertontonkan saja

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Markus.2007.Provinsi Kepulauan Riau.Batam: Titik Cahaya Elka

No comments:

Post a Comment