SULTAN HASANUDDIN

DINI MIRANDA / SI 3

Nusantara kita terdiri dari ribuan pulau dan kekayaan alam yang berlimpah ruah . diantara pulau pulau itu, ada sebuah pulau yang bentuknya menyerupai huruf "K". pulau itu tidak lain adalah pulau sulauwesi. Dahulu, pada abad ke - 15 sampai abad ke -17, di bagian pulau sulauwesi terletak sebuah kerajaan yang besar dan disegani bernama kerajaan Gowa. Menurut catatan para ahli, kerajaan gowa ini didirikan pada sekitar tahun 1300 masehi dan dikenal serta disegani oleh bangsa eropa karena kebesaran dan kekuatan
armada perangnya. Salah satu raja yang memerintah kerajaan gowa itu adalah I Malloambasi Daeng Mattawang, Karaeng Bonto Mangape , Sultan Hasanuddin, Tumanangan ri Ballapangkana ( yang meninggal di istananya yang indah ). Beliau dikenal sebagai Sultan Hasanuddin, yang dijuluki "Ayam Jantan Dari Timur". Raja gowa ke-16 yang memerintah kerajaan gowa pada tahun ( 1653 – 1669 ) menggantikan ayahnya Sultan Malikussaid yang memerintah pada tahun ( 1639 – 1653 ). [1]
I Mallombasi, nama kecil dari Sultan Hasanuddin yang dilahirkan pada tanggal 12 januari 1631. Ayahnya bernama I Manuntungi Daeng Mattola, Karaeng Lakiung yang bergelar Sultan Malikussaid dan ibunya bernama I Sabbe To'mo lakuntu, putrid bangsawan Laikang dalah salah seorang istri Sultan Malikussaid. Sultan Hasanuddin mempunyai seorang saudara perempuan yang bernama I Sani atau I Patimang Daeng Nisaking Karaeng Bonto Je'ne yang kemudian menjadi pemaisuri Sultan Bima, Ambela Abul Chair Sirajuddin.
Masa kelahiran dan remaja Sultan Hasanuddin
Pada saat kelahiran dan masa kecil I Mollombasi Sultan Hasanuddin ayahnya belum menjadi raja gowa. Sejak kecil sultan hasanuddin telah menunjukkan kelebihannya dari saudara – saudaranya yang lain. Kecerdasan dan kerajinannya dalam belajar sangat menonjol. Walaupun hasanuddin adalah putra bangsawan, pada masa kecilnya sangat rendahati dan perbuatanya selalu jujur. Dia sangat disayangi karena sifatnya itu. Pendidikanya dipusat pendidikan dan pengajaran islam di Mesjid Bontoala membentuk Hasanuddin menjadi pemuda yang beragama dan memiliki semangat perjuangan. Pada umur 8 tahun, sultan alaudin mangkat setelah memerintah selama 46 tahun. Hasanuddin merasa sangat sedih sekali. Kemudian ayahnya yang menggantikan kakek beliau menjadi raja gowa ke – 15. Beliau dilantik pada tanggal 15 juni 1639. Masa remaja hasanuddin diisi dengan kesibukan belajar dan bergaul dengan kekawan kawanya dan juga dengan putra putra raja Bone yang waktu itu menjadi tawanan kerajaan gowa. Pada usia 16 tahun hasanuddin kerap kali hadir mneyertai ayahnya dalam perundingan perundingan penting. Dalam kesempatan itulah I Mollambasi Sultan Hasanuddin mulai belajar ilmu pemerintahan, diplomasi dan ilmu perang. Kecakapan dalam bidang ini sudah menonjol, hasanuddin juga banyak mendapat bimbingan dari ayahnya serta mengkubumi kerajaan gowa karaeng pattingaloang tokoh yang paling berpengaruh dan cerdas. Pergaulan hasanuddin tidak hanya dalam lingkungan bangsawan isatana dan rakyatnya, tetapi meluas kepada orang asing, melayu, portugis dan inggris yang pada saat itu banyak berkunjung ke Makassar untuk berdagang, pada usia 20 tahun, sultan hasanuddin beberapa kali menjadi utusan mewakili ayahnya mengunjungi kerajaan nusantara yang bersahabat, membawa titah persatuan nusantara. Juga terutama pada daerah daerah dalam pengabulan pengawalan kerajaan Gowa, hasanuddin selalu mendapat tugas membawa semangat raja gowa yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Menjelang umur 21 tahun, sultan hasanuddin di percaya untuk menjabat urusan pertahanan kerajaan gowa dan banyak membantu ayahnya mengatur pertahanan guna menangkis serangan belanda yang saat itu mulai di lancarkan.[2]
Penobatan sultan hasanuddin menjadi raja gowa ke – 16
I Mollambasi bukanlah putra mahkota yang putlak menjadi pewaris kerajaan. Apalagi derajat kebangsawanan ibunya lebih rendah dari ayahnya. I Mollambasi diangkat menjadi raja karena adanya pesan dari ayahnya sebelum wafat. Mengkagumi kerajaan Karaeng Pattingaloang juga mendukung keputusan almarhum raja gowa Malikussaid. Dukungan itu diberikan karena sifat sifat hasanuddin yang tegas dan berani. Juga kemampuan dan pengetahuannya yang luas dan menonjol dari saudaranya yang lain. Kerajaan gowa memang memerlukan raja yang berani serta bijaksana menghadapi perang dengan penjajah belanda. I Mollambasi Daeng Mattawang dinobatkan menjadi raja gowa ke – 16 dengan gelar sultan hasanuddin  pada bulan nopember 1653 menggantikan ayahnya pada saat beliau berusia 22 tahun. Dua setelah dinobatkan sultan hasanuddin kemudian menikahi I Bate Daeng Tommi adalah putri Mangngada' Cinna Daeng Sitaba, Karaeng Pattingalong mengkagumi kerajaan gowa.[3]
Sultan hasanuddin sebagai raja gowa memiliki kewajiban untuk kerajaan sahabat sahabat bawahhannya, mulai dari sepanjang pesisir pulau sulauwesi sampai Maluku. Satu satunya halangan belanda untuk menguasai perdagangan di Maluku adalah kerajaan Gowa dan armadanya. Selama lebih dari 200 tahun kedua armada ini telah saling menyerang. Belanda memiliki kapal dan perlengkapan perang yang baik, sedangkan lascar dan pelaut armada kerajaan gowa memiliki semangat juang yang tinggi dantidak takut mati ini karena budaya siri'na pacce telah berakar di hati sanubari para pejuang kerajaan gowa dan aru dan sumpah setia pada prajurit kerajaan gowa. Cobaan bagi sultan hasanuddin, perang dua hari dengan pasukan belanda pada april 1655 di button yang dipimpin langsung oleh sultan hasanuddin. Benteng pertahanan kompeni belanda di button berhasil direbut dan 35 orang belanda terbunuh dalam perperangan ini. Belanda menyadari bahwa perang dengan sultan hasanuddin telah menelan biaya dan kerugian yang besar, maka diutuslah duta ke sombah opu mewakili gubernur jendral belanda di Batavia. Utusan itu bernama Williem Van Der Beek dan menerima perjanjian tanggal 28 desember 1655 yang berisi " pasukan Makassar yang berada di Maluku di tarik kembali, tukar menukar tawanan perang. Belanda berjanji, bila kerajaan gowa berperang dengan salah satu bangsa maka kompeni belanda tidak boleh ikut campur. Musuh belanda bukanlah musuh kerajaan gowa". Sultan hasanuddin terpaksa menanda tangani perjanjian itu. Namun, perjanjian ini tidak berlangsung lama.
Belum hilang bekas perang dengan belanda, raja bone melakukan pemberontakan dengan mulai memerangi kerajaan gowa. La Tenri Tatta To Erung Bergelar Arung Palakka, sahabat sepermainan sultan hasanuddin semasa kecil yang memimpin pemberontakan itu. Namun, lascar kerajaan gowa dapat mematahkan pemberontakan itu pada tanggal 11 oktober 1660. Arung Palakka bersama 4000 orang pasukannya menyingkir ke button dan mendapat perlindungan di sana. Karena saat itu sultan button telah bersekutu dengan belanda.
Politik memecah belah
Belanda punya cara menaklukkan lawan. Kerajaan kerajaan nusantara yang terpecah pecah di adu satu sama lain. Kedatangan Arung Palakka di Batavia di sambut hangat oleh kompeni belanda. Kerugian yang diderita belanda untuk menuduhkan sultan hasanuddin cukup banyak dan sudah memakan waktu yang lama. Kesempatan menaklukkan gowa sudah terbuka, Arung Palakka bisa diadu dengan sultan hasanuddin. Perang saudara dilakukan. Sambutan terhadap arug palakka sangat meriah. Daerah Angke di Batavia di berikan untuk tempat tinggal Arung Palakka bersama pengikutnya. Sultan hasanuddin sangat sedih mendengarnya. Persiapan sudah dilakukan. Benteng benteng sudah diperbaiki, merian dan alat perang sudah ditambah, prajurit juga ditambah. Sementara itu belanda sudah mempersiapkan suatu armada besar, pukulan terakhir untuk kerajaan gowa akan di lancarkan. Pada tahun 1662 kapal belanda De Walvis masuk keperairan Makassar tanpa pemberitahuan. Pengawal pantai mencegat dan perangpun terjadi, 16 pucuk merian disita. Pihak belanda menuntut pengambilan meriam itu. Belanda mulai menunjukkan perang saudara. Tahun 1664, sultan ternate, sultan button dan arung palakka di kumpulkan dalam suatu pertemuan di Batavia. Mereka harus memerangi sultan hasanuddin, dan belanda akan member bantuan. Sultan hasanuddin sudah mengetahui cara belanda itu, sikap lunak ditunjukkan karena perang saudara harus di hindari. Sultan hasanuddin mau berdamai tetapi melinta belanda agar bone, buton dan seram tidak dianak emaskan. Akan tetapi belanda sudah berniat untuk menghancurkan kerajaan gowa. Untuk mempersiapkan perang besar melawan belanda, sultan hasanuddin harus menundukkan kerajaan yang sudah berhasil di bujuk oleh belanda. Buton harus di bebaskan terlebih dahulu, sultan hasanuddin memerintahkan untuk menyiapkan sebuah ekspedisi ke timur. 700 buah kapal perang 20.000 prajurit di bawah pimpinan Laksmana Alimuddin Karaeng Bontomarannu beserta Sultan Bima dan Raja Luwu yang telah di angkat menjadi laksmana muda keraajaan gowa memimpin armada tersebut. Akhir oktober 1666 buton berhasil diduduki oleh Laksmana Karaeng Bontomarannu, akan tetapi buton dapat dibebaskan oleh armada belanda yang dipimpin oleh Admiral Speelman dan Arung Palakka yang ikut dalam armada itu. Belanda terlah berhasil mengadu domba antara kerajaan kerajaan nusantara di belahan timur sehingga saling menyerang.[4]
Perang terbuka
Rapat penguasa kolonial belanda di Batavia tanggal 5 oktober 1666 memutuskan untuk segera menaklukkan kerajaan gowa dan merebut Makassar. Armada belanda di pimpin oleh Cornelius Speelman di bantuh oleh Arung Palakka dan Kapten Jongker dari Manipa dan sekutu sekutu belanda. Armada ini berangkat dari Batavia 24 november 1666 dengan kekuatan besarnya 21 buah kapal perang besar 600 orang tentara belanda, 400 Laskar Arung Palakka dan Kapten Jongker. Armada itu tiba di depan bentang Somba Opu tanggal 15 desember 1666. Di dalam kota Makassar di pusat ibu kota gowa dan didaerah sepanjang pantai menjadi tegang. Menunggu saat penyerangan belanda. Para pedagang asing yang bermukim disana menghentikan kegiatanya dan membuat perlindungan. Semua meriam dan pasukan di seluruh benteng sudah siap, bahan makanan sudah di persiapkan untuk persiapan perang beberapa bulan, sepanjang pantai dari Tallo sampai benteng perlawanan rakyat sudah dipersiapkan pula. Satu satunya yang dikhawatirkan sultan hasanuddin adalah pasukan Bone yang berada didalam daerah Gowa yang sudah memberontak, dan armada perangnya dengan 700 kapal dibawah pimpinan Laksmana Karaeng Bontomarannu yang meraih berada di buton.[5]
Saat tegang speelman mengirim utusan menemui sultan hasanuddin, utusan itu membawa tuntutan agar sultan hasanuddin menyerah saja dan membayar kerugian belanda dalam perang terdahulu. Tuntutan speelman ini hanya alasan untuk memulai penyerangan. Sultan hasanuddin menjawab surat itu dengan berkata "bila kami diserang, maka kami akan mempertahankan diri dan menyerang kembali dengan segenap kemampuan yang ada. Kami berada dipihak yang benar. Kami ingin mempertahankan kebenaran dan kemerdekaan negri kami". Saat yang di tunggu akhirnya tiba. Pagi buta tanggal 21 desember 1666 bendera merah dikibarkan armada perang speelman. Meriam meriam belanda mulai memuntahkan pelurunya, udara pun dipenuhi asap mesiu. Semangat perlawanan para prajurit gowa terbakar dan menyala nyala. Perahu kecil dan bersenjata menyerbu mendekati kapal perang belanda. Dengan dilindungi hujan yang sangat lebat armada semut perahu perang milik kerajaan gowa mulai mulai menghantam dari dekat inti armada perang speelman. Speelman mengundurkan diri dari Somba Opu ke selatan meninggalkan pantai. Di laikang pantai sebelah selatan Makassar, pasukan pasukan pendarat speelman dan Arung Palakka mencoba melakukan pendaratan. Pasukan gowa bersama rakyat telah menanti dengan semangat pantang menyerah. Pasukan penjajah di buat kocar kacir olehnya. Tanggal 24 desember 1666, armada speelman mundur dan meninggalkan pantai laikang, berlayar keselatan dan mendaratkan pasukannya di bantaeng esok harinya. Perahu perahu dagang yang ramai di pantai waktu itu di hantam dan di tenggelamkan. Bantaeng dan 30 desa di sekitarnya di bumi hanguskan, tak luput pula lumbung beras kerajaan gowa ikut dibakar. Lascar kerajaan gowa menyerbu dan perangpun berkecamuk perkelahian satu lawan satu terjadi. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Setelah bertempur sehari semalam speelman mundur dan semua pasukannya di tarik naik kekapal. Speelman memutuskan untuk menghadapkan sultan hasanuddin dengan pasukan raja raja buton, ternate, dan bone untuk mengurangi kerugian di pihak mereka.
Kabar dari mata mata speelman juga memberitahukan bahwa armada inti kerajaan gowa di bawah pimpinan laksmana karaeng bontomarannu masih berada di buton dengan 700 kapal perangnya. Inilah saat nya untuk menghancurkan kekuatan laut hasanuddin. Tanggal 1 januari 1667 armada speelman tiba dibuton dan langsung menghantam armada karaeng bontomarannu yang sudah kelelahan menghadapi pasukan buton di darat. Akhirnya karaeng bontomarannu menyerah tanpa syarat kepada speelman pada tanggal 4 januari 1667. Kemenangan ini di rayakan speelman. Kepada sultan buton, pihak belanda memberikan hadiah 100 ringgit setahun. Armada speelman berlayar ke ternate. Arung palakka mengirim pasukkanya sebanyak 2000 orang ke bone untuk membentukan pasukan baru untuk persiapan menyerang gowa. Bulan juni 1667 speelman bersama sultan mandarsyah yang membawa pasukan ternate, bacan dan tidore bergabung dengan pasukan arung palakka dan kapten jongker. Perang pecah tanggal 7 juli sekitar 7000 orang pasukan gowa menyerang tiba tiba. Empat hari kemudian armada belanda berlayar menuju pusat kerajaan gowa. Tanggal 19 juli perairan Makassar sudah dipenuhi oleh kapal perang belanda. Benteng somba opu sudah dikepung dari laut.
Perang menentukan
perang yang menentukan telah tiba, bau mesium dan darah memenuhi udara. Benteng somba opu yang menjadi pusat pertahanan utama kerajaan gowa langsung dipimpin oleh sultan hasanuddin dan Sultan Harun Al Rasyid Raja Tallo. Karaeng bontosunggu memimpin benteng ujung pandang dan karaeng popo memimpin pertahanan di benteng penaklukkang. Tanggal 19 agustus 1967 pagi hari, benteng galesong diserang oleh meriam pasukan belanda, dalam serangan ini persediaan beras kerajaan gowa di galesong berhasil di bakar belanda. Hari demi hari perang berkecamuk. Diawal September 1667 speelman memindahkan perhatianya. Di daratan 6000 orang pasukan arung palakka bersama kapten poolman menyerang galesong dan berombong. Dengan meriam besar dari jarak jauh milik pasukan gowa mengusir armada speelman meminta bantuan dari Batavia. Belanda mengirim 5 kapal perang besar dibawah komando kapten P. Dopun. Tanggal 22 oktober 1667 armada speelman dan dupon mengepung rapat Makassar. Dengan meriam meriam besar, benteng barombong di bobol. Pasukan speelman di daratkan di galesong di bantu arung palakka. Somba opu di kepung dari laut maupun darat. Terjadi pertempuran yang sangat senggit antara gowa dan pasukan bone, ternate, buton dan Maluku, korban berjatuhkan dari bangsa sendiri yang diadu oleh belanda. Kedua belah pihak sudah sangat kelelahan. Tanggal 5 nopember 1667 speelman melapor ke Batavia bahwa pasukannya sudah sangat lelah, semangat tempur merosot. 182 serdadu dan 95 matros jatuh sakit. Pasukan buton, ternate dan bugisjuga diserang sakit perut. Speelman minta dikirimkan lagi perlengkapan dan prajurit. Pasukan sultan hasanuddin juga mengalami hal serupa. Pertempuran selama berbulan bulan dan pengepungan benteng sangat mencemaskan dan merisaukan sultan hasanuddin. Setelah 4 hari bertempur, benteng barombong direbut. Belanda, tetapi semangat prajurit gowa masih membara. Sultan hasanuddin masih mampu meneruskan perang. [6]
sultan hasanuddin di kenal arif dan bijaksana. Beliau merasa sedih karena harus bertempur melawan keluarga sendiri. Arung palakka la tenri to erung sudah seperti saudara kandung sendiri. Speelman kemudian mengusulkan perdamaian. Sultan hasanuddin mempertimbangkan bahwa pertumpahan darah dikalangan orang Makassar dan bugis harus segera di hentikan. Meneruskan perang hanya akan menguntungkan belanda. Perundingan speelman dan hasanuddin diadakan di bongaya dekat benteng barombong yang sudah direbut belanda. Setelah berkali kali berunding, maka pada hari jumat 18 november 1667, tercapailah perjanjian perdamaian yang di kenal sebagai "cappaya ri bungaya" atau perjanjian bungaya. Perjanjian ini tidak berlangsung lama karena memberatkan kerajaan gowa. Benteng ujung pandang di serahkan kepada speelman dan diganti namanya menjadi "fort Rotterdam". Speelman juga mempersiapkan benteng ini untuk bertahan dan menyerang, karena keyakinan bahwa perjanjian bungaya akan segera di batalkan.
Perang terakhir
Raja tallo sultan harun al rasyid, karange lengkese, dan arung matowa wajo tidak menerima perjanjian bungaya. Pasukanya di tarik, tekat mereka tetap. "hanya mayat yang bisa menyerah". Karaeng karunrung mendesak sultan hasanuddin membatalkan perjanjian bungaya. Akhirnya perang pecah kembali tanggal 21 april 1668. Karaeng karunrung menyerang benteng ujung pandang ( fort Rotterdam ). Hari demi hari bulan demi bulan perang terus berkecamuk. Dalam catatan buku harian speelman tertulis antara lain " pertempurang berlangsung sengit. Banyak orang belanda mati atau luka, arung palakka juga menderita luka. Setiap hari 7 dan 8 orang serdadu belanda di kuburkan. Speelman jatuh sakit. 5 orang dokter, 15 pandai besi tewas. Tenaga bantuan dari Batavia hanya 8 orang yang masih sehat. Dalam tempo 4 minggu, 139 orang mati dalam benteng ford Rotterdam dan 52 orang orang tewas di kapal.
Sultan hasanuddin memerintahkan untuk melakukan perbaikan kembali benteng yang rusak. Tanggal 5 agustus 1668, karaeng karunrung membawa pasukannya menyerbu fort Rotterdam. Pada serangan ini arung palakka nyaris tewas. Speelman meminta bantuan dari Batavia. Pasukan dan peralatan perang dari Batavia tiba pada bulan april 1669. Meriam besar dibuat dan larasnya di arahkan ke benteng somba opu. Parit parit pertahanan somba opu sudah dibuat, persiapan belanda sudah matang. Akhirnya pada tanggal 15 juni 1669 pasukan speelman menyerang benteng somba opu. Pertempuran berlangsung siang dan malam. Meriam belanda menembakkan lebih dari 30.000 biji peluru kebenteng somba opu. Patriot kerajaan gowa tetap memberikan perlawanan yang gigih atau serangan belanda dan hujan peluru. Setelah perang selama selama 10 hari siang dan malam, maka pada tanggal 24 juni 1669 seluruh benteng somba opu di kuasai belanda. Tidak kurang 272 pucuk meriam besar dan kecil termasuk meriam keramat  "anak mangkasara" dirampas speelman. Sultan hasanuddin mundur kebenteng kale gowa di maccini sombala dan karaeng karunrung meninggalkan istananya di bontoala mundur ke benteng anak gowa. Benteng somba opu kemudian di ratakan dengan tanah, beribu ribu amunisi meledakkan benteng yang tebalnya 12 kaki ini. Udara meronah merah dan tanah se akan gempa. Mayat mayat berkelimpangan di mana mana. Hangus dibakar ledakan meisu dan api yang menjilat. Seluruh istana opu di hancurkan, sultan hasanuddin kalah perang, tetapi menurut pengakuan belanda, pertempuran inilah yang paling dahsyat dan terbesar serta memakan waktu yang paling lama dari yang pernah dialami belanda di bumi nusantara waktu itu. Sultan hasanuddin dan pasukannya di juluki "ayam jantan dari timur" karena semangatnya yang pantang mundur.
Sultan hasanuddin turun tahta dan wafat
Setelah kekalahan yang diterima kerajaan gowa dan mundurnya sultan hasanuddin dari benteng somba opu ke benteng kale gowa, maka usaha speelman memecah belah persatuan kerajaan gowa terus di lancarkan. Usaha ini berhasil, setelah diadakan "pengampuan umum". Siapa yang mau menyerah diampuni belanda. Beberapa pembesar kerajaan menyatakan menyerah. Karaeng tallo dan karaeng lengkese menyatakan tundu pada perjanjian bungaya. Sultan hasanuddin sudah bersumpah tidak akan sudi bekerja sama dengan penjajah belanda. Pada tanggal 29 juni 1669 sultan hasanuddin meletakkan jabatan sebagai raja gowa ke-16 setelah selama 16 tahun berperang melawan penjajah dan berusaha mempersatukan kerajaan nusantara. Sebagai penggantinya ditunjuk putranya I Mappsomba Daeng Nguraga bergelar sultan amir hamza. Sesudah turun tahta, sultan hasanuddin banyak mencurahkan waktunya sebagai pengajar agama islam dan berusaha menanamkan rasa kebangsaan dan persatuan. Pada hari kamis tanggal 12 juni 1670 bertepatan dengan tanggal 23 muharram 1081 hijriah. Sultan hasanuddin wafat dalam usia 39 tahun. Beliau di makaman di suatu bukit di pemakaman raja raja gowa di dalam benteng kale gowa di kampung tamalate. I Molambasi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri BallaPangkana telah tiada. Tetapi semangatnya tetap berkobar di dada setiap insan bangsa yang mendambakan perdamaian dan kebebasan dibumi pancasila ini. Nama sultan hasanuddin abadi dalam dada. Untuk menghormati jasanya dengan mengabdikan namanya menjadi nama jalan pada hampir disetiap kota dinusantara. Universitas hasanuddin sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia bagian timur, mempergunakan lambing "ayam jantan dari timur". Komando daerah militer (KODAM) XIV hasanuddin mengabdikan namanya dan menjadai semboyannya " abbatireng ri pollipukku" ( setia pada negriku). Dan dengan keputusan presiden RI No. 087/TK?Tahun 1973 tanggal 6 november 1973, sultan hasanuddin dianugrahi gelar pahlawan nasional, untuk menghargai jasa jasa kepahlawanannya.[7]
Daftar pustaka
[1] [5] [6] Komandoko,gamal 2007 kisah 124 pahlawan dan pejuang nusantara. Yogyakarta:penerbit pustaka widyatama
[7] [2] [4] Sudarmanto, JB, 2006, jejak-jejak pahlawan perekat kesatuan bangsa Indonesia, Jakarta : grasindo. Hal 194-197
[3] Badrika wayan 2000. Sejarah nasional Indonesia dan umum 2, Jakarta : penerbit erlangga

No comments:

Post a Comment