Kondisi Indonesia Abad Ke-17 Pada Zaman Kompeni


Merri Natalia S/SI IV

Seabad sesudah bangsa Portugis, bangsa Belanda sampai di Asia. Di Eropa, mereka sudah berhasil mengembangkan usaha pengangkutan laut antara negara Eropa, mereka mengambil rempah dari Portugal ke Eropa Timur dan Utara. Perang delapanpuluh Tahun Spanyol dan Belanda, Portugal berhasil ditaklukan oleh Spanyol dan perdagangan Belanda di sana dilarang. Belanda berusaha sendiri mencari jalan ke Asia, jalan sebelah utara Rusia dan Siberia gagal. Jalan mengelilingi Afrika mereka pelajari dari bangsa Portugis, lalu berlayar melalui rute ini ke Asia. Kapal-kapal Belanda tak berlayar ke India tetapi langsung ke Jawa. Pada tahun 1589, pertama kali Belanda berlabuh di banten, yang menjadi pokok tetap ekspor cengkeh dari Ternate, Ambon dan Seram, pala dari Banda dan lada dari Sumatera, Banten serta Malaka. Impor barang Timur antara lain poerselin dan sutera dari Tiongkok, kapas dari India, permadani dari Persia. Hanya Banten-lah yang mempunya barang dalam negeri yaitu lada. Jawa sendiri tak menghasilkan buat pasar dunia. Di Maluku, yang jadi makanan pokok adalah sagu tetapi ditambah beras dari Jawa ke Maluku. Pengangkutannya diselenggarakan oleh kurang lebih 35 jung dari 30-50 last (1 last = 2000kilogram). Perniagaan Jawa diselenggarakan oleh banyak pedagang yang berkelilig mengikuti barang dagangan mereka.
Di Banten, banyak sekali bangsa asing misalnya;India, Arab, Persia, Turki, Siam, Tionghoa dan Indonesia. Perdagangan bersifat klontong. Di pusat perniagaan berdiam beribu saudagar akan tetapi mereka hanya memperdagangkan beberapa pikul sutera dan kayu cendana. Terdapat dua golongan pedangang, yaitu golongan saudagar klontong dan golongan pemberi uang/modal/kredit yang biasanya tinggal di rumah saja. Pemberi modal ini seringkali bangsawan atau raja, kadang mereka juga menjalankan dagang secara berkala, misal: membendung pasar tiba-tiba, memborong barang-barang paksa, mengadakan monopoli sementara. Kadang tetap menggunakan hak beli utama, eksploitasi kapal sendiri atau monopoli tetap, misalnya monopoli pelayaran raja Siam, monopoli lada raja Aceh, Banten dan Patani, monopoli rempah dari raja-kaum bangsawan Maluku, monopoli kayu cendana raja Timor dan beras oleh raja Mataram serta Makassar. Jika dibanding dengan angka masa sekarang, jumlah perniagaan di pelabuhan tersebut adalah kecil. Yang tersimpan paling baik adalah lukisan keadaan Banten di zaman tersebut. Yang memegang kekuasaan ialah raja serta kaum bangsawan.
Tahun 1601 perniagaan laut di Tuban seluruhnya berada di tangan kaum bangsawan. Di Indonesia Timur golongan bangsawan menjalankan peranan yang oenting dalam perdagangan. Di Ambon dan Banda, kaum bangsawan menguasai sebagian perdagangan cengkeh dan pala. Seperti halnya dengan Asia, di Indonesia raja dan bangsawan memiliki pengaruh yang besar dalam perniagaan. Kapal Jawa besarnya 10, 20, atau 30 last (1 last = 2ton). Kapal terbesar dari Jepara, oleh karena itu kota ini adalah pelabuhan ekspor beras yang terpenting. Kapal Tionghoa yang mengunjungi Jawa besarnya 25 last. Kapal India yang ke Aceh besarnya 80 hingga 100 last. Kapal Belanda besarnya masing-masing 25, 130, 230, dan 235 last. Bangsa Belanda datang ke Indonesia untuk berniaga tak seperti bangsa Portugis yang mengadakan perjuangan perang salib. Tahun 1602 didirikan suatu Verenigde Oost-Indische Compagnie (V.O.C) yaitu gabungan kongsi-kongsi yang berlayar ke Indonesia. V.O.C ini yang mengerus semua kepentingan. Kerjasama ini dianggap perlu sebab pertama : untuk menentang kekuasaan Spanyol-Portugis yang saat itu sedang berperang dengan Belanda dan V.O.C adalah alat Belanda dalam perang. Tahun 1609 diangkatlah seorang Gubernur Jendral yang berkuasa mengurus semua kepentingan V.O.C dia Asia dan tahun 1619, Jakarta ditaklukan dimana an Pieters-soon Coen mendirikan Batavia. Mulanya, Batavia hanyalah "rendezvous" yakni sebagai bertemunya kapal-kapal. Lama setelah itu, barulah pedalaman Batavia mempunyai arti. Kerjasama Belanda diperlukan juga kerena perjalanan yang jauh dan berbahaya di lautan asing. Dalam tahun pertama, kapal yang pergi dari Belanda tidak kembali lagi. Oleh kerjasama, resiko dapat berkurang. Kerjasama V.O.C menyebabkan pula perlunya pemberian monopoli oleh negara kepada badan ini untuk mengadakan perjalanan ke Asia dengan mengecualikan orang-orang Belanda lain. Kata Furnivall, hal ini perlu supaya dapat bertahan di Asia. Tergantung monopoli inilah dapat tidaknya Belanda melakukan perdagangan ke Asia yang dimaksudkan untuk mempertahankan diri. Kerjasama diperlukan dalam pembelian barang di Timur untuk menghindarkan persaingan dari orang Belanda. Tetapi, pasar untuk pakaian terbatas, sehingga naiknya harga rempah menyebabkan berkurangnya penawaran. Keperluan kerjasama dalam pembelian berarti kebutuhan akan monopoli pembelian. Monopoli pembelian pun perlu karena pada pihak Indonesia terdapat monopoli penjualan yang hanya dicukupi dengan sebaik-baiknya oleh monopoli pemebelian orang Eropa. Dengan alasan ini pula, maka dikehendaki supaya penjualan dikendalikan dan sedapat mungkin dibatasi, sehingga hanya satu monopoli-lah yang dapat menyelenggarakannya. Yang melakukan perdagangan di Asia berusaha mendapatkan monopoli. Karena itu, untuk dapat turut dalam perdagangan, orang harus berusaha mendapatkan monopoli. Politik kompeni diarakhkan kepada memperoleh monopoli di negeri Belanda terhadap orang-orang Belanda lainnya di Indonesia. Sebabnya, mereka berusaha mendapatkan monopoli-ekspor dari penguasa Indonesia serta monopoli-impor barang-barang impor Indonesia. Dalam garis besar, perkembangan sejrah saat V.O.C adalah sebagai berikut: Portugis, Belanda berlayar terus secepat mungkin ke Maluku. Kedatangan Portugis menyebabkan bertambah besarnya permintaan akan rempah dan bertambah naiknya harga. Kedatangan Belanda tahun 1600 menyebabkan bertambah kerasnya persaingan dan meningkatnya harga menjadi dua kali lipat. Seperti orang Portugis, tak lama setelah tahun 1500 disambut gembira Sultan Ternate yang bersekutu melawan Tidore. Belanda satu abad kemudian diterima baik oleh Indonesia sebagai penolong melawan Portugis. Tahun 1605, orang Belanda menaklukan Ambon dan Tidore dari Portugis. Tahun 1607 mendapatkan monopoli rempah. Tahu 1606 Ternate ditaklukan Spanyol, orang Spanyol tinggal di Ternate hingga diusir Belanda tahun 1663. Tahun pertama hungungan antara orang Belanda dengan Maluku baik, demikian pula di Banda yakni pulau yang mengahasilkan pala dan menjadi pusat perdagangan. Tetapi, setelah tahun 1609, timbul kesukaran yang mengakibatkan peperangan dengan Belanda. Tahun 1621/1622 pecah peperangan baru antara Belanda dengan Banda yang mengakibatkan berkurangnya penduduk karena tewas dan dibuang serta dibagi-bagi dalam kebun bekas abdi kompeni. Penyerahan paksa ini berlangsung hingga tahun 1863. Untung, tindakan kompeni yang menghancurkan penduduk yang berkembang hanyalah satu dari peristiwa yang jarang terjadi, V.O.C semata-mata melakukan peperangan menaklukan. Peristiwa ini adalah satu dari beberapa peristiwa yang tidak banyak dalam V.O.C yang berperang sendirian. Perpecahan dalam ketatanegaraan Majapahit setelah runtuh, tiada menguntungkan Indonesia dalam tindakan bersama serta persatuannya. Monopoli di Ambon pun menghadapi kesukaran. Hak istimewa dalam perdagangan diberikan pihak Indonesia sangat kurang tambahan pula harga pembelian borongan yang tinggi menyebabkan pengeluasan penanaman, sehingga hasilnya melebihi yang dapat dieli V.O.C. mempertahankan monopolinya dengan keras juga terhadap orang-orang Spanyol, Portugis dan Inggris serta Makassar dan Jawa. Tetapi, dipertahankannya monopoli dengan keras menimbulkan perlawanan di Ambon yang menyebabkan peperangan selama abad 17. Dalam abad 17, Sultan Ternate dan Tidore tak mau lagi menerima uang tahunan oleh V.O.C untuk oenanaman rempah, sehingga sejak itu penanaman rempah hanya dilakukan di Ambon dan Oeliassers. Yang lama kelamaan menjadi tanam paksa.
Peperangan antara Indonesia sering diiringi penghancuran tanaman berhaga milik kedua belah pihak. Sultan Ternate dan Tidore saling rugi-merugikan. Aceh pernah memusnahkan kebun lada di panta Malaka. Oelh kompeni, peperangan ini dipergunakan sebagai alat politik perdagangan dengan mengadakan pelayaran dera, yaitu pelayaran pengawasan menggunakan kapal dayung yang besar, maka dihancurkanlah tanaman yang berlebih. Malaka ditaklukan Portugis tahun 1511, Aceh maju pesat dan tak lama menaklukan pelabuhan lada di Pedir dan Pasai. Pengeluaran uang mas sendiri senantiasa merupakan suatu tanda kemakmuran dan perdagangan yang penting dari negara yang bersangkutan. Aceh menjadi cukup kuat untuk menyerang Malaka selama abad 16-17. Zaman jaya bagi Aceh adalah pad permulaan abad 17. Aceh meluaskan kekuasaannya kebagian terbesar semenajung Malaka dengan angkatan laut terdiri dari 19000 orang. Tahun 1618 menaklukan Pahiang, tahun 1619 Kedah, tahun 1620 Perak, tahun 1620 Aceh menyerang Deli dan Indragiri di Sumatera. Pada tahun 1623 Aceh menaklukan Johor dan Malaka yang setelah itu Aceh menjadi daerah paling penting di ndonesia. Tahun 1629 Aceh mengadakan penyerangan yang paling berbahaya diantara serangan yang pernah dialami Malaka dan Indonesia. Pada permulaan abad ke 17, daerah lada yang dikuasai Aceh meliputi Sumatera Utara dan Barat hingga Bengkulu serta pantai Barat Semenanjung Malaka. Lada sangat penting juga buat Banten. kesultanan menghasilkan lada sendiri, karena itu Banten mempunyai monopoli lada di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Patani adalah pelabuhan yang banyak disinggahi kapal-kapal yang akan berlayar ke Tiongkok, Patani merupakan penghasil lada juga. Jadi, monopoli lada di Sumatera bagisan Utara dipegang Aceh dan Sumatera bagian Selatan dipengang Banten. Orang Jawa, Eropa dan Tionghoa lebih suka membeli lada di daerah yang tidak berada di bawah kekuasaan Banten maupun Aceh dan terlepas dari monopoli mereka.
Tahun 1600 perdagangan Jawa masih berkedudukan di pelabuhan Jawa Timur. Tahun 1600, pelayaran orang Jawa menjadi sangat lemah akibat persaingan dengan Portugis. Pelayaran Jawa berakhir menyedihan pada abad 17, muncullah Mataram pada abad ini. Setelah pertengahan abad 16, muncullah Mataram di selatan Jawa Tengah. Keadaan peperangan mengakibatkan perdagangan laut menjadi menyedihkan. Makassar disinggahi kapal untuk mengambil bahan makanan dan minuman. Setelah pedagang Jawa Timur datang, Makassar menjadi tempat penimbun yang besar. Banjarmasin muncul mejadi pusat perdagangan. Pada permulaan abad ke 17 Malaka-Portugis merupakan ancaman militer yang terpendam, tetapi senantiasa ada bagi orang-orang Belanda dan juga pembantu yang kuat bagi perdagangan orang portugis yang bersaingan. Pada waktu negeri Belanda adalah negara perdagangan yang pertama di Eropa. Tonase kapalnya merupakan tiga perempat dari Tonaseh Eropa. Sebagian besar dari pelajaran di Laut Tengah dan Laut Timur ada ditangan Belanda. Kapalnya mengangkut separuh dari seluruh ekspor Perancis dan seluruh ekspor dari Belgia, begitu pula separuh dari hasil tabang Amerika ke Cadiz. Pada waktu itu, amsrerdam mempunyai penduduk yang banyaknya dua kali penduduk London, dan merupakan pusat perdagangan dan pasar uang yang terbesar di Eropa. barulah pada akhir abad ke 17 keunggulan militer Belanda di lautan pindah ketangan Inggris. Pada akhir abad ke 17 tampak suatu kedatangan baru. Pusat perdagangan di Indonesia jatuh berturut-turut. Setelah Malaka ditaklukan oleh orang-orang Portugis pada tahun 1511, maka perdagangan kota itu pindah ke Aceh dan Banten. Perdagangan Jawa Timur dalam permulaan abad ke 17 pindah ke Makasaar dan Banjarmasin, dan kemudian pada akhir abad 17 pindah dari Makassar ke Banten. Sejarah dari pusat perdagangan itu adalah sejarah perdagangan laut indonesia. Semua yang penting Malaka, Aceh, Banten, Jawa Timur, dan Makassar. Dengan demikian agaknya seluruh perdagangan laut Indonesia telah hancur. Bahwa datangnya orang-orang Portugis, berarti bertambahnya permintaan akan hasil Indonesia yang mengakibatkan kenaikan harga hasil tersebut. Kedatangan orang-orang Belanda ke Indonesia pada tahun 1600 memperbesar persaingan, sehingga harga makin bertambah meningkat lagi. Karena perdagangan Eropa itu bekerja dengan lebih efisien dan dengan demikian lebih murah maka mereka dapat membeli hasil dengan harga yang lebih tinggi daripada pedagang Asia. Sebaliknya kedatangan orang-orang Eropa dan kenaikan harga yang diakibatkanya, sangatlah merugikan perdagangan Indonesia dan negara Asia lainnya. Di samping itu kedatangan mereka mempertajam pula pertentagan politik karena meriam kepal mereka lebih kuat dibanding Asia. Kapal orang Eropa memberikan kesempatan kenegaraan. Bantuan militer Eropa merupakan pertolongan. Dalam abad 17, Belanda keluar sebagai pemenang. Politik pecah belah tak terlalu berarti bahwa dengan sengaja sesuatu pihak menimbulkan pertentangan. Dengan latar belakang kedatangan Eropa yang menyebabkan bertambahnya permintaan hasil Indonesia secara cepat, menimbulkan salah paham dan curiga.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vlekke, Bernard. Nusantara Sejarah Indonesia. KPG. Jakarta. 2008
2. Abdullah, Taufik. Sejarah Lokal di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2010
3.  Ahmaddani, dkk. Pemuda Indonesia dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa. Kurnia Esa. Jakarta. 1985

No comments:

Post a Comment