PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM ABAD XVI
Peristiwa Rengasdengklok
Nur Muhammad Hazani
Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Negara Republik Indonesia, yang merupakan peristiwa yang mempercepat Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka seutuhnya. Peristiwa Rengasdengklok juga merupakan suatu peristiwa penculikan terhadap Ir. Soekarno bersama dengan Drs. Moh. Hatta yang dilakukan oleh golongan muda pada satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan secara langsung oleh Ir. Soekarno tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945. Ir. Soekarno dan Moh. Hatta diculik oleh golongan muda dan kemudian di bawa ke salah satu wilayah kecil di provinsi Jawa Barat yaitu kota Rengasdengklok. Karena itulah maka dikenal kejadian itu dengan nama peristiwa Rengasdengklok. Itulah yang diketahui kebanyakan orang tentang peristiwa Rengasdengklok tanpa tahu dengan rinci apa-apa saja penyebab peristiwa itu dan bagaimana kondisi kota Rengasdengklok sebelum peristiwa itu terjadi.[1]
Romusha
Suku Aborigin
Rahmah Fuadi
Penelitian
menyebutkan Bumi sebagai satu-satunya planet yang layak dihuni dan didiami oleh
manusia. Bumi terdiri dari dataran yang jauh lebih sempit dari lautannya.
Dataran yang didiami manusia di bumi terbagi dalam 4 benua. Salah satu Benua
yang berhasil didiami oleh manusia ialah benua Australia. Sejarawan dalam
penelitiannya mengklaim bahwa Benua Australia sebagai benua yang berhasil
didiami penduduk aslinya yaitu Suku Aborigin. Sejarawan memperkirakan bahwa
suku aborigin datang ke benua ini sekitar 40.000 tahun yang lalu sebelum zaman
es.1
Diperkirakan suku aborigin berasal dari daratan Asia yang berhasil melakukan mobilisasi dari daratan India lalu semenanjung Malaya terus bergerak ke arah selatan melalui Indonesia dan akhirnya memasuki Australia. Suku aborigin masuk ke Australia dari arah Utara yaitu garis pantai utara yang dinyatakan oleh Elkin (1956), mulai dari semenanjung York di timur hingga pantai daerah Kimberley di
KEDATANGAN BANGSA KULIT PUTIH DAN KULIT HITAM DI AUSTRALIA
BIOGRAFI GANDULO DT. TABANO PEJUANG DARI KAMPAR
Siti Khairiyah
Datuk Tabano lahir tahun 1860 di
Bangkinang dengan nama Gandulo serta meninggal pada 13 November 1900 dalam umur
40 tahun. Dia memiliki 2 orang isteri, dari isteri awal mendapatkan 3 orang
anak, Abdullah, Khadijah, serta Saiba. Dari isteri kedua lahir 2 orang putera
ialah H. Muhammad. Nur serta H. Abd. Rauf.[1]
Dikenal dengan sebutan Gandulo, kemudian
diangkat menjadi Dubalang dari Datuk Tuo dan diberi gelar Datuk Tabano. Beliau
sebagai Dubalang dikenal sangat berani, berpendirian keras, dan paling benci
segala bentuk penindasan. Dubalang merupakan perangkat adat yang bertugas
menjaga kewibawaan datuk persekuannya agar tidak diremehkan orang lain.
Pada sesuatu kali ninik mamak Limo Koto memohon Pancuong Aleh( semacam pajak) kepada ppemilik tambang emas yang terletak di Pulau Gadang. Setelah itu pada hari yang sudah diresmikan