PERTEMPURAN LIMA HARI DI SEMARANG

Rika Rumiati

 

Semarang merupakan kota terbesar di Jawa Tengah yang memiliki peristiwa-peristiwa sejarah unik di dalamnya. Banyak sekali peristiwa-peristiwa sejarah yang pernah terjadi di kota Semarang ini, yang mana salah satu dari peristiwa sejarah tersebut yang paling di kenal oleh kalangan luas adalah Pertempuran Lima Hari di Semarang. Pertempuran ini berlangsung selama 5 hari yang di lakukan antara pemuda Semarang dengan Jepang. Peristiwa ini mempunyai makna yang besar bagi rakyat Semarang dalam memperjuangkan dan mempertahankan kota Semarang dari  tentara Jepang.

Pertempuran Lima hari di Semarang adalah serangkaian pertempuran antara rakyat Indonesia melawan tentara Jepang di Semarang pada masa transisi kekuasaan Belanda yang terjadi pada tanggal 14-19 Oktober 1945. Dua penyebab utama dari pertempuran

Ini adalah karena larinya tentara Jepang dan tewasnya dr.Kariadi.[1] Hal ini memicu rakyat Semarang untuk melawan tentara Jepang secara heroik. Dengan perjuangan yang menyala dan pantang menyerah, akhirnya rakyat Semarang dapat mempertahankan kota Semarang dari tangan Jepang serta memukul mundur tentara Jepang. 

Pada tanggal 7 Oktober 1945, ribuan pemuda Semarang mengerumuni tangsi tentara Jepang yang berada di Kidobutai, Jatingaleh. Sedangkan pimpinan mereka sedang berunding di dalam tangsi untuk membahas mengenai penyerahan senjata. Perundingan ini berjalan tersendat-sendat, tetapi akhirnya di sepakati penyerahan senjata secara bertahap. Ketegangan antara kedua belah pihak terus berlanjut dan keadaan semakin memanas.[2]

Tanggal 13 Oktober 1945 pada malam hari di Semarang di selenggarakan kongres pemuda yang di hadiri oleh para utusan pemuda dari berbagai organisasi pemuda di Jawa Tengah, seperti “Angkatan Muda,  Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI), Ankatan Pemuda Indonesia (API)”, dan lain-lain. Kongres itu di laksanakan dalam suasana kegelisahan pemuda dalam menghadapi situasi politik saat itu. Hal pertama yang membuat mereka gelisah adalah berita tentang rencana pendaratan Tentara Sekutu (Inggris) di Semarang. Berita yang berasal dari Jakarta yang mereka terima menyatakan bahwa dalam pendaratan di Jakarta, tentara sekutu telah di boncengi oleh serdadu-serdadu Belanda dengan agen NICA nya. Di beritakan pula bahwa serdadu-serdadu Belanda tersebut telah melakukan terror semena-mena terhadap pimpinan pemerintah RI di Jakarta. Sedangkan hal kedua yang membuat mereka gelisah adalah kegagalan pimpinan pemerintah RI di Semarang pada perundingannya dan belum berhasil melucuti senjata pasukan jepang.[3]

Para pemuda Semarang merasa tidak puas dengan sikap lunak yang di tunjukkan oleh golongan tua dalam menghadapi pasukan Jepang di Semarang. Para pemuda ini berpendapat bahwa dengan adanya pasukan jepang yang bersenjata lengkap, maka akan menimbulkan bahaya yang besar dan peluang bagi Belanda untuk menghancurkan RI.  Maka, sebelum pasukan Jepang dan Belanda mendarat di Semarang, pasukan jepang harus segera di hancurkan secepatnya. Sedangkan,para golongan tua berasumsi bahwa musuh terbesar bagi bangsa Indonesia adalah Belanda bukan Jepang. Kemudian, untuk menghadapi Jepang yang patah semangatnya  di gunakanlah taktik membujuk dalam perundingan agar tidak terjadi pertumpahan darah yang tidak berguna.[4]

Kongres pemuda yang telah di lakukan pada malam hari itu, menghasilkan beberapa keputusan yang mana keputusannya di antaranya ialah memerintahkan kepada para pemuda untuk menangkap kembali orang-orang tawanan perang Belanda  yang baru saja di bebaskan serta menawan dan melucuti senjata tentara Jepang. Para pemuda yang berada di luar kota segera di perintahkan untuk pulang ke daerahnya masing-masing untuk menjalankan hasil keputusan kongres tersebut.

Pada tanggal 14 Oktober 1945, sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring di angkut oleh para pemuda Semarang ke penjara Bulu, Semarang. Ketika dalam perjalanan, sebagian dari para tawanan berhasil melarikan diri dan meminta bantuan serta perlindungan kepada batalion Kidobutai. Oleh karena itu, tanpa aba-aba dan perintah, para pemuda segera menyerang dan melakukan perebutan senjata kepada Jepang. Hingga akhirnya terjadilah pertempuran yang sengit antara kedua belah pihak yang di kenal dengan nama “Pertempuran Lima Hari di Semarang”. [5] Pertempuran ini di kenal sebagai pertempuran Lima Dina dalam bahasa Jawa. Pertempuran ini mengakibatkan pertumpahan darah antara satu dengan yang lainnya. Pertempuran ini merupakan salah satu bagian dari peristiwa penting yang paling bersejarah bagi rakyat Semarang serta menjadi kenangan tersendiri bagi rakyat Semarang dalam memperjuangkan Kota Semarang.

Pada tanggal 14 Oktober 1945 petang harinya, petugas kepolisian Indonesia yang bertugas menjaga persediaan air minum di Wungkal di serang oleh pasukan Jepang. Mereka di lucuti dan di siksa di tangsi Kedobutai yang terdapat di Jatingaleh. Kemudian, di jalan Peterongan telah terdengar kabar bahwa air ledeng  yang ada di Candi telah di racuni oleh Jepang. Hal ini membuat rakyat menjadi gelisah. Dr, Kariadi seorang kepala laboratorium dinas PuruSara Semarang segera mengecek persediaan air tersebut, Namun, ia di bunuh oleh tentara Jepang. Hal ini justru menambah sengitnya pertempuran antara para pemuda Semarang dalam melawan tentara Jepang.

Berdasarkan sumber yang di dapat dari Jepang, Kidobutai segera di gerakkan untuk mencari dan melepaskan pasukan-pasukan jepang dari tawanan para pemuda Semarang. Kidobutai ini merupakan panglima perang pasukan Jepang yang paling gagah berani dalam melawan rakyat Semarang. Kidobutai ini sebagai aksi  tindakan dalam membantu tentara-tentara Jepang menghadapi para pemuda Semarang. Pasukan Jepang selalu melibatkan Kidobutai untuk melindungi mereka dari aksi tawanan para pemuda Semarang.

Pada tengah malam menjelang Senin, 15 Oktober 1945 sekitar pukul 03.00, pasukan Kidobutai secara diam-diam bergerak turun untuk memasuki Kota Semarang. Pasukan Kidobutai yang berkekuatan sekitar 2.000 orang dan bersenjata lengkap siap tempur dengan mengendarai truk. Tujuan dari gerakan mereka ini pertama-tama adalah berusaha untuk menduduki berbagai tempat strategis di kota, yaitu markas Polisi Istimewa dan Markas Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) di gedung NIS (Lawang Sewu) serta keduanya berlokasi di sekitar simpang lima. Kemudian, kantor listrik (PLN) dan Hotel Du Pavillion yang keduanya berada di ujung Jalan Bojong (kini Jalan Pemuda) dan selanjutnya menduduki tempat penyimpanan minyak BPM di Semarang Utara. Setelah itu, gerakan di lanjutkan dengan mencari orang-orang Jepang di daerah yang dulunya banyak di huni oleh orang Jepang.[6]

Pada 17 Oktober 1945 tentara Jepang mengumumkan untuk melakukan gencatan senjata, namun Jepang justru melakukan serangan ke berbagai kampung di Semarang.[7] Pertempuran ini menelan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak dan baru benar-benar berhenti ketika Gubernur Jawa Tengah yaitu Wongsonegoro bersama BKR melakukan perundingan dengan komandan tentara Jepang.[8] Komandan pasukan Sekutu juga ikut dalam perundingan tersebut. Perundingan mengenai gencatan senjata tersebut di lakukan di Candi Baru. Dari hasil perundingan , pihak Indonesia yang di pimpin oleh Wongsonegoro bersama BKR menyetujui hasil perundingan tersebut. Ternyata Jepang masih melanjutkan pertempuran meskipun gencatan senjata telah di sepakati.

Tanggal 18 Oktober 1945, Jepang berhasil mematahkan serangan yang beraneka ragam dari para pemuda Semarang. Telah datang beberapa utusan dari pemerintah pusat Jakarta untuk merundingkan keamanan dan perdamaian di Semarang. Tokoh yang hadir dari Jakarta dalam perundingan itu ialah Kasman Singodimejo dan Sartono. Sementara itu, pihak Jepang yang ikut hadir adalah Jenderal Nakamura. Nakamura dalam perundingan itu mengancam untuk mengebom kota Semarang, apabila para pemuda Semarang tidak menyerahkan senjatanya paling lambat tanggal 19 Agustus 1945 pada pukul 10.00 wib. Dengan terpaksa, Wongsonegoro harus menyetujui permintaan Nakamura serta membubuhkan tanda tangannya pada perjanjian yang telah di buat.[9]

Pada 19 Oktober 1945, pertempuran terus terjadi dan berlanjut. Pukul 07.45 tersiar berita bahwa tentara sekutu telah mendarat di Pelabuhan Semarang dengan menumpang kapal HMS Glenry. Pasukan ini terdiri atas pasukan Inggris yaitu tentara Gurkha, pasukan Belanda, Australia, dan Sikh. Tugas pasukan ini adalah melucuti tentara Jepang. Pertempuran ini berlangsung secara sengit dan semakin mencekam hingga menimbulkan korban jiwa hingga 2000 nyawa dari rakyat Indonesia. Sedangkan dari Jepang yang meninggal dunia sebanyak 1000 tentara. TKR Semarang sampai TKR Laut serta Laskar rakyat Semarang ikut serta dalam menghadapi serangan tentara Jepang tersebut. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pertempuran lima hari di Semarang ialah Wongsonegoro, dr.Kariadi, Dr.Sukaryo dan Sudanco Mirza, MAYOR kido, drg.Sunarti, serta Jenderal Nakamura.

Selama pertempuran ini berlangsung, pasukan Jepang menembaki pintu gerbang rumah sakit Purusara dengan mitraliur yang mengakibatkan pintu tersebut berlubang dan di situlah pasukan Jepang menembaki mitraliurnya ke dalam kompleks rumah sakit. Hal ini di lakukan karena ada sebagian pemuda yang ketahuan dan melarikan diri dari kompleks rumah sakit tersebut. Namun demikian, tentara Jepang masih belum berani untuk memasuki rumah sakit Purusara. Hari berikutnya, Purusara telah di kepung oleh pasukan Jepang serta memeriksa setiap ruangan Purusara dan memerintahkan anggota Purasara di kumpulkan untuk di bawa pulang ke Markas Jepang di Jatingaleh. Pada sore harinya, mereka di bebaskan kembali dari tawanan dan terdapat 8 orang pemuda yang hilang dan tidak pernah kembali. [10]

Dalam hal ini, pasukan Jepang juga berhasil menemukan korban pembunuhan yang ada di Penjara Bulu. Jenazah orang Jepang ini di temukan dalam keadaan yang bertumpuk-tumpukkan serta bergelimpangan dengan darah yang telah membeku. Akibat peristiwa tersebut, Jepang semakin ganas dan sewenang-wenang terhadap pemuda Semarang. Jepang tidak segan-segan untuk menembak siapa saja yang di temukan bergerak di sekitar jalan raya dan juga meskipun ia menemukan bambu runcing di depan rumah pemuda Semarang, maka penghuni tersebut pun di bunuhnya tanpa belas kasihan. Di sepanjang Jalan raya Poncol pertempuran ini di penuhi oleh jenazah para pemuda yang di bunuh Jepang secara sadis tanpa perikemanusiaan. Jenazah ini di temukan rata-rata tidak berkepala lagi. Jepang juga menangkap Wongsonegoro dan dr. Sukarya di tempat kediamannya dan di tawan di kamar yang gelap di Jatingaleh dengan posisi tangan keduanya di ikat bersamaan. Di sisi lain, para pemuda juga telah membunuh secara massal orang-orang jepang yang berada di tawanan Penjara Bulu yang terletak sekitar 600 m di sebelah barat Simpang Lima. Terdapat 100 orang pasukan Jepang yang di bunuh secara massal. Pembunuhan ini di lakukan secara tergesa-gesa untuk mencegah para tawanan tersebut jatuh ke tangan pasukan Jepang lainnya yang sedang bergerak serta sebagai balasan dari pemuda atas kejadian yang telah terjadi di Simpang Lima.

 Untuk memperingati perjuangan dari peristiwa malang dan tragis ini, Presiden Soekarno meresmikan pendirian Tugu Muda di Semarang pada tanggal 20 Mei 1953 bertepatan dengan hari kebangkitan Nasional. Pada tahun 1998, Letnan Aoki beserta warga Jepang lainnya juga membangun monument kecil untuk memperingati insiden malang antara pasukan Jepang dan rakyat Semarang yang di dirikan di salah satu sudut taman Kali Banjir Kanal barat di Semarang.[11] Rakyat Semarang memperingati peristiwa ini setiap tanggal 14 Oktober dan biasanya mereka memperingatinya dengan cara menggelar acara di sekitar tugu muda dan menutup akses jalan sekitar arah tugu muda tersebut demi kelancaran dari acara yang di gelar.

Rakyat Semarang penuh antusias dalam acara memperingati peristiwa pertempuran lima hari di Semarang ini. Hal ini sebagai bentuk penghormatan dan rasa patriotisme rakyat Semarang terhadap para pejuang yang telah mempertahankan Semarang dari pasukan Jepang dan sebagai bukti cinta tanah air. Terdapat beberapa nilai kepahlawanan yang dapat di ambil serta di jadikan contoh dari para pejuang Semarang yang telah gugur dalam pertempuran demi memperjuangkan dan mempertahankan kota Semarang. Semarang sampai kapanpun tetap akan di kenal oleh masyarakat luas khususnya, sebagai kota bersejarah yang memuat rentetan peristiwa-peristiwa  yang tak terlupakan. Peristiwa pertempuran lima hari di Semarang merupakan salah satu dari sekian banyak peristiwa bersejarah yang layak di kenang pada hari ke 292 hari ke 293 dalam tahun kabisat sesuai sistem kalender Gregorian, 19 Oktober.[12]


Kesimpulan:

Pertempuran lima hari di Semarang merupakan peristiwa bersejarah yang terjadi di kota Semarang pada tanggal 14-19 Oktober 1945. Pertempuran ini  dalam bahasa Jawa di sebut sebagai pertempuran Lima Dina. Pertempuran ini disebabkan oleh larinya tentara Jepang serta tewasnya dr. Kariadi. Pertempuran ini di awali pada tanggal 14 Oktober 1945, yang mana sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring di angkut oleh para pemuda Semarang ke penjara Bulu, Semarang. Ketika dalam perjalanan, sebagian dari para tawanan berhasil melarikan diri dan meminta bantuan serta perlindungan kepada batalion Kidobutai. Oleh karena itu, tanpa aba-aba dan perintah, para pemuda segera menyerang dan melakukan perebutan senjata kepada Jepang. Hingga akhirnya terjadilah pertempuran yang sengit antara kedua belah pihak yang di kenal dengan nama “Pertempuran Lima Hari di Semarang”.

Pertempuran ini terjadi secara beruntun dalam 5 hari berturut-turut serta memakan banyak korban jiwa di pihak Indonesia (rakyat Semarang) maupun pihak Jepang (tentara Jepang beserta pasukannya). Pertempuran ini mengakibatkan pertumpahan darah di antara kedua belah pihak. Yang mana akhir dari pertempuran ini adalah para pemuda Semarang berhasil mempertahankan kota Semarang dari tangan Jepang serta juga dapat memukul mundur pasukan Jepang untuk meninggalkan kota Semarang tersebut. Atas perjuangan yang pantang menyerah dan tidak mengenal putus asa dari pemuda Semarang, maka di bangunlah sebuah tugu yang di beri nama tugu muda. Tugu Muda ini merupakan ikon simbolis kota Semarang dalam perjuangan melawan pasukan Jepang yang ingin mengambil alih serta menghancurkan Semarang. Setiap tanggal 14 Oktober 1945, rakyat Semarang menggelar acara di sekitar tugu muda sekaligus memperingati hari bersejarah tersebut setiap tahunnya.



[1] Wikipedia. Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Lima_Hari. Diakses 29 November 2020

[2] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Indonesia SMA/MA Kelas XI Semester 2. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Jakarta. 2014. Hal. 135

[3] Moehkardi. Bunga Rampai Sejarah Indonesia dari Borobudur hingga Revolusi Nasional. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2019. Hal. 57-58

[4] Ibid., hlm. 58

[5] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit. hlm 135

[6]  Moehkardi, op.cit. hlm 61

[7] Sekar Dwi Setyaningrum. “ 17 Agustus-Seri Sejarah Nasional: Pertempuran Lima Hari di Semarang.”, 13 Agustus 2019, https://www.tribunnewswiki.com/2019/08/13/17-agustus-seri-sejarah-nasional-pertempuran-lima-hari-di-semarang. Diakses 29 November 2020.

[8] Putu Diah Anggaraeni. “ Latar Belakang terjadinya Pertempuran Lima Hari di Semarang, Hingga terbunuhnya Dr.Kariadi.”, 24 Sept. 2020, https://ringtimesbali. Pikiran-rakyat.com/nasional/pr-28767527/latar-belakang-terjadinya-pertempuran-lima-hari-di-Semarang-hingga-terbunuhnya-dr.Kariadi. Diakses 29 November 2020.

[9] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit. hlm 136

[10] Moekardi, op.cit. hlm 65-66

[11] Buyung Okita. “ Pertempuran Lima Hari Semarang: Letnan Kenpeitai Jepang.”, 3 Sept. 2020, https://www.kompasiana.com/buyungokita/5f5087e01e15d56d8423d832/testimoni-komandan-kenpeitai-pertempuran-lima-hari-semarang?page=2. Diakses 29 November 2020.

[12] Ginanjar Saputra. “ Hari ini dalam Sejarah: 19 Oktober 1945, Pertempuran Lima Hari di Semarang Berakhir.”, 18 Okt. 2020, https://www.solopos.com/hari-ini-dalam-sejarah-19-Oktober-1945-Pertempuran-lima-hari-di-Semarang-berakhir-1087119. Diakses 29 November 2020.

  

Daftar Pustaka

Buyung Okita. “ Pertempuran Lima Hari Semarang: Letnan Kenpeitai Jepang.” https://www.kompasiana.com/buyungokita/5f5087e01e15d56d8423d832/testimoni-komandan-kenpeitai-pertempuran-lima-hari-semarang?page=2.

Ginanjar Saputra. “ Hari ini dalam Sejarah: 19 Oktober 1945, Pertempuran Lima Hari di Semarang Berakhir.” https://www.solopos.com/hari-ini-dalam-sejarah-19-Oktober-1945-Pertempuran-lima-hari-di-Semarang-berakhir-1087119.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia SMA/MA Kelas XI Semester 2. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Jakarta.

Moehkardi. 2019. Bunga Rampai Sejarah Indonesia dari Borobudur hingga Revolusi Nasional. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Putu Diah Anggaraeni. “ Latar Belakang terjadinya Pertempuran Lima Hari di Semarang, Hingga terbunuhnya Dr.Kariadi.” https://ringtimesbali. Pikiran-rakyat.com/nasional/pr-28767527/latar-belakang-terjadinya-pertempuran-lima-hari-di-Semarang-hingga-terbunuhnya-dr.Kariadi.

Sekar Dwi Setyaningrum. “ 17 Agustus-Seri Sejarah Nasional: Pertempuran Lima Hari di Semarang.” https://www.tribunnewswiki.com/2019/08/13/17-agustus-seri-sejarah-nasional-pertempuran-lima-hari-di-semarang.

Wikipedia. “Indonesia.” https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Lima_Hari. Diakses 29 November 2020.

 

4 comments:

  1. o Eat the right foods for your ancestral type, in the right amounts (protein servings no larger than the palm of your hand and three-quarters of your calories from fruits and vegetables), and eliminate foods made with refined carbohydrates

    ReplyDelete
  2. makasih untuk informasi yang bermanfaat kak, artikelnya bagus menginspirasi...
    .
    https://www.kolambaca.com/

    ReplyDelete
  3. โปรโมชั่น pg slot มากมาย เล่นง่ายจ่ายจริง แตกจริง ต้อง pg slot เท่านั้น! เล่นสล็อต พีจีสล็อต เว็บไซต์ตรงผู้ให้บริการเกมสล็อตออนไลน์ชั้นหนึ่ง ทกลอง เล่น ฟรี พร้อมโบนัส

    ReplyDelete