MELDA ARIANI/ SI IV/B
Gerindo merupakan partai politik yang memberikan dinamika baru bagi kaum pergerakan nasional seluler di Palembang, Partai Gerindo merupakan front persatuan dalam menghadapi fasisme dan membenarkan kaum nasionalis untuk bekerjasama dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Gerindo didirikan pada tahun 1937 dengan tokoh utamanya adalah dr. Adnan Kapau Gani, dia dikirim dari Gerindo pusat untuk mengelola Partai Gerindo yang ada di Palembang pada tahun 1941, bagi A.K. Gani Gerindo didirikan sebagai koreksi garis kiri terhadap garis kannan Parindra.
Menurut Thamrin, bila Parindra terdiri dari mengah tinggi dan kaum cendikiawan, maka Gerindo lebih terdiri dari golongan menengah kecil serta bekas-bekas pengikut PKI dan Serikat Rakyat. [1]
Gerindo sebenarnya didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh bekas-bekas anggota Partindo, yaitu Amir Syarifuddin dan Muhammad Yamin, dengan tujuan mencapai Indonesia Merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia, mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan memberi bantuan bagi kaum pengangguran. Gerindo menjunjung azas kooperasi sehingga mereka mau bekerja sama dengan pemerintah jajahan. Kelahiran Partai Gerindo di sambut gembira oleh para bekas anggota Partindo, dalam waktu yang singkat mereka telah berhasil mendirikan cabang-cabang, cabang-cabangnya tersebut tersebar merata hampir di seluruh Indonesia salah satu cabangnya yang cukup berhasil yaitu di Palembang.
Pada umumnya suatu cabang Partindo secara otomatis menjadi cabang Partai Gerindo, tetapi pemerintah kolonial masih berusaha menghambat perkembangannya. Sehingga ada cabang Gerindo yang di bubarkan karena pemerintah Kolonial masih menaruh rasa curiga terhadap para mantan anggota Partindo. Partai Gerindo memang menjalin kerja sama dengan pemerintah Kolonial, tetapi kerjasama kaum Nasonalis dari Partai Gerindo dengan pemerintah Hindia Belanda barangkali hanya merupakan taktik belaka karena bila tidak demikian maka Gerindo akan kehilangan hak untuk hidup.
Gerindo untuk rakyat umum yang berusaha untuk mencapai bentuk pemerintahan negara berdasarkan kemerdekaan di lapangan politik, ekonomi, dan sosial. Partai Gerindo semakin kuat dengan bergabungnya bekas anggota Partindo dan PNI yang lama, mereka lebih memilih bergabung dengan Gerindo dibandingkan bergabung dengan Parindra yang menurut mereka lebih lunak. Salah satu tokoh partai Gerindo yaitu Amir Syaarifuddin beliau adalah tokoh Gerindo yang mengalihkan haluan non-kooperatif partai Gerindo menjadi kooperatif karena menurutnya non-kooperatif merupakan kesalahan yang di tunjukkan oleh partai Gerindo.
Awalnya Gerindo merupakan partai sayap kiri pergerakan nasional dengan wajah yang baru yaitu kooperasi, asas Gerindo yaitu kebangsaan kerakyatan berjuang untuk mencapai kemerdekaan Nasional, asas kebangsaan Gerindo tidak di dasarkan pada satu darah, satu turunan, tetapi azas kerakyatan yaitu demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat yaitu demokrasi politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Yang menjadi pedoman partai adalah azas dan tujuan partai, dan setiap anggota harus tunduk pada aturan partai.
Jalan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh Gerindo adalah dengan membimbing rakyat sampai pada tingkat keinsafan politik, ekonomi, dan sosial, menyusun kemanpuan rakyat di luar dan di dalam dewan-dewan. Gerindo lebih mengutamakan kemenangan di bidang politik karena bidang tersebut merupakan kunci utama dalam membawa rakyat ke susunan ekonomi dan sosial yang lebih utama. Gerindo menjunjung tinggi Demokrasi menggambarkan tujuan sebagai suatu parlemen yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap rakyat Indonesia.
Tujuan ekonomi partai Gerindo sebagai susunan ekonomi yang berdasarkan kooperasi di bawah pengawasan Negara. Tujuan sosialnya yaitu sebagai suatu lingkungan hidup berdasarkan hak dan kewajiban yang sama antar berbagai macam penduduk. Sedangkan jalan kedua yang di tempuh partai Gerindo untuk mencapai tujuannya adalah dengan azas self-help dan kooperasi, serta bekerja sama dengan pemerintah dengan mengirim wakil-wakilnya volksraad dan dewan- dewan lainnya. Partai Gerindo didirikan mempunyai program yaitu mengadakan kongres pertama di Jakarta pada tanggal 20-24 Juli 1938.
Kongres itu dilaksanakan sebagai bentuk dari kerja nyata dari suatu organisasi pergerakan yang peduli terhadap perubahan sosial masyarakat pribumi, dalam Kongres yang pertama ini berhasil membentuk Penuntun Ekonomi Rakyat Indonesia (PERI) yang berdasarkan pada Demokratis Nasionalisme, kemudian Kongres yang ke II di adakan di Palembang.
Sama halnya dengan Partai Gerindo yang ada di Palembang Pengikut Gerindo terdiri dari berbagai kalangan sebagaian besar adalah pekerja lepas, buruh pelabuhan, dan buruh pasar. Bekas ketua Partindo Noengtjtik A.R diangkat sebagai ketua Gerindo di Palembang dan wakil ketuanya adalah Samidin yaitu bekas ketua PNI sedangkan sekretarisnya adalah A.S Sumadi yaitu seorang aktivis yayasan perguruan rakyat "Taman Siswa". Pada tingkat tertentu Gerindo yang ada di Palembang berhasil mempersatuakan kembali bekas-bekas PNI lama daerah ini yang sebelumnya terpecah antara Noengtjik A.R (Partindo) dan Samidin (PNI baru), dalam waktu yang relatif singkat Gerindo tersebar di hampir setiap daerah bahkan sampai kepelosok Muara Rupit.
Gerindo palembang memang jauh lebih dinamis dibandingkan dengan Parindra. Pada akhir 1939 anggota Parindra tercatat 2.200 orang, namun Gerindo sudah memiliki sekitar 25 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Palembang dengan jumlah anggota 4.000 orang pada tahun yang sama. Meskipun demikian kedua partai tetap menyelenggarakan kerjasama di bidang-bidang tertentu. [2]
Partai Gerindo semakin meningkat dengan diadakannya Kongres Nasional II, yang merupakan Salah satu kegiatan spektakuler Gerindo di Palembang, Gerindo cabang pelembang terpilih sebagai tempat penyelanggara. Kongres yang pertama berlangsung sejak tanggal 20 juli sampai 24 juli 1938. Sedangkan kongres yang kedua yang diadakan di Palembang yaitu pada tanggal 1-2 Agustus 1939.
Kongres yang diadakan di Palembang ini dihadiri oleh sejumlah pemimpin partai Gerindo pusat, seperti A.K. Gani, Amir Syarifoeddin, Wikana, Adam Malik, Tabrani, dan Asmara Hadi. Kongres ini merupakan kongres nasional partai politik yang pertama kali diadakan di Palembang , mengambil tempat di Sekanak 10 Ulu, kongres menjadi kebanggaan tersendiri bagi pengurus cabang Gerindo di Palembang.[3]
Dalam Kongres ini diambil keputusan berupa penerimaan peranakan seperti peranakan Eropa, peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab, untuk menjadi anggota partai Gerindo. Salah satunya yaitu diterimanya Oei Gee Hwat yaitu seorang sekretaris pengurus besar Partai Tionghoa Indonesia (PTI) menjadi salah seorang pengurus partai Gerindo, keputusan itu diambil berdasarkan keputusan kongres yang diadakan di Palembang, yang pada saat itu di pimpin oleh A.K. Gani, karena Gerindo menjalankan garis Demokrasi yang mengutamakan perlawanan terhadap fasisme dan tidak mempersoalkan warna kulit yang berbeda dan bisa membuka pintu untuk meneriama etnis Tionghoa.[4]
Sudah dapat kita lihat bahwasanya Gerakan Rakyat Indonesia ini adalah unruk memperteguh ekonomi Indonesia serta memperkuat pertahanan negeri. Serta dalam Kongres yang kedua ini Gerindo juga berusaha mencapai adanya aturan menentukan batas upah yang rendah dan tunjangan bagi penganguran. Seiring dengan kemajuan partai Pengurus Gerindo Palembang pada akhir 1939 mulai menuntut kursi lebih banyak bagi wakil bumi putra dalam Gemeenteraad yang semula tidak lebih dari lima orang dan tuntutan itu di penuhi.
Kemajuan yang dialami oleh partai Gerindo yang ada di Palembang tidak bisa lepas dari peranan A.K. Gani, yaitu berawal dari kepindahan tokoh berpengalaman ini dari Batavia ke kota Palembang untuk tugasnya sebagai Dokter yang akhirnya membuat Gerakan Gerindo yang ada di Palembang semakin hidup sedikit dan sedikit banyak menjadi avantgarde pergerakan nasionalis sekuler daerah ini. Walupun posisi Gani turun dari pusat ke daerah tetapi wibawanya amat terasa di cabang Gerindo seluruh Sumatera.
Selain itu di bidang kepemudaan di bentuk Barisan Pemuda Gerindo setelah Juli 1938. Azas dari Barisan Pemuda Gerindo ini sama dengan Gerindo itu sendiri dan yang terpilih menjadi ketuanya yang pertama adalah Wikana. [5]
Organisasi yang di buat oleh pemuda Gerindo adalah Bariasan Pelopor Gerindo (BPG), dan sering melakukan kegiatan bersama dengan Suryawirawan dari organisasi kepanduan Parindra. Pada awal 1940 setelah dirasa kekuatan partai dianggap semakin mantap dengan cermin banyaknya cabang yang telah dibuka didaerah-daerah pedalaman. Pengurus Gerindo yang ada di Palembang mendesak pimpinan Gerindo pusat untuk meninggalkan garis politik "Co".
Tetapi sikap percaya diri yang terlalu berlebihan tentu saja sama dengan bunuh diri, strategi kooperatif yang dijalankan selama ini sebenarnya tidak merugikan Gerindo malah menguntungkan karena sejak tahun 1939 partai Gerindo sudah mendapat jatah kursi di dalam Gemeenteraad. Sementara orang yang di percayai untuk menduduki kursi tersebut adalah Mohammad Thaher Mangkudijaya yaitu seorang pedagai dan simpatisan PNI yang bergabung dengan Gerindo dan aktif mengurus koperasi Centraal Coperatie Palembang (CCP).
Kerena Gerindo menganut aliran politik "Co", maka koperasi mendapatkan berbagai kemudahan dari pihak pemerintah. Koperasi Konsumsi dijadikan sebagi warung baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anggotnya maupun untuk masyarakat luas. Yang bertugas mengawasi jalannya koperasi adalah Ir. Ibrahim , dibawah pengawasannya koperasi Gerindo dapat berkembang pesat dan mampu membuka sejumlah cabang di kota Palembang dan konon katanya dapat menyaingi toko-toko Cina dan India khususnya dalam hal penjualan bahan kebutuhan pokok sehari-hari.
Notes:
[1] Onghokham (1989). Runtuhnya Hindia Belanda. PT. Gramedia. Jakarta. Hal 149
[2] Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal 179
[3] Zed Mestika (2003). Kepialangan politik dan revolusi Palembang 1900-1950. Jakarta. Pustaka LP3S. Hal 181
[4] https://www.google.com/#q=perkembangan+partai+gerindo+di+palembang&star=10
[5] http://historia.co.id/artikel/9/839/majalah-historia/anak_menak_revolusioner
Daftar Pustaka
Zed Mestika, Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950, Jakarta, Pustaka LP3S, 2003.
Onghokman, Runtuhnya Hindia Belanda, Jakara, PT. Gramedia, 1989
http: //historia.co.id/artikel/9/839/majalah-historia/anak_menak_revolusioner
https://www.google.com/#q=perkembangan+partai+gerindo+di+palembang&start=10
No comments:
Post a Comment